Senin, 28 Juni 2021 15:24 WIB

Saya Melihat Banyak Sekali Mayat: Tukang Gali Kubur Jakarta Ilustrasikan Pertempuran Covid-19 di Indonesia

Pekerja seperti Darsiman terkadang bekerja 16 jam sehari di lumpur untuk menangani peti mati yang dibawa keluar dari barisan ambulans yang mengantri.

Saat ini baru tengah hari dan para penggali kubur di pemakaman Rorotan telah menguburkan 23 jenazah pasien Covid-19 sejak mereka mulai bekerja pada pukul 07.00 WIB.

Sedikitnya dua ekskavator bersiaga karena tanah yang keras di area tersebut menyulitkan penggalian, jika hanya digali dengan sekop.

Enam penggali kubur berjubah putih membawa peti mati dari ambulans yang berbaris di dekat kuburan. Di hari sibuk, mungkin ada 10 ambulans yang mengantri. Semua penggali kubur terlihat kelelahan dengan kaki penuh berlumpur. Setidaknya ada 30 penggali kubur di sana setiap hari.

Di sebelah mereka, semua anggota keluarga menangis dalam diam, melantunkan doa untuk orang yang mereka cintai, sering juga teralih dengan petugas pemakaman yang menyemprotkan desinfektan di sekitar mereka, sementara ekskavator menggali lubang kuburan baru di sekitar mereka.

Tapi ada keheningan nyata ketika peti mati putih berukuran kecil yang dibungkus plastik muncul dari belakang ambulans.

“Ini adalah anak kecil. Ini anak kecil! Buat lubang baru!” teriak beberapa penggali kubur. Sebuah ekskavator dengan cepat mendekat, menggali tanah berlumpur di ujung barisan yang baru dibuat. Ukuran lubang baru ini kurang dari setengah dari kuburan lain di sekitarnya.

Ini adalah anak pertama di hari itu yang dikuburkan.

“Selalu terasa lebih sedih ketika kami mengubur seorang anak. Mereka terlalu muda untuk meninggal,” kata Darsiman, 48 tahun, seraya menambahkan bahwa sebagian besar dari mereka yang dimakamkan di pemakaman di daerah Jakarta Utara, Indonesia, berusia di atas 30 tahun.

Sejak Pemakaman Rorotan dibuka dua bulan lalu, Darsiman mengatakan telah mengubur 900 jenazah. Dalam dua minggu terakhir, ia telah melihat peningkatan yang signifikan dari jenazah yang dikirim ke pemakaman di Ibu Kota Indonesia, memerangi pandemi yang telah menewaskan lebih dari 56.000 orang di negara ini. Untuk data terakhir, di Indonesia telah melampaui 2 juta kasus dalam seminggu terakhir, dan pada hari Kamis, pihak berwenang melaporkan 20.574 kasus baru, rekor lain sejak pandemi melanda negara ini tahun lalu.

 “Saya kira hingga penghujung hari ini akan ada lebih dari 1.000 jenazah yang terkubur di sini,” kata Darsiman.

Lebih Dari 100 Penguburan Dalam Sehari

Pada hari Rabu 23 Juni 2020, ibu kota mencatat jumlah pemakaman tertinggi, dengan 180 pemakaman di seluruh Jakarta. Pada hari Kamis, 24 Juni 2021 mencatat kasus baru yang dikonfirmasi tertinggi dengan 7.505 kasus dalam sehari. Sejak Maret tahun lalu 8.112 orang meninggal di Jakarta akibat Covid-19.

Darsiman, seorang penggali kubur dengan pengalaman lebih dari 20 tahun beristirahat sejenak, duduk di antara kuburan sambil mengamati timnya dan para penggali lain mempersiapkan penguburan. Gaun pelindung dan topeng putihnya sudah dilumuri lumpur.

“Ini sangat melelahkan. Setiap hari kami mulai pada pukul tujuh pagi dan selesai pukul 10 atau 11 malam,” kata Darsiman. “Kemarin lebih ramai. Pada jam ini, kami telah mengubur lebih dari 40 orang dan tadi malam ada 78 orang yang dimakamkan di sini.

Sebelumnya, Darsiman bekerja di Pemakaman Budi Dharma, kemudian ditugaskan ke Rorotan setelah pemakaman ini dibuka. Pemprov. DKI Jakarta membuka lahan seluas tiga hektar hanya untuk kuburan Covid-19, karena jumlah kasus virus corona di ibu kota terus meningkat dan ruang pemakaman untuk korban virus corona di ibu kota semakin menipis. Ini sekarang menjadi pemakaman utama Covid-19 di Jakarta.

Ivan Murcahyo, Kepala Dinas Pertamanan dan Kehutanan DKI Jakarta, mengatakan ada ruang untuk memakamkan sekitar 6.000 jenazah.

Kadis Ivan mengatakan, mereka telah bersiap untuk kemungkinan lonjakan jumlah pengkuburan, karena dari pengalaman mereka biasanya lonjakan terjadi  satu bulan setelah liburan berakhir.

“Tapi kami tidak pernah menyangka bahwa itu akan meningkat begitu cepat setiap hari. Dua minggu terakhir ini kami melihat jumlah jenazah meningkat, lebih dari 100 pemakaman Covid-19 per hari. Kami telah melihat dengan jumlah 120, 150, 180,” katanya.

Darsiman mengatakan dia tidak pernah terbiasa menghadapi begitu banyak kematian setiap hari.

“Saya melihat terlalu banyak mayat yang dikirim dan dikuburkan ke pemakaman ini. Saya sering bertanya-tanya bagaimana jika saya adalah salah satunya. Ada terlalu banyak hal yang saya rasakan di dalam hati ini. Tapi saya lebih suka menahannya karena itu sangat membebani,” katanya.

“Bukan kematian yang saya takutkan, karena kami telah di lengkapi dengan protokol Covid-19 dari rumah sakit. Namun keluarga yang masih hidup, keluarga mereka yang datang ke kuburan untuk mengiringi hari terkahir mereka. Mereka yang ada datang membuat saya takut, karena saya tidak tahu apakah mereka membawa virus atau tidak,” tambahnya.

Sampai saat ini, Darsiman selalu menjaga jarak dari istri dan dua anaknya. Dia takut dia mungkin membawa virus saat pulang ke rumah.

Pemakaman umum yang lain, seperti Bambu Apus di Jakarta Timur, masih menyediakan beberapa tempat untuk pemakaman untuk Covid-19. Bambu Apus terdapat 1.257 korban Covid-19 sejak dibuka pada bulan Januari. Endang Leo, seorang pengubur jenazah di sana mengatakan, bahwa mereka telah mengubur sebanyak 10 jenazah setiap hari, beberapa hari terakhir ini.

“Melelahkan tetapi kita harus tetap sehat, karena jika kita sakit, siapa yang akan menguburnya,” katanya.

Endang hanya berharap, mereka bisa mendapatkan perlindungan lebih karena mereka tidak diberikan masker, baju pelindung, atau sarung tangan untuk penguburan.

Jakarta merupakan provinsi dengan jumlah kematian Covid-19 tertinggi, disusul Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Lampung.

Semakin banyak orang dari provinsi-provinsi ini menangis meminta tolong dan mengunggahnya di media sosial atau grup obrolan, meminta informasi apa pun di mana mereka dapat menemukan oksigen, darah, dan ruang perawatan intensif untuk keluarga atau teman yang terjangkit virus.

Angka jumah Covid-19 memang mencekam, tetapi Irma Hidayana, salah satu pendiri program data warga LaporCovid-19, mengatakan dia yakin banyak kematian terkait Covid-19 tidak tercatat, sehingga jumlah korban jauh lebih tinggi.

Karena kasus telah meningkat secara signifikan, rumah sakit kehabisan tempat tidur dan ruang Intensive Care Unit (ICU).

Sejak 14 Juni, 43 pasien menghubungi LaporCovid-19 untuk meminta bantuan mencarikan ruang rumah sakit. Empat di antaranya dalam kondisi kritis dan sangat membutuhkan ruang ICU. Sementara beberapa dapat menemukan pengobatan, banyak yang tidak memiliki pilihan selain tinggal di rumah, bahkan ketika mereka berjuang untuk bernapas.

Irma mengatakan tiga pasien yang dibantu program itu baru saja meninggal dunia. Termasuk seorang pria berusia 59 tahun yang dirawat di sebuah rumah sakit di Depok, Jawa Barat. Ketika kondisinya memburuk dalam waktu cepat, LaporCovid-19 menghubungi 95 rumah sakit di Jabodetabek untuk mencari ruang ICU. Hampir setengahnya mengatakan tempat tidur ICU atau semua tempat tidur Covid-19 penuh. Sisanya tidak menanggapi panggilan grup. Pria itu meninggal keesokan harinya.

 “Sangat menyedihkan bahwa, mereka meninggal sebelum mereka bisa mendapatkan bantuan medis yang maksimal,” kata Irma. Dia mengatakan, sudah biasa pasien meninggal sebelum bisa berobat.

“Kali ini kondisi penderita Covid-19 memburuk lebih cepat dari tahun lalu,” katanya.

Banyak keluarga pasien mengatakan situs resmi Kementerian Kesehatan, Siranap yang seharusnya memberikan informasi terkini tentang ketersediaan tempat tidur malah tidak dapat diandalkan.

Presiden Joko Widodo menegaskan pembatasan mobilitas masyarakat yang ada masih menjadi pilihan terbaik agar tidak merugikan perekonomian, serta kegiatan sosial, dan politik.

Pakar kesehatan telah mengkritik keputusan tersebut, mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan radikal demi menyelamatkan bangsa dan menghentikan penyebaran virus.

Hermawan Saputra, dari Organisasi Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), mengatakan krisis itu diperparah dengan perjalanan selama libur nasional Idul Fitri dan penyebaran varian Delta yang lebih menular.

 “Kami berada dalam situasi yang sangat mengkhawatirkan. Dengan kondisi ini kami merekomendasikan untuk melakukan lockdown regional,” kata Hermawan, untuk menghentikan penyebaran virus ke pulau-pulau lain di Nusantara.

Gemma Holliani Guardian

GN


#Corona #Hidup Sehat
Bagikan :

Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur