Sebuah saran dari penelitian menyampaikan: Mengabaikan susasana hati generasi milenial berarti perusahaan memisahkan diri dari 2/3 kumpulan anak muda berbakat.
Terdapat revolusi yang diam-diam terjadi di seluruh tenaga kerja Inggris, tetapi ini bukan tentang gaji, jam kerja, atau kontrak. Ini adalah kudeta yang dipimpin oleh anak muda pencari kerja yang terlibat secara politik menuntut pengusaha untuk mengabadikan nilai-nilai dan etika dalam bisnis mereka, bukan hanya mencari keuntungan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh konsultan Global Tolerance, hampir separuh angkatan kerja (42%) sekarang ingin bekerja untuk organisasi yang berdampak positif pada dunia. Survei ini dilakukan terhadap lebih dari 2.000 orang di Inggris. Ditemukan, 44% menganggap pekerjaan yang memiliki makna dan membantu orang lain lebih penting daripada gaji tinggi dan 36% pegawai akan bekerja lebih keras jika perusahaan mereka menguntungkan masyarakat.
Apa Yang Dicari Milenial?
Tampaknya, perubahan tersebut didorong oleh milenial, yakni mereka yang lahir antara tahun 1981 dan 1996. 62% milenial ingin bekerja di perusahaan yang memberikan dampak positif, separuh lebih memilih pekerjaan yang memiliki tujuan daripada gaji yang tinggi, dan 53% akan bekerja lebih keras jika mereka dapat membuat perubahan positif bagi orang lain.
Ini menyebabkan pertimbangan yang serius bagi pemberi kerja. Mengabaikan kecendrungan hati generasi berikutnya yang berarti menutup diri pada dua pertiga dari kumpulan bakat anak-anak muda ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika perusahaan besar maupun kecil sangat ingin menyuarakan nilai-nilai dan kebijakan etika perusahaan mereka.
Masalah bisnis untuk menjalankan perusahaan yang digerakkan oleh nilai dan etika juga mempengaruhi dalam proses perekrutan. Konsultan Simon Cohen percaya memiliki aspirasi seluruh perusahaan untuk membuat perubahan positif juga akan meningkatkan motivasi staf yang mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Cohen, seorang penulis dan pengamat sosial, meninggalkan karier yang cemerlang di bidang periklanan pada tahun 2003 karena dia merasa tidak bahagia dengan kurangnya nilai pada inti model bisnis perusahaan. Pada usia 23 tahun, dia mendirikan Global Tolerance (saat ini dijalankan oleh CEO Rosie Warin), sebuah perusahaan yang memilki kebanggaan saat bekerja dengan orang-orang yang berkomitmen pada perubahan sosial yang berdampak positif. Portofolio yang dimilikinya pun mengesankan mencakup Dalai Lama, cucu Mahatma Gandhi, dan Pangeran Charles.
Dia menjelaskan kesuksesan bisnis bukan melepaskan diri dari nilai-nilai dan etika mereka, tetapi karena menerapkan nilai-nilai itu. Ada lebih banyak hal baik yang harus dikerjakan, daripada menerima tepukan yang merendahkan. Bisnis yang baik menjadi sangat masuk akal ketika telah menerapkan nilai-nilai dan etika tersebut.
Cohen mengatakan: “Dengan menciptakan budaya dan lingkungan yang memiliki nilai-nilai yang bermakna dan selaras dengan nilai-nilai pekerja, karyawan akan lebih termotivasi untuk bekerja, dan akan berusaha sekuat tenaga untuk hal-hal baik yang mereka yakini.”
“Karyawan tidak sekedar mengerjakan pekerjaannya, pekerjaan ini menjadi aktualisasi diri. Nilai tidak berhenti atau dimulai saat masuk ke kantor atau berhenti saat pulang, pekerjaan ini menjadi bagian dari Anda dan apa yang Anda sukai."
Baik Anda lulus di umur 21 tahun atau lebih dan dalam karir yang mapan, tingkat sinisme adalah sebuah kebijaksanaan di sebuah perusahaan yang jenuh dengan kegagalan bisnis mereka dan untuk membuktikan bahwa mereka berharga sebagai pegawai yang memilki nilai dan etika, Cohen mengatakan dirinya telah mengamati ledakan besar di perusahaan yang melihat potensi bisnis di pasar yang dianggap didorong oleh nilai-nilai dan etika.
Telah terjadi banyak greenwashing (pengelabuan mengenai dampak lingkungan) dan orang-orang berhak untuk waspada, ujarnya. “Tidak ada gunanya jika hanya mengatakan bahwa kasih sayang adalah nilai yang ada di beranda situs web Anda, kasih sayang perlu diterapkan ke seluruh bisnis.
“Bisnis perlu merefleksikan secara mendalam tentang nilai-nilai mereka dan cara mereka dapat menunjukkannya di seluruh kebiasaan dalam bisnis tersebut. Kita hidup di masa di mana kita memiliki masyarakat yang sangat cerdas dan mereka bisa mendengar omong kosong dari jarak yang jauh. "
Sharon Goymer, manajer sumber daya untuk National Grid, mengatakan tren yang berkembang untuk model bisnis yang lebih berorientasi pada nilai telah berdampak besar pada perekrutan pegawai. Dirinya pun setuju, bahwa tidak cukup baik bagi bisnis untuk menunjukkan nilai-nilai tersebut yang ditujukkan untuk mendapatkan kepercayaan dan loyalitas staf, Anda perlu melakukan pembuktian tak hanya sekedar kata-kata.
Nilai dan etika
“Banyak industri energi yang terdiri dari pekerja laki-laki berusia 40-an, 50-an, dan 60-an. Salah satu prioritas besar perusahaan adalah meningkatkan keragaman dan menghadirkan generasi berikutnya,” jelas Goymer. “Meningkatkan nilai-nilai perusahaan untuk menarik individu-individu ini ke organisasi, tetapi ini bukan hanya tentang mengatakannya, ini tentang menyajikan bukti untuk mendukungnya.”
National Grid mencapai ini dengan menjalankan kegiatan pendidikan di sekolah untuk mendorong anak muda dari semua tingkatan dan latar belakang untuk mengejar karir di bidang ilmu pengetahuan, teknik, matematika dan teknologi, sementara karyawan didorong untuk melakukan beberapa bentuk pekerjaan sukarela, selama mereka berada di perusahaan yang dinamakan tanggung jawab sosial perusahaan tahun lalu dan juga membentuk kelompok karyawan yang bertujuan untuk mendorong keragaman etnis dan inklusivitas di antara pegawai.
Jika perusahaan ingin agar nilai-nilai mereka mencerminkan nilai-nilai tenaga kerja mereka, peran apa yang dimiliki karyawan dalam membentuk kebijakan bisnis? Goymer memperingatkan bahwa terlalu sering mengubah nilai perusahaan sesuai keinginan staf dapat menimbulkan masalah di perusahaan besar dengan keragaman pandangan dan budaya. Namun, dalam bisnis kecil mungkin ada ruang untuk lebih banyak fleksibilitas.
Pengusaha Ciaron Dunne mendirikan Office Genie yang berbasis di Cambridge pada tahun 2008 setelah lulus dari universitas di kota. Dia tertarik untuk merekrut tim kreatif yang bekerja keras dan akan memimpin startup digital menuju kesuksesan. Namun, pada saat yang sama, dia menginginkan tenaga kerja yang termotivasi bukan karena sekedar uang dan menekankan untuk dapat memberikan dampak kepada masyarakat sekitar.
Anggota staf telah berperan dalam pekerjaan sukarela termasuk memungut sampah di sungai dan merenovasi tempat amal. Pekerja juga didorong untuk fokus pada pertumbuhan secara profesional dan perusahaan memperkenalkan aturan di mana semua karyawan diharuskan menghabiskan waktu kantor sebanyak 20% untuk proyek pertumbuhan professional perusahaan.
Dunne mengakui bahwa sebagian besar proyek ini bukan semata-mata keputusan manajemen, tetapi diprakarsai oleh karyawan.
Dia berkata: “Ketika Anda merekrut orang-orang yang mencari kehidupan lebih dari sekedar uang, tidak dapat dihindari bahwa orang-orang tersebut akan menyarankan Anda untuk berbuat lebih banyak untuk komunitas.”
“Umpan balik dari karyawan merupakan sesuatu yang ingin mereka lakukan. Dalam survei staf kami, kami memiliki 100% yang mengatakan mereka akan merekomendasikan bekerja untuk perusahaan kami. Oleh karena itu, tingkat retensi menjadi tinggi.”
“Saya percaya Office Genie sebagai sebuah bisnis, tapi ada beberapa aspek yang tentunya relatif yang kurang diminati. Tapi Anda bisa membuat orang sangat termotivasi dengan cepat dengan menunjukkan apa yang diperjuangkan perusahaan, apa yang ingin dicapai, dan budaya yang ingin dimiliki. "
Matthew Jenkin
Gusti Neka