Lifestyle


Minggu, 22 Agustus 2021 14:36 WIB

Waspada, Covid-19 Bukan Hanya Menyerang Pernapasan

Virus Covid-19 telah menyebar hampir 2 tahun ke seluruh dunia, namun faktanya penyakit ini masih sulit untuk dipahami. Jika anda berpikir bahwa Covid-19 hanyalah penyakit pernapasan, maka pikirkan lagi setelah mendengar penjelasan ini. 

Sebuah penelitian terbaru yang disampaikan pada Alzheimer’s Association International Conference (AAIC) menemukan bahwa, terdapat kaitan antara Covid-19 dengan kognitif yang menurun. Terutama masalah terkait dengan ingatan, kelelahan, dan kesulitan untuk fokus.

Sejumlah peneliti menganalisis data dari 81.337 orang yang mengikuti Great British Intelligence Test pada tahun 2020. Sekitar 13.000 orang melaporkan bahwa mereka telah tertular Covid-19, dan 275 di antaranya telah menyelesaikan tes yang dilakukan sebelum dan sesudah infeksi. Usia, pendidikan, dan suasana hati secara keseluruhan dari responden juga dinilai. Mereka yang pernah terinfeksi virus corona merasa lebih sulit untuk menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan penalaran, pemecahan masalah, dan perencanaan tata ruang.

Apa Kaitannya Fungsi Kognitif dengan Covid-19?

Seorang dokter spesialis neurologi di Kepulauan  Bangka Belitung, Dwi Asep Rianto menjelaskan bahwa fungsi kognitif merupakan fungsi yang berkaitan dengan aspek memori, berpikir dan masuk ke dalam gejala “Long Covid”. Long Covid merupakan kondisi tak normal yang bisa terjadi pasca sembuh dari Covid-19. Kondisi ini menyebabkan penyintas Covid-19 merasakan sejumlah gejala infeksi virus corona dalam jangka waktu lama.

Peneliti dari University of Texas Health Science Center di San Antonio Long School of Medicine mempelajari kaitan antara penurunan kognitif dan kehilangan indra penciuman. Keduanya dianalisis pada pasien orang tua yang telah sembuh dari Covid-19 selama tiga hingga enam bulan. 

Lebih dari setengah peserta penelitian yang diteliti, terdapat gejala yang terus-menerus berupa lupa atau pikun. Sementara itu, seperempat di antaranya memiliki masalah kognitif berupa disfungsi bahasa. Masalah-masalah tersebut berkaitan dengan penurunan fungsi indra penciuman, namun tidak berpengaruh berdasarkan tingkat keparahan Covid-19.

Lalu apakah hal ini memberikan efek jangka panjang? dr. Asep mengatakan bahwa saat ini masih belum ada penelitian yang bisa memberikan justifikasi atau pembenaran. Tetapi jika memang mengalami gangguan setelah mengalami infeksi covid, sebaiknya menghubungi dokter saraf. Karena mereka mempunyai tools dalam memeriksa fungsi kognitif.



 

Apa yang Harus Dilakukan dalam Mengatasi Gangguan Kognitif pada Pasien Covid-19?

Sebenarnya belum ada penelitian tentang treatment khusus untuk pasien covid agar terhindar dari gangguan kognitif, namun semakin cepat diatasi, maka akan lebih baik.

Jika kondisi ini terjadi, maka disarankan berkonsultasi ke dokter saraf. Agar diberikan beberapa perawatan dalam mengelola kognitif. Biasanya dokter akan memastikan dengan melakukan Mini mental state examination (MMSE).

MMSE merupakan pemeriksaan kognitif yang menjadi bagian rutin pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis demensia. Pemeriksaannya terdiri dari 11 item penilaian yang digunakan untuk menilai atensi dan orientasi, memori, registrasi, recall, kalkulasi, kemampuan bahasa, dan kemampuan untuk menggambar poligon kompleks.

Pasien diminta untuk sebisa mungkin menghindari melamun. Harus ada aktivitas, misalnya mengisi teka teki silang (tts) dan bermain angka Sudoku. Hal ini akan sangat baik bagi pasien gangguan kognitif. Karena bisa melatih kemampuan berpikir.

Beberapa perawatan gangguan kognitif lainnya juga adalah pemberian obat-obatan seperti penguat suasana hati dan obat yang menahan atau memperkuat neurotransmitter tertentu yang terkait dengan gangguan tertentu. Serta menciptakan lingkungan yang membuat penerimaan lebih baik terhadap perawatan pasien

 

AC


#Corona
Bagikan :

Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur