Opinion


Kamis, 24 Juni 2021 15:25 WIB

Sebuah Surat Untuk Anak Lelakiku.

'Kamu hidup selamanya dengan kenangan kondisi ayah yang sakit parah, tepat sebelum usiamu 11 tahun': surat yang selalu ingin saya tulis

Anonim

Pada usia 17 tahun, kamu bersiap-siap untuk merayakan malam besar pertama acara sekolahmu dan  kamu sibuk mencari dasi. Dengan bangga, aku memberi tahumu bahwa ibu memiliki beberapa  dasi milik ayahmu,  yang digantung di lemari di samping setelan jas terbaiknya.

"Mengapa ibu menyimpan jas orang yang sudah meninggal?" katamu mengejek.

Aku  selalu membayangkan, dengan cara yang sama yang aku ingin tahu tentang gaun pengantin ibuku, kamu mungkin ingin mencoba setelan ayahmu. Tapi, seperti biasa, aku yang selalu merasa benar, pikiran dan hatiku mundur ke dalam lubang hitam dari rasa malu, bersalah, dan ketidakmampuanku.

Meskipun aku tahu aku tidak akan pernah bisa, aku selalu mencoba menjadi ibu dan ayah bagimu, tetapi sering sekali gagal. Aku tahu bahwa aku tidak selalu yang kamu inginkan atau butuhkan, bahwa ibu tidak bisa dan tidak akan pernah cukup. Aku adalah seorang pengajar yang buruk dan putus asa untukmu yang ingin belajar untuk menyetir mobil, dan  tidak tahu apa-apa tentang mobil. Jika ayahmu ada di sini,  aku yakin dia akan melakukannya jauh lebih baik.

Aku tahu bahwa ibu sering membuatmu frustrasi ketika merasa resah dan khawatir berlebihan tentang keselamatan, keberanianmu, kepercayaan diri dan kerapuhanmu yang baru saja belajar tentang hidup. Tapi aku ibumu, dan itu pekerjaanku. Kamu tahu, Ayahmu itu sangat keren. Itu yang kutahu, sehingga merasa malu dengan caraku, ah..aku minta maaf.

Dan sekarang ulang tahunmu yang ke-18 sudah dekat. Ulang tahun selalu merupakan waktu yang sulit dan kamu akan hidup selamanya dengan kenangan ayah mu yang meninggal tepat sebelum kamu berusia 11 tahun. Hari ini, untuk beberapa alasan, aku ingin mengenang pakaian yang ia kenakan. Lalu aku mengambil koper berat yang berbau apek  dan tertutup debu dari lemari, aku membuka ritsletingnya, memperlihatkan pakaian wol biru tua yang sangat pas dengan ayahmu.

Saat aku meletakkannya di tempat tidur, air mataku mengalir. Apakah kamu ingat  pada kesempatan yang langka ketika dia memakainya untuk bekerja? Lalu kita  akan menggodanya bahwa dia pergi seperti anak muda hari itu.

Banyak hal lain yang menyentuh dan membuat hatiku terluka  dan sekarang saatnya untuk melepaskan sedikit kenangan tentang ayahmu. Aku membayangkan kebingungan dan rasa aneh darimu,  anakku yang sudah remaja, saat aku berbaring di tempat tidur untuk mendapatkan pelukan terakhir darimu.

Saat ini tolong izinkan aku untuk sebuah perjalanan terakhir menyusuri jalan kenangan, untuk membayangkan ayahmu. Tentu saja ada rasa canggung, tidak nyaman, tetapi ayahmu terlihat  sedikit seksi dengan rambut hippy abu-abu nya yang beruban dan tidak dicukur.

Namun setelan jas itu telah kosong, lusuh, tua,  ketinggalan zaman, dan bau ayahmu  tidak lagi melekat. Dia sudah pergi.

Kita letakkan di toko amal saja setelan jas ini, kalau begitu. Lagi pula, kamu tidak membutuhkan setelan jas ini. kamu sudah menjadi seorang pria sekarang.

Gusti Neka


#Berita
Bagikan :

Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur