Ketua IPHI Babel, Erzaldi Rosman saat kegiatan Subuh Sajadah Fajar di Masjid Baiturrahmah Paritlalang/Foto: babelinsight.id
"Kadang kita larut dalam kebahagiaan, menganggap enteng hal-hal kecil yang sebetulnya keliru. Jika dibiarkan, ini bisa jadi karakter"
-Erzaldi Rosman-
Dalam suasana penuh keakraban di Masjid Baiturrahmah, Parit Lalang, Pangkal Pinang, Selasa (5/11/2024), Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Kepulauan Bangka Belitung, Erzaldi Rosman, mengangkat topik yang menggelitik hati banyak orang tua. Pada program Sajadah Fajar bersama rombongan pengurus IPHI, Erzaldi berbicara lantang tentang pentingnya menjaga silaturahmi dan bagaimana perubahan pola asuh dapat berdampak pada adab dan moralitas generasi muda.
Erzaldi menekankan bahwa kecenderungan untuk menoleransi kesalahan kecil bisa menjadi akar permasalahan besar.
Erzaldi mengajak kepada orang tua untuk memberikan waktu dan berkomunikasi dengan anak-anaknya/Foto: babelinsight.id
Fenomena seperti ini, menurutnya, menjurus pada kebiasaan di mana kesalahan tidak lagi dianggap salah, namun diterima sebagai pembenaran.
"Orang Tua Takut Anak": Fenomena yang Kian Marak
Salah satu kekhawatiran utama Erzaldi adalah tren di mana orang tua justru takut menegur anaknya. Kecenderungan ini, menurutnya, dapat menimbulkan adab yang keliru.
"Anak jadi ngelunjak, tidak hormat, dan tidak respek kepada orang tua karena orang tua merasa 'takut' dan berlebihan dalam menyayangi anak," ujarnya.
Erzaldi juga mengutip pandangan psikologi bahwa hubungan orang tua dan anak memerlukan keintiman dan perhatian yang konsisten.
"Minimal peluk anak kita 7 kali sehari. Interaksi fisik dan emosional ini sangat diperlukan agar ikatan keluarga tetap kuat."
-Erzaldi Rosman-
Teknologi, Alat yang Mendekatkan tapi Membuat Jauh
Pada sambutannya Erzaldi mengingatkan bahaya fenomena tergerusnya adab anak kepada orang tua/Foto: babelinsight.id
Erzaldi juga mengingatkan bahwa meski teknologi bisa mendekatkan secara fisik, namun kerap mengurangi kedekatan emosional. Orang tua sering memberikan fasilitas teknologi tanpa pembatasan, yang akhirnya menciptakan jarak emosional antara anggota keluarga.
"Banyak yang tampak dekat tapi sebenarnya jauh. Karena teknologi yang kita gunakan terlalu berlebihan tanpa ada pembatasan, sehingga dapat mengganggu jarak kehidupan sosial, ataupun berkehidupan berkeluarga dan bernasyarakat, lingkungan dekat kita.", jelasnya.
Erzaldi menutup pesannya dengan mengajak semua yang hadir untuk introspeksi dan memperbaiki pola asuh, agar keluarga tetap sakinah, mawadah, warahmah.
"Tentunya ini kita harus mulai bersikap bagaimana kiranya, adab ini harus kita perbaiki," ajaknya.
Melalui program Sajadah Fajar ini, Erzaldi berharap agar masyarakat Bangka Belitung semakin sadar akan pentingnya menjaga nilai-nilai adab dan kedekatan keluarga di tengah kemajuan zaman.