'Kemewahan di setiap hari' adalah tren kejutan untuk tahun 2021. Bel Jacobs mengeksplorasi kegembiraan dari fantasi mode dan kekuatan ketika kita melakukannya.
Dari semua tren yang diperkirakan akan muncul di catwalk musim semi 2021, kegembiraan bukanlah yang pertama terlintas dalam pikiran. Setidaknya, 2020 telah menjadi tahun yang menantang, berdandan menjadi kegiatan yang semakin jarang dilakukan. Namun, saat ini ketika semua orang berjalan keluar dan mengenakan kemeja sutra cerah karya Dries van Noten, kerutan khas Molly Goddard, motif bunga berwarna cerah, mantel rok bersulam, semuanya berpadu dalam parade kemewahan yang tampak lebih mewah dari sebelumnya. 'Everyday exuberance' atau kemewahan setiap harinya, seperti yang dijelaskan Vogue, "Musim semi ini, berhentilah mengunakan celana jeans dan beralihlah untuk sesuatu yang sedikit lebih menyenangkan". Tetapi jika fesyen yang dimaksudkan sebagai penanda budaya pada setiap masa, bukankah ini semua menjadi gagal? Ternyata tidak.
Secepat tombol swipe up yang menginformasikan dengan cepat, berdandan saat lockdown adalah fesyen yang baru. Pada awal pandemi, celana jogging dan pakaian santai menjadi tren yang digandrungi. Misalnya Hailey Bieber yang mengenakan atasan dan celana panjang lalu meringkuk di depan api atau berdansa dengan Justin. Aktor India Hrithik Roshan dengan pakaian olahraga ketika belajar piano. Seolah-olah para selebritas secara intuitif memahami bahwa ini bukanlah waktu yang tepat untuk meluncurkan dan membeli barang-barang mewah terbaru.
Priyanka Kapadia Badani, Direktur Mode Vogue India, menata dan mengarahkan pemotretan melalui layar komputernya sejak lockdown. Influencer AS Leandra Medine Cohen, alias Man Repeller, terus mengunggah serangkaian pakaian dengan gaya terbaru dengan set up dari kamar tidurnya. Sementara itu di Inggris, banyak pencinta fesyen menginginkan kembali untuk mengenakan barang-barang indah, ketika terjebak di rumah, mengikuti panggilan zoom atau menepi di sudut-sudut ruangan. Stylist Trinny Woodall membuat lusinan video make-up, cara memakai, dan memasang pernak-pernik pada baju
Aktor Inggris Amanda Holden mengenakan gaun pesta untuk membuang sampah, memicu masyarakat untuk berdandan ketika melakukan tugas-tugas rumahan, bahkan para selebriti mengunakan perak dan bulu merak untuk menyetrika pakaian ketika di taman. Adapula yang mengunakan jaket makan malam resmi untuk memotong rumput. Di sisi lain, para pekerja rumah menghadiri pertemuan online dengan pakaian mewah. Saat ini berdandan untuk pesta adalah hal yang mengasyikkan, berdandan pada saat tidak punya tempat tujuan adalah hal baru.
“Saat sebuah aktivitas yang membantu kita merasa menjadi diri kita yang sebenarnya, seperti hobi, bertemu teman, dan pergi bekerja, yang tidak dapat dilakukan selama lockdown. Ternyata berdandan dapat membantu orang memperkuat rasa jati dirinya,” ujar Rose Turner, psikolog mode di London College of Fashion “Pakaian mempengaruhi cara orang berpikir dan berperilaku. Mengenakan pakaian 'kerja' dapat membantu motivasi dan konsentrasi, mengenakan sesuatu yang istimewa juga dapat membantu memecahkan rasa monoton saat lockdown, dan meningkatkan suasana hati."
