Rabu, 14 Juli 2021 14:41 WIB

Kita Sedang Mengalami Fenomena 'Gelap' Cuaca

Apakah anda menyadari beberapa waktu ini setiap ingin mandi di pagi hari rasa dinginnya seperti menusuk ke tulang?
Atau, biasanya sering keluar malam tapi beberapa hari ini jadi malas karena cuaca bikin menggigil? 

Tenang. Apa yang anda rasa itu bukan karena anda sedang demam atau flu. Atau bahkan khawatir terkena Covid 19. Tapi kita sedang merasakan akibat dari disorientasi atmosfir. 

Ya. Wilayah kita sedang mengalami gangguan atmosfir sejak akhir Juni. Jadi, gangguan atmosfer ini menjadi pemicu pertumbuhan awan berupa gelombang ekuatorial tropis MJO, yang terpantau oleh Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG) sedang aktif dan merambat dari Samudera Hindia bagian barat. 

Terlalu teknis memang penjelasan di atas. Namun, dari artikel yang disadur dari CNN Indonesia, Selasa (6/7/21) pihak BMKG membeberkan penyebab udara lebih dingin, padahal saat ini sebagian wilayah sudah masuk musim kemarau. 

Peneliti Cuaca dan Iklim Ekstrim BMKG, Siswanto mengatakan pada akhir Juni, gangguan atmosfer pemicu pertumbuhan awan berupa gelombang ekuatorial tropis MJO terpantau aktif dan merambat dari Samudera Hindia bagian barat. 

Lalu awan itu melewati wilayah benua maritim kontinen Indonesia, dan bergerak ke arah timur hingga pertengahan dasarian II Juli 2021. 

"Sirkulasi angin monsun Australia dan propagasi MJO diperkirakan akan berdampak pada peningkatan potensi hujan di wilayah Indonesia dekat dengan ekuator dan wilayah bagian utaranya," ujar Siswanto seperti yang disadur dari CNN Indonesia. 

BMKG memprakirakan fenomena El-Nino Southern Oscillation (ENSO) netral akan berlangsung setidaknya hingga Desember 2021. BMKG juga memperkirakan kondisi IOD akan kembali netral pada Juli, dan akan berlangsung setidaknya hingga Desember 2021. 

Padahal hingga dasarian III Juni 2021, sebanyak 63.16 persen dari jumlah zona musim (ZOM) di wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau. 

Namun begitu di sebagian wilayah memiliki curah hujan tinggi hingga sangat tinggi yakni >150 mm. Termasuk wilayah Bangka Belitung. Jadi wajar jika kita merasakan perubahan cuaca yang mungkin ekstrim. 

Ada beberapa penyebab lain udara di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk Babel terasa lebih dingin. 

Pertama, Jawa hingga NTT saat ini menuju periode puncak musim kemarau yaitu mulai dari Juli hingga Agustus-September. Pada periode ini angin yang bertiup dominan timuran dari Benua Australia, membawa masa udara yang umumnya bersifat lebih kering dan lebih dingin. 

Kedua, pada saat puncak musim kemarau, umumnya jarang terjadi hujan, tutupan per-awanan sangat berkurang, sehingga panas permukaan bumi akibat radiasi matahari lebih cepat dan lebih banyak yang dilepaskan kembali ke atmosfer berupa radiasi balik gelombang panjang. 

Fenomena alam ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin terutama pada malam hari. 

Ketiga, saat ini gerak semu matahari masih berada pada belahan bumi utara, sehingga radiasi maksimum matahari ada di BBU, sementara di BBS radiasinya sedikit lebih rendah (sumber: CNN Indonesia). 

Jadi, Indonesia kini sedang terlewati arak-arakan awan hujan tersebut. Di mana tentunya akan meningkatkan intensitas hujan di sejumlah wilayah di Indonesia. 

Selain sejumlah fenomena di atas, ada lagi fenomena sirkulasi siklonik yang terjadi di selatan Indonesia hingga utara Australia. 

Fenomena ini, kata BMKG, juga turut meningkatkan cuaca gelap dan dingin serta hujan di sebagian wilayah, termasuk peningkatan angin. Lalu ada lagi fenomena lokal, yakni meningkatnya suhu muka air perairan Indonesia sehingga menyebabkan peningkatan 29 derajat celcius. Dan tentunya meningkatkan awan-awan hujan, semuanya saling terakumulasi. 

Kita bisa bandingkan dengan cuaca di Arab Saudi sekarang. Mereka mengalami cuaca panas yang tinggi hingga 36 derajat. Dan itu termasuk angka tertinggi yang pernah diderita. Ada anekdot yang menyebutkan, matahari mendekat ke Arab Saudi dan menjauh dari Indonesia sehingga kita merasa kedinginan. 

Jadi, kita tak perlu khawatir akan perubahan cuaca yang demikian ekstrim ini. Perubahan tersebut hanya karena disorientasi atmosfir, namun, kita harus tetap waspada karena kondisi ini bisa terus terjadi sampai Agustus.
Jaga kesehatan kita, tak perlu keluar rumah malam hari jika tak mendesak dan mari kita beradaptasi. 

(poe)

 


#Natural
Bagikan :

Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur