Sebenarnya perilaku para pembully ini bukan karena mereka memiliki harga diri yang rendah, justru ini adalah respons terhadap rasa malu yang mendalam.
Dr. Mary Lamia
Kasus bullying (intimidasi) biasanya banyak ditemukan terjadi di lingkungan sekolah. Namun, hal seperti ini juga sering terjadi di lingkungan kerja. Berbeda dengan sekolah, pelaku bullying di lingkungan kerja adalah orang-orang yang sudah dewasa dan seharusnya memiliki kendali emosi yang lebih baik ketimbang para remaja. Lalu, kenapa mereka masih melakukan tindakan ini?
Bullying Itu Apa?
Menurut The Workplace Bullying Institute, pengertian bullying adalah perilaku yang mengganggu atau menyakiti kesehatan (fisik dan mental) seseorang dan dilakukan secara terus-menerus, baik dalam bentuk kekerasan verbal, perilaku ofensif, ancaman, mempermalukan, mengintimidasi, dan menyabotase suatu pekerjaan.
Bentuk penindasan dapat mengubah pekerjaan yang indah menjadi sesuatu yang ditakuti. Baik itu pada rekan kerja atau atasan, karena harus menghadapi intimidasi ini hampir setiap hari. Pada akhirnya, menimbulkan rasa gelisah, takut, bahkan tidak berdaya.
Tak seperti bullying di sekolah, bullying di tempat kerja dilakukan oleh orang dewasa. Orang dewasa tentu memiliki kemampuan pengendalian emosi dan penalaran yang lebih baik ketimbang remaja. Jadi, perilaku bullying di kantor biasanya dilakukan secara sengaja dan penuh perhitungan.
Dilansir dari theguardian seseorang yang mengintimidasi atau mengendalikan orang lain untuk mencapai tujuannya ini dikenal sebagai pelaku bullying . Pelaku, pada umumnya akan memanipulasi atau meneror mereka yang berstatus di bawah atau setara dengan diri mereka sendiri. Mereka juga dapat mengintimidasi atasan, seperti mengancam akan mengundurkan diri pada titik kritis.
Kenapa Bisa Terjadi Kasus Bullying ?
Masih dari The Guardian , sebenarnya perilaku para pembully ini bukan karena mereka memiliki harga diri yang rendah, justru ini adalah respons terhadap rasa malu yang mendalam.
Meskipun beberapa orang yang hidup dengan rasa malu memiliki harga diri yang rendah, pelaku bullying cenderung memiliki harga diri dan kesombongan yang tinggi. Menyerang orang lain menjadi alasan mereka untuk menghilangkan rasa malu mereka.
Secara psikologis, pelaku intimidasi menyebabkan rasa malu pada orang lain dengan mengenali dan menyerang rasa tidak aman mereka. Serangan pelaku intimidasi adalah rasa malunya sendiri, dikemas ulang untuk menargetkan kerentanan korban sendiri.
Dari kecil seseorang membentuk cara berbeda untuk menanggapi rasa malu. Pada masa dewasa, respons meniru/ coping atau menyelesaikan masalah dan beradaptasi ini menjadi ciri kepribadian.
Tipe respons coping terbagi menjadi empat jenis, yaitu menyerang orang lain, menyerang diri sendiri, menghindari, dan menarik diri. Ketika rasa malu mengancam seseorang, mereka berisiko terlihat tidak kompeten di tempat kerja dan membuat mereka menyerang orang lain.
Respons lain terhadap rasa malu ini bisa menarik diri dan menyembunyikan perasaan seseorang dari orang lain, bahkan dapat menyebabkan depresi. Respons ini umum terjadi pada orang-orang yang mengalami serangan intimidasi berkepanjangan di tempat kerja, dan bisa sama berbahayanya dengan menyerang diri sendiri.
Menyerang orang lain tidak hanya menghapus rasa malu yang mereka rasakan, tetapi juga merangsang pengalaman kekuasaan. Meskipun pelaku intimidasi merendahkan orang lain dalam upaya untuk mengangkat diri mereka sendiri, mereka tidak sadar betapa buruknya perasaan mereka tentang diri mereka sendiri.
Melalui perilaku mereka, perasaan tidak mampu terhadap diri sendiri tetap tersembunyi. Meremehkan orang lain untuk menjauhkan rasa malu dari kesadaran mereka.
Jika pelaku intimidasi secara licik merendahkan rekan kerja dan rekan kerja tersebut merespons dengan baik, pelaku intimidasi akan fokus pada kesalahan rekan kerja, dan tidak memiliki wawasan bahwa perilaku rekan kerja tersebut merupakan respons terhadap perilakunya sendiri.
Orang dewasa di tempat kerja sama rentannya dengan anak-anak di taman bermain. Jika mereka bersimpati dengan pengganggu dan percaya bahwa mereka menderita perasaan rendah diri.
Pendekatan apa pun untuk menangani pelaku intimidasi tidak akan berhasil jika didasarkan pada keyakinan bahwa pelaku intimidasi secara sadar menyadari rasa malunya, atau mampu menyesalinya.
Bagaimana Cara Menghadapi Kondisi Ini?
Cara menghadapi pengganggu adalah dengan bersatu dengan rekan kerja anda yang lain. Adanya kelompok untuk melawan pelaku intimidasi akan memberikan dukungan kepada korban, karena korban pengganggu berisiko menjadi terisolasi.
Dengan bergabung bersama dan mendiskusikan perilaku si penindas, rekan kerja dapat menahan si penindas. Kemudian mereka kehilangan kekuatan untuk meneror dan menghadapi ancaman diasingkan.
Sementara itu, pelaku intimidasi hanya dapat menghentikan perilaku mereka setelah mereka mengembangkan kemampuan untuk menoleransi kesusahan dari bertindak agresif dan belajar untuk memproses rasa malu mereka secara positif.
Dr Mary Lamia
AC