Siapapun Bisa Lakukan Olahraga Ini, Tapi Perhatikan Lokasinya
Saat pandemi seperti ini, wisata alam menjadi pilihan dan menjaga tubuh tetap sehat adalah prioritas. But, why not both?
Di mulai pukul 21.00, aku menancapkan niat. Setelah lama menunda, tubuh ku semakin menjadi-jadi. Angkat barang sedikit langsung terasa kaku. Besok, lari pagi harus jadi. Pikiran ngawang bertanya, di mana aku berolahraga pagi?
Jogging track? Sudah basi. Jalan raya yang sepi? Sudah berkali-kali. Kali ini harus beda, ke luar rumah tidak boleh tanggung-tanggung. Sayang, kalau manfaatnya minim.
Setelah berdiskusi pada diri sendiri, pilihan jatuh pada yang lokasi tidak biasa. Pantai. Iya, jalanan berpasir yang basah dan tentunya akan memberatkan langkah. Bukannya memilik lokasi yang meringankan kaki, aku lebih suka yang menantang dan memberi banyak keringat.
Bersyukur, aku tinggal di Kepulauan Bangka Belitung. Pemilik garis pantai panjang ini tak akan menyulitkan ku mencari pantai. Bukan pantai biasa, tapi dengan paket komplit pemandangan indah, bebatuan purba, pasir putih, dan cuaca cerah.
Botol air, handuk, jaket, dan handphone lengkap di dalam tas. Pukul 5.00 tepat mulai panaskan motor dan tancap gas. Pantai yang cuma setengah jam dari kota memang banyak. Tapi pilihan jatuh pada Pantai Temberan. Akses mudah dan indah.
Setibanya di pantai, mulai lakukan pemanasan. Tarik kaki tangan sana sini. Di hadapan sang surya yang kehangatannya langsung terasa di kulit, aku mulai mengambil langkah. Dugaan semakin benar, ternyata jalur ini tidak akan mudah. Pilihannya jalanan kering namun berpasir atau jalur padat namun basah. Ku coba keduanya.
Berlari di tengah anugerah alam memang memberi banyak manfaat. Mata semakin relax karena menatap hijaunya jajaran pohon tepi pantai. Desiran ombak memberi warna baru bagi telinga. Keringat cepat turun karena panas matahari semakin meninggi. Saya bersyukur pilihan ini tepat. Badan saya yang biasanya tertekan karena dipaksa berolahraga, malah nurut dan ikut bahagia.
Setelah lelah berlari, saya buka sepatu dan mulai kembali mengendurkan otot. Jempol kaki ditenggelamkan dalam pasir putih yang cantik. Diam sejenak dan hirup udara pantai yang bebas corona karena aku sendirian. Lalu kembali melangkah, hingga tak sadar ku dapati diri ku pada sisi pantai dengan air se-mata kaki. Kemudian mulai melakukan beberapa gerakan yoga yang pernah ku lihat dari kanal youtube. Pendinginan usai. Aku kembali pulang dengan baterai tenaga penuh.
Menjadi candu, aku akan terus menjadi pelari pantai.
Penulis : Natasya
Subscribe Kategori Ini