Opinion


Selasa, 22 Juni 2021 19:38 WIB

Mengelola Quarter Life Crisis Di Masa Pandemi

Saat ini, banyak generasi muda yang merasa terjebak, tidak bersemangat, dan tidak memiliki kepastian dalam hidup. Sementara pandemic telah mempengaruhi semua orang, anak muda berjuang lebih dari orang tua dengan tantangan seputar pandemi karena berbagai alasan.

Menurut Federal Reserve Board, 33% Gen-Z dan 25% Milenial kehilangan pekerjaan selama pandemi. Hal ini berbanding dengan angka kelahiran bayi yang sebanyak 14%. Milenial yang lulus selama resesi tahun 2008 dan berjuang untuk mengembangkan jalur karir yang menjanjikan, mengalami kehilangan pekerjaan dan kondisi karir yang lagi-lagi tak berkembang. Sedangkan Gen-Z, mereka mengandalkan posisi level kehidupan baru setelah lulus mendapati diri mereka tinggal di rumah terisolasi dari teman-teman sembari bertanya-tanya, apakah yang mereka lakukan selama jeda setahun ini pada resume di masa depan?

Kurangnya prospek pekerjaan, ketidakmampuan untuk bepergian, dan dipaksa untuk tinggal di rumah telah membuat banyak anak muda yang hampir dewasa kebingungan dan bertanya-tanya, apa gunanya kerja keras mereka selama bertahun-tahun. Banyak anak muda yang mengalami quarter life crisis saat dunia sedang mengalami krisis. Sebuah krisis, meskipun sulit dan menantang, saat ini adalah kesempatan untuk melihat kehidupan baru yang berbeda dan mulai membuat keputusan yang lebih terencana.

A Quarter-life crisis, terjadi disekitaran umur 25 tahun (1/4 dari 100), ketika Anda dihadapkan pada kenyataan bahwa hidup tidak seperti yang dipikirkan. Ini adalah krisis emosional identitas dan kepercayaan diri. Anda dihadapkan pada perasaan, bahwa mungkin Anda tidak jujur ????pada siapa Anda sebenarnya, tetapi juga tidak yakin siapa Anda seharusnya.

Jika Anda sedang mengalami quarter life crisis, jangan panik. Meskipun mungkin terasa stres dan membebani pada saat itu, krisis adalah waktu yang tepat untuk mengevaluasi kembali hidup dan mulai membuat pilihan yang lebih baik. Pada saat yang sama, perhatikan bagaimana pandemi dan lockdown berikutnya memberikan waktu dan ruang untuk memperlambat dan fokus pada karier juga pertumbuhan pribadi.

Berikut adalah tiga langkah yang dapat dilakukan jika ingin mengakhiri krisis ini

Langkah 1. Jadilah Detektif bagi Pemikiran dan Perasaan

Anda tidak dapat memilih arah jika tidak mengetahui di mana Anda berada hari ini. Ini berarti, bahwa untuk menciptakan segala langkah maju dalam hidup, Anda perlu menjadi lebih sadar akan pikiran dan perasaan saat ini. Tanpa merasa "Apakah ini membuatku bahagia?" atau “Apakah saya menikmati pekerjaan sehari-hari?” tidak mungkin untuk mengetahui apa yang benar-benar berhasil dan tidak berhasil dalam kehidupan Anda saat ini.

Menciptakan kesadaran yang nyata, mengharuskan Anda untuk berpikir dengan tenang dan lebih memikirkan pikiran dan apa yang dirasakan saat ini. Banyak orang memiliki wawasan yang bagus tentang pikiran dan perasaan mereka, tetapi pemikiran ini dapat muncul beberapa hari atau bahkan berminggu-minggu kemudian, yang sangat membantu, tetapi tidak memungkinkan untuk bereaksi atau mengubah perilaku pada saat itu. Anda memilki kesempatan hingga akhir, tetapi jika Anda tidak mengubah perilaku Anda secara secara nyata, maka tidak akan ada yang berubah.

Coba Lakukan: Cek Hari Anda

Sediakan waktu setiap hari untuk mengintropeksi. Tuliskan dengan tepat apa yang dilakukan dan tambahkan pemikiran tentang kegiatan ini dan bagaimana perasaan Anda. Anda akan mulai berpikir seperti detektif dan ingin tahu tentang hal-hal yang dilakukan setiap hari yang membuat merasa bahagia, tertantang, frustrasi, atau sedih.