Bebas Berekspresi
https://www.piqsels.com/en/public-domain-photo-jfihf
Sadie Clayton menyetujuinya dengan sepenuh hati. Seniman dan direktur kursus mode di London College of Contemporary Arts membuat siswa tetap mengunakan lipstik warna merah terang dan mengukir titik-titik khas yang dilukis di bawah matanya. “Bagi saya, itu adalah bagian terbesar dari diri saya,” Tanpa itu, tidak ada Sadie Clayton. Bahkan dirinya memulai hobi baru seperti menari. “Sering kali, saya akan mengenakan legging yang funky, sambal mendengarkan beberapa lagu lawas dan merasa seperti berada di era 1980-an!” Yang paling mendebarkan adalah semangat perbedaan yang mendasari semua pilihan kostum ini.
Tentu saja, fesyen memiliki jarak tempuh di sini. Di akhir Perang Dunia Pertama dan pandemi flu tahun 1918, mode meresponsnya dengan gaun flapper dan banyak riasan. Rok lebar pada koleksi baru Dior pada tahun 1947 adalah balas dendam yang ditujukan untuk melawan privasi masa depresi. Disco mengikuti gejolak sosial dan ekonomi pada pertengahan tahun 1970-an dalam karya baru oleh Kylie Minogue, dalam koleksi sepatu Terry de Havilland dan tentu saja, di dapur rekaman Ellis-Bextor, tempat para bangsawannya melahirkan album.
Hal Baru Pada Barang Lama
https://www.piqsels.com/en/public-domain-photo-jflsi
“Bagi saya, ini tentang kebutuhan mendasar untuk memberikan penyaluran secara emosial lewat seni, musik, dan pelarian dari berita pandemi yang ada,” kata Ellis-Bextor kepada Guardian. Namun pandemi mengubah hubungan terhadap mode dengan cara lain juga. Sementara beberapa orang beralih dengan mengenakan celana olahraga, yang lain kembali menggunakan baju lama favorit mereka, menikmati apa yang sudah mereka miliki. “Perubahan terbesar bagi saya adalah pemahaman saya tentang seberapa banyak yang mode yang sudah saya “konsumsi”, Michela Vinton, direktur kemitraan afiliasi di platform vintage baru Display Copy. “Saat pandemi ini, saya menghabiskan lebih banyak waktu mengenakan pakaian dengan cara yang berbeda.”
Bahkan ketika meluangkan waktu di rumah untuk mengobrak-abrik lemari dan mencari harta karun. “Saya menemukan salah satu tas vintage milik ibu saya,” ujar Danielle Franca Swift, produser eksekutif Display Copy. “Usia tas itu sekitar 30 tahun dan saya merasa sangat tertarik dengan hal-hal baru yang saya temukan ini, barang-barang tersebut memiliki nilai sentimental, dan menemukannya membuat saya merasa terhibur. Dalam waktu yang normal, saya mungkin tidak melakukannya namun di saat pandemi, mencari keterikatan emosional dalam pakaian-pakaian lama semakin sering terjadi. "Diam-diam, planet ini berterima kasih kepada kita karena berkurangnya keinginan konsumtif terhadap barang.”
“Berdandan adalah cara untuk mendapatkan kembali kebahagiaan terlepas dari faktor dari luar," ujar fashion futurist Geraldine Wharry. “Menyadari bahwa Anda, sebagai pribadi, merupakan hal yang paling penting, meskipun tidak ada orang lain yang melihat”. Orang-orang menjadi kreatif dengan pakaian di lemari mereka dan bersenang-senang dengan memadupadankannya atau dengan menemukan barang-barang lama lainya. Saat pandemi, mereka bertanya pada diri sendiri, apa yang benar-benar membuat bahagia? Setelah mengalami lamanya lockdown. Mereka menyadari bahwa tidak layak untuk hidup dengan mengenakan baju santai, ataupun celana olahraga.
Banyak orang percaya pandemi seperti menawarkan kanvas kosong untuk awal yang baru. “Kami akan keluar dari pandemi ini, seperti kami keluar dari perang,” ujar Li Edelkoort, seorang peramal cuaca, dalam percakapan dengan Vanessa Friedman dari New York Times. “Saat pandemi kita melihat bahwa gedung-gedung tinggi itu masih ada, tapi semuanya hancur karena kekosongan. Kami menginginkan dua hal, keamanan dan kebebasan berekspresi." Syukurlah, karena saat ini kita sudah terlatih melakukannya.
Bel Jacobs
Gusti Neka