Lifestyle


Rabu, 25 Agustus 2021 19:37 WIB

Dapat Mengancam Jiwa, Waspadai Gejala Badai Sitokin

Pasien Covid-19 yang telah dinyatakan negatif dari virus corona, jangan merasa tenang dulu. Karena bisa saja kondisi badai sitokin menyerang. Jika terserang, kondisi ini dapat mengancam jiwa, mengakibatkan kegagalan fungsi organ, bahkan kematian jika tidak segera mendapatkan perawatan secara intensif.

Apa sih badai sitokin?

Dalam pengertiannya, sitokin adalah senyawa glikoprotein kecil yang diproduksi sel tubuh. Sitokin meningkatkan berbagai fungsi tubuh, seperti proses pembiakan dan diferensiasi sel, aktivitas kelenjar autokrin, parakrin, dan endokrin, serta mengatur respons imun dan inflamansi.

Jadi, sitokin ini sebagai ‘pembawa pesan’ (Kutoc atau kytos yang berarti sel dan kivnoic atau kinesis yang berarti bergerak) antara sel imun. Bekerja sama dengan sel darah putih atau limfosit, sitokin akan bergerak menuju jaringan yang terinfeksi untuk membasmi virus dan senyawa patogen.

Sebenarnya, badai sitokin bukanlah nama penyakit. Badai sitokin merupakan sindrom yang mengacu pada sekelompok gejala medis, di mana sistem kekebalan tubuh mengalami terlalu banyak peradangan. Badai sitokin adalah kondisi respons imun yang berlebihan, sehingga menimbulkan inflamasi dan komplikasi serius. Dalam keadaan normal, sitokin membantu tubuh mengatasi infeksi virus dan patogen. Namun, jika level sitokin tidak terkendali, maka inflamasi dalam tubuh tak terkendali.

Terjadinya badai ini karena kondisi respons imun tubuh yang berlebihan, biasanya dipicu oleh infeksi. Sitokin adalah protein yang mengkomunikasikan sinyal-sinyal tubuh untuk merespons infeksi.

Apa saja gejala badai sitokin?

Melansir dari Very Well Health, badai sitokin dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda. Terkadang  hanya gejala ringan seperti flu. Dalam hal lain, bisa juga gejala parah hingga mengancam jiwa. Gejalanya sebagai berikut :

·         Demam dan kedinginan

·         Kelelahan

·         Pembengkakan di tungkai

·         Mual dan muntah

·         Nyeri otot dan persendian

·         Sakit kepala

·         Ruam kulit

·         Batuk

·         Napas cepat

·         Kejang

·         Sulit mengendalikan gerakan

·         Kebingungan dan halusinasi

·         Penggumpalan darah

Selain itu, tekanan darah yang sangat rendah (hipotensi) dan peningkatan pembekuan darah atau trombosis juga dianggap sebagai gejala badai sitokin parah. Hal ini menyebabkan jantung tak bisa memompa secara optimal. Akibatnya, gagal organ dan kematian.

Apa yang menyebabkan kondisi badai sitokin?

Para ilmuwan masih bekerja untuk memahami jaringan kompleks penyebab yang dapat menyebabkan badai sitokin dimulai. Ini dapat disebabkan oleh beberapa jenis masalah kesehatan yang mendasarinya.

Pertama, individu dengan sindrom genetik tertentu lebih rentan mengalami badai sitokin. Salah satunya adalah riwayat keturunan Hemofagositik Limfohistiositosis (HLH) yang menyerang sel imun tertentu. Oleh karena itu, individu dengan HLH biasa cenderung mengalami badai sitokin sebagai respons infeksi.

Kedua, jenis infeksi virus, bakteri, atau patogen tertentu dapat memicu badai sitokin. Salah satu yang paling umum adalah infeksi virus influenza A. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan angka kematian pada pandemi influenza 1918 meningkat pesat. Selain virus influenza, virus Epstein-Barr dan Cytomegalovirus juga dapat menyebabkan badai sitokin.

Selain itu, individu dengan gangguan autoimun tertentu memiliki risiko lebih tinggi mengalami badai sitokin. Beberapa kasus badai sitokin ditemukan pada penyakit Still, Jugenile Idiopathic Arthritis (JIA) sistemik, dan lupus.

Pada pasien autoimun, badai sitokin disebut dengan “sindrom aktivasi makrofag” atau macrophage activation syndrome. Keadaan ini dapat terjadi saat autoimun kambuh atau saat terjangkit infeksi lain.

Kemudian, badai sitokin juga dapat terjadi sebagai efek samping terapi medis. Salah satunya adalah terapi chimeric antigen receptor-T (CAR-T) untuk leukimia. Bukan hanya terapi medis, badai sitokin juga terjadi akibat situasi medis, seperti transplantasi organ, kanker, hingga gangguan sistem kekebalan seperti AIDS dan sepsis.

Badai Sitokin dan Covid-19

Pada pasien Covid-19, peningkatan produksi sitokin inflamasi (IFN-g, IL-1B, IL-6 dan IL-2, dan kemokin) umum terlihat. Oleh karena itu, badai sitokin adalah salah satu komplikasi mematikan yang dapat berujung pada kematian.

Saat strain virus corona baru (SARS-CoV-2) menginvasi paru-paru, kondisi ini memicu respons imun dan menarik sel imun ke wilayah tersebut untuk menyerang virus, sehingga menyebabkan inflamasi lokal. Akan tetapi, pada beberapa situasi produksi sitokin berlebihan sehingga menyebabkan hiperinflamasi yang berakibat fatal. Beberapa ilmuwan mengamati bahwa pasien Covid-19 yang dirawat di ICU memiliki tingkat CXCL 10 CCL 2, dan TNF-a yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien Covid-19, yang mengalami gejala yang lebih ringan dan tidak membutuhkan masuk ke ICU.

Dilansir WebMD, produksi sitokin pada pasien Covid-19 diketahui meningkat 50 kali. Oleh karena itu, badai sitokin diketahui sebagai salah satu penyebab utama acute respiratory distress syndrome (ARDS) yang membuat para pasien Covid-19 membutuhkan ventilator.

Bagaimana menangani kondisi badai sitokin ini?

Penting untuk merawat badai sitokin sebelum terlambat. Jika pasien mengalami gejala badai sitokin parah, seperti kesulitan bernapas, perawatan intensif sangat dibutuhkan. Beberapa upaya yang bisa dilakukan meliputi:

?              Pemantauan tanda-tanda vital secara intensif

?              Dukungan ventilator

?              Pemberian cairan lewat infus

?              Pemantauan elektrolit

?              Hemodialisis     

 Dengan tingkat keberhasilan variatif, dilansir Verywell Health, beberapa obat yang bisa diberikan untuk mengatasi badai sitokin antara lain:

?              Aspirin

?              Kortikosteroid

?              Obat yang memengaruhi sistem imun

?              Terapi biologis

?              Plasmapheresis

?              Statin

Beberapa peneliti merekomendasikan imunoterapi setelah diagnosis badai sitokin. Beberapa imunoterapi yang disarankan adalah:

•             Menyalurkan antibodi dari plasma konvaselen penyintas Covid-19

•             Penghambat IFN

•             Penghambat oxidized phospholipid (OxPL)

•             Antagonis sphingosine-1-phosphate receptors 1 (S1P1)

Akan tetapi, studi klinis masih dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan opsi imunoterapi terhadap badai sitokin pada pasien Covid-19. Jadi, konsultasikan dengan ahlinya sebelum mengambil opsi tersebut.

AC

 


Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur