Eko Maulana saat tampil di Musabaqoh Tilawatil Qur'an (MTQ) Korpri tingkat Provinsi Bangka Belitung (Babel), di Aula Natar Praja, Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Pemprov Babel, Rabu (10/8/22)/foto: babelinsight.id
Tamu undangan dan peserta MTQ yang hadir dalam ruangan itu ada yang meneteskan air mata kala mendengar lantunan merdu surah Ali Imran ayat 181-184 yang ia perdengarkan.
_____
PANGKALPINANG - Suaranya merdu, mendayu-dayu, membuat siapa saja yang mendengar merasa terhenyuh dan merasa bahwa diri paling rendah di hadapan Ilahi.
Lantunan ayat suci yang dibacakan Eko Maulana, seolah menghipnotis pendengar. Bukan suara lantang, hanya alunan merdu sesuai tajwid dan bacaan Qur'an.
Hal itu terjadi, kala Eko Maulana, pria berusia 27 tahun ketika membacakan kalam illahi dalam pembukaan Musabaqoh Tilawatil Qur'an (MTQ) Korpri tingkat Provinsi Bangka Belitung (Babel), di Aula Natar Praja, Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Pemprov Babel, Rabu (10/8/22).
Mengenakan kemeja putih, celana hitam dan peci hitam, Eko Maulana duduk di atas mimbar dan mulai membaca Al-Qur'an.
Tamu undangan dan peserta MTQ yang hadir dalam ruangan itu ada yang meneteskan air mata kala mendengar lantunan merdu surah Ali Imran ayat 181-184 yang ia perdengarkan.
Ia bercerita, mulai aktif belajar mengaji sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD) di Desa Delas, Bangka Selatan, ia dilatih oleh ayahnya yang juga seorang qori, benar kata pepatah jika buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
Pun demikian dengan Eko, ia pada kelas dua SD sudah khatam Al-Qur'an, kemudian mulai mendalami ilmu tajwid hingga akhirnya fasih membaca Al-Qur'an.
Eko Maulana, peserta MTQ Korpri Provinsi Kepulauan Bangka Belitung/foto: babelinsight.id
Tantangan membaca Qur'an ini luar biasa, sejak kecil saya sudah ditempa untuk belajar mengaji dan memahami bacaan dengan benar, setiap setelah subuh harus latihan,"
- Eko Maulana -
Lulusan SMA di Air Gegas yang kini bekerja sebagai tenaga honorer di Biro Kesra Pemprov Babel ini juga pernah menjadi qori dalam berbagai ajang baik STQ maupun MTQ, tingkat provinsi hingga nasional.
"Sewaktu SMP ikut Porseni di Makasar, dan dapet urutan keenam, setelahnya ikut berbagai lomba juga," kisahnya.
Eko merasa, setelah membaca Al-Quran dengan benar, ia bisa menempatkan nada dan bacaan menyesuaikan dengan makna ayat yang dibaca.
"Dengan mendalami belajar quran ilmu tajwid saya bisa memperlembut bacaan dengan irama, kalau sudah mengenal itu alhamdulillah bacaan menyesuaikan dengan makannya, kalau artinya (arti ayat) nya tentang kebaikan atau kisah tauladan iramanya lembut, tetapi kerika artinya agak keras tentang setan misalnya bacaannya juga harus lantang," tutur lulusan sarjana Universitas Terbuka ini.
Eko menjadi bagian dari Biro Kesra Setda Pemprov Babel sejak tahun 2019, ia pun kerap melaksanakan tugas untuk membaca Al-Quran.
Bahkan hingga saat ini, mahasiswa S2 IAIN ini pun masih terus berlatih dengan dibimbing ustadz yang berpengalaman dari LPTI, Buya Ali yang merupakan qori internasional. Setelah ayahnya, ia juga diajari mengaji oleh Haji Usman, di Nyelanding, kemudian pelatih dari Provinsi Babel, ustadz Rahmad Hidayat dan Dadang Abdul Muis.
Rasa syukur dan terimakasih sebutnya tak terhingga ia haturkan untuk para guru ngajinya, yang telah melatih membimbing hingga menjadi seperti sekarang.
"Setiap hari memperlancar bacaan, menyempat diri untuk membaca Al-Quran, rasanya juga hidup menjadi lebih tenang dan damai. Kalau bisa baca Qur'an itu rasanya nambah pede, apalagi mengetahui artinya kita bisa mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi pedoman, " pungkasnya sumringah.