Lakukan ini selama beberapa hari atau bahkan berminggu-minggu, dan kemudian lihat kembali catatan Anda. Anda akan mulai melihat, pola aktivitas apa di tempat kerja yang membuat Anda merasa terinspirasi, bersemangat, dan menguras energi. Anda akan mulai memperhatikan jika belum memilki banyak waktu untuk melakukan kegiatan yang disukai, atau memperhatikan, bahwa anda dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki kecemasan dan stres.

Setelah mulai melihat pola-pola ini, langkah selanjutnya adalah membuat beberapa keputusan.

Langkah 2. Mulailah Membuat Keputusan Tanpa Rasa Takut

 

Membuat keputusan ketika masih muda itu sulit. Ketika Anda menikmati kehidupan di depan mata dengan kemungkinan tidak terbatas, dan ketika kemungkinan tidak terbatas, semakin sulit untuk membuat keputusan. Salah satu mitos terbesar dalam pengambilan keputusan adalah, bahwa terdapat keputusan yang ‘benar’ atau salah’. Mitos itu tidak benar, yang benar adalah tidak ada keputusan benar atau salah, hanya ada keputusan yang dibuat.

Semua keputusan sangat membantu karena memberikan informasi kepada kita. Jika ingin lebih memahami diri sendiri, apa yang Anda inginkan dalam hidup, dan karier, Anda harus mulai membuat keputusan.

Coba Lakukan: Lihat Kemungkinannya, Bukan Ketakutannya

Anda tidak dapat membuat keputusan dari sebuah rasa ketakutan. Ketika Anda tidak tahu hasilnya, mudah bagi pikiran untuk merasa takut. Di dunia yang maju ini ternyata masih banyak orang yang berpikiran konservatif. Ini berarti bahwa ketika kita takut, itu segera memicu kita untuk masuk ke pilihan bertahan hidup, melawan, melarikan diri, atau diam membeku. Inilah sebabnya mengapa ketika dihadapkan dengan keputusan besar, Anda cenderung tidak melakukan apa-apa (membeku), melarikan diri atau menghindarinya (menunda-nunda berarti melarikan diri) atau mencari semua perangkap untuk bersembunyi.

Inilah sebabnya mengapa Anda mengambil keputusan dengan mempertimbangkan kemungkinan, bukan rasa takut. Pikirkan tentang apa yang diinginkan dari hidup Anda dan karier, alih-alih berpikir "Saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan saya!", singkirkan rasa takut dan lihat potensinya "Bayangkan bagaimana perasaan saya jika saya mencintai pekerjaan ini."

Ketika Anda melepaskan rasa takut, inilah saatnya untuk mempercayai ketidaknyamanan itu.

Langkah 3. Percayai Ketidaknyamanan

Membuat keputusan itu sulit, tetapi yang lebih sulit adalah bertahan dengan keputusan itu, bahkan ketika segala sesuatunya mulai menjadi tidak nyaman. Setelah Anda membuat pilihan atau memilih jalan tertentu, Anda akan menyerahkan semua pilihan lain yang tersedia, dan itu akan terasa seperti mengalami kerugian.

Perasaan kehilangan itu akan membuat Anda mulai meragukan pilihan Anda. Setiap kali harus membuat pilihan antara dua hal atau lebih, hal itu akan terasa seperti kerugian. Kehilangan ini bukanlah penyesalan atau pertanda untuk berubah pikiran, namun merupakan perasaan sedih yang alami untuk jalan yang tidak dilalui.

Ingat krisis di seperempat kehidupan adalah krisis identitas diri. Jika Anda telah menghabiskan seluruh hidup Anda dengan satu visi tentang seperti apa masa paruh baya dan tiba-tiba Anda menyadari bahwa visi itu tidak selaras dengan apa yang Anda cita-cita kan untuk diri sendiri di masa depan, hal itu benar-benar sulit dan sangat tidak nyaman.

 

Coba Lakukan: Berkasih Sayang

Mencintai diri sendiri berarti menghormati diri dan menerima sisi kemanuasian dalam diri. Pasti ada orang di dunia yang tahu apa yang ingin mereka lakukan ketika mereka masih kecil dan tidak pernah goyah. Tetapi mayoritas orang dewasa melewati banyak liku-liku saat menentukan jalan hidup mereka yang unik.

Ketidaknyamanan Anda dengan identitas baru Anda adalah bagian alami dari proses ini, jadi harap ingat menyanyangi diri dan percaya, bahwa Anda akan menemukan jalan yang tepat.

 

Tess Brigham

Seorang psikoterapis dan pelatih yang berfokus pada milenium yang bekerja

 

Gusti Neka


#Gaya Hidup
Bagikan :

Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur