News


Rabu, 18 Desember 2024 21:49 WIB

Melati Erzaldi

Reses Melati DPR RI dan Curhat Permasalahan Perempuan

Ibu Hasno, mewakili jamaah Al Hidayah Kecamatan Gerunggang menyampaikan aspirasi kepada Melati, Rabu (18/12/2024). Foto : babelinsight.id

"KDRT, menjadi isu yang sudah terjadi sejak lama, sejak bertahun-tahun lalu. Sudah seperti gunung es.”
-Melati Erzaldi-
___

Penulis: Friz
Editor: Putra Mahendra


Tapi diyakini Melati, KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) sudah terjadi sejak lama, hanya saja saat ini sudah banyak perempuan-perempuan yang berani berbicara, menyampaikan ke depan umum, maka seolah-olah baru terjadi sekarang-sekarang ini.

Itu diungkap Melati yang juga anggota DPR RI Komisi XIII Fraksi Gerindra, saat menggelar reses atau jaring asmara (jaring aspriasi masyarakat) di hadapan jamaah Al Hidayah, Kota Pangkalpinang yang beralamat di Gerunggang.

Di kesempatan itu, Ibu Hasno, mewakili Jamaah Al Hidayah, menyampaikan beberapa hal di antaranya adalah banyaknya perceraian disebabkan KDRT salah satunya, karena faktor ekonomi. 

Melati dalam Reses DPRI RI di Kelurahan Bukit Merapen, Kecamatan Gerungga Kota Pangkalpinang.  Foto : babelinsight.id

Bagaimana ekonomi keluarga, dikatakan Bu Hasno agar mendapat perhatian seperti pembinaan atau bimbingan keluarga yang mengalami kesulitan baik dalam rumah tangga hingga masalah ekonomi dan mendapat pengarahan atau bantuan.

"Ini titip saya pada ibu, supaya minimal kekerasan dalam rumah tangga itu berkurang walaupun tidak semata karena ekonomi tapi memang penyebab terbesar adalah ekonomi," ungkapnya. 

Juga bagi para perempuan yang ingin melakukan usaha, lanjutnya, dapat dilakukan oleh Melati seperti mendorong pemerintah daerah agar melakukan program bantuan untuk usaha-usaha kecil lebih intensif lagi. Seperti yang IPHI yang digagas Erzaldi, Gubernur Babel periode 2017-2022 untuk membantu kepada pedagang kecil, yang juga suami dari Melati. 

"Ini sangat bermanfaat bagi mereka. Ini sangat diperlukan, jadi bagaimana caranya untuk mendorong pemda atau dari Pusat," ujarnya. 

Selain itu, masalah makan bergizi gratis sebagai rencana program dari Pusat yang akan dilaksanakan tahun depan untuk anak sekolah.

Kata Melati, anggaran dari pusat per-anak Rp 10.000 rupiah sementara ekonomi Babel ini tinggi. Dirinya, melalui BKOW pernah melakukan uji coba dengan harga Rp 20.000 rupiah baru bisa memenuhi standar sehat dan bergizi. 

"Ini bagaimana daerah kita ini, apakah bersinergi atau bagaimana. Termasuk pendidikan agama, diharapkan bisa dilaksanakan dengan baik, baik anak-anak hingga lansia-lansia,” 

Melati

Melati Punya Solusi, Sekuntum Melati

Bicara tentang KDRT, Melati mengatakan, salah satunya memang karena ekonomi. Tetapi juga sering terjadi ketika perempuan di rumah tangga yang mungkin tidak diberdayakan atau tidak produktif. Misalnya tidak bekerja dan hanya menjadi seorang istri atau menjadi seorang ibu. 

Maka, Melati kembali mengingat, programnya yang sudah digagas sejak beberapa tahun lalu, Sekuntum Melati. Diceritakannya, Sekolah Untuk Para Perempuan Menjadi Mandiri dan Terlatih ini digagas karena melihat beberapa permasalahan.

"Saya melihat, permasalahan pertama adalah bagaimana penanganan stunting dan kedua termasuk untuk menekan KDRT,” jelasnya.

Perempuan yang hanya di rumah, baik sebagai istri maupun ibu, Melati melalui sekolah ini, ingin agar para perempuan mampu lebih produktif dan menambah penghasilan ekonomi pada keluarga. 

Foto bersama usai silahturahmi dan Reses DPR RI oleh Melati dengan jamaah Al Hidayah Kecamatan Gerunggang. Foto : babelinsight.id

"Ini alhamdulillah, saya yakin salah satu langkah yang bisa menekan KDRT," ceritanya karena di antara peserta (siswi) sudah bisa membangun usaha baik mandiri atau kelompok. 

Maka, Melati mengatakan, ini sangat bisa dimulai lebih dulu dari perkumpulan atau majelis Al Hidayah jika para anggota memang berkenanan atau berminat melaksanakan Sekuntum Melati ini. 

Karena, sekolah ini bukan seperti sekolah resmi, sekolah ini dilaksanakan para peserta dengan berkumpul disuatu tempat dan Yayasan Sekuntum Melati menyediakan tutor atau pemateri yang disesuai dengan kebutuhan. 

Pangkalpinang salah satu daerah yang pernah dilaksanakan Sekuntum Melati, diceritakan oleh Melati, diikuti oleh peserta 25 orang. Yang tadinya hanya di rumah saja, tidak produktif dan hanya kumpul-kumpul, setelah mengikuti pelatihan-pelatihan disekolah ini menjadi lebih terbuka dengan usaha dan mendapat banyak ilmu lainnya. 

Materinya, lanjutnya,  tidak hanya bagaimana membangun sebuah usaha, tetapi juga mendapat materi tentang kesehatan jiwa yang disampaikan oleh para ahli kejiwaan. 

"Karena jika ibunya tidak dalam keadaan waras, maka keluarga juga bisa jadi tidak waras. Karena memang ibu yang bahagia, maka keluarganya juga akan bahagia. Ini contohnya", tegasnya. 

"Yuk kita bergabung, adakan lagi Sekuntum Melati yang hanya dilaksanakan seminggu sekali untuk bagaimana kita lebih berdaya saing nantinya. Tidak memandang usia bu," ajaknya sebagai Founder Yayasan Sekuntum Melati. 

Dengan disepakati kelompok, materinya bisa diminta ingin apa saja. Sekuntum Melati bekerja sama dengan banyak pihak untuk menyiapkan materi-materi oleh para ahli.

Selain itu, Melati menceritakan juga sedang merintis pembangunan Bank Infaq, salah satunya bersama Pak Erzaldi di IPHI. Sama seperti Bank Infaq yang ada di Jakarta atau kota-kota besar lainnya. 

"Baru-baru ini saya hadir dalam pencairan dana dari bank infaq, sebesar Rp 500 juta rupiah untuk beberapa nasabah,” ceritanya. 

Namanya bank infaq, tentu dihasilkan dari infaq. Dijelaskan Melati, di Babel sudah digagas di Kecamatan Pangkalanbaru oleh ibu-ibu majelis taklim, yang juga linier dengan bank infaq di Pusat dan melakukan pendampingan langsung, untuk melatih dan menjelaskan bagaimana dalam pengelolaan kepengurusan. 

Sebelumnya diakui Melati, memang sudah banyak yang melaksanakan infaq pada perkumpulan-perkumpulan seperti majelis taqlim, hanya saja digunakan untuk yang bersifat sosial keagamaan, tapi sekarang dengan sistim bank infaq ini, sebagiannya dana infaq digulirkan untuk usaha para anggota dan masyarakat sekitar. 

"Alhamdulillah berjalan dan membantu banyak jamaah dan tidak ada kredit macet. Maka, ini salah satu solusi jika Al Hidayah mau melaksanakannya, khususnya para perempuan yang ingin lebih berkembang," jelasnya lagi. 

Walau dirinya bertugas di Komisi XIII di Parlemen Pusat, dengan mitra yang berbeda dari aspirasi yang disampaikan kepadanya hari ini, Melati dengan tegas mengatakan bahwa akan tetap terbuka untuk berdiskusi hingga mendapat solusi bersama.


Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur