Merayakan Hari Kemenangan, Hari Raya Idulfitri, tentunya menjadi euforia tersendiri bagi masyarakat muslim di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Berbagai macam hidangan pengunggah selera sudah dipersiapkan bahkan beberapa hari sebelum perayaan lebaran tiba. Mulai dari ketupat, rendang, opor ayam, kari, ditambah lagi dengan beragam masakan khas keluarga. Beragam jenis kue juga sudah terhidang di meja. Mulai dari kue yang manis, asin, pedas, dan masih banyak lagi. Stok minuman manis pun sudah terhidang di sana, seolah kurang lengkap jika tak ada di atas meja. Semua jenis hidangan ini hampir tersedia di seluruh rumah sanak keluarga, kerabat, dan tetangga yang merayakan Hari Raya Idulfitri.
Tak dipungkiri setiap kita bertamu, ada saja makanan yang kita coba, walaupun jumlahnya tak banyak. Namun jika kita berkunjung ke beberapa rumah di hari yang sama, ternyata asupan makanan yang kita konsumsi melebihi standar makanan yang seharusnya kita makan, terutama asupan gula. Terlebih selama bulan Ramadan tubuh kita sudah mengenal konsep makan sehat yang hanya dilakukan sehari 2 kali, sehingga pola makan saat lebaran tentunya berpotensi dapat mengacaukan konsep tubuh yang sudah terbentuk selama 30 hari. Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan untuk kembali memperbaiki pola makan?
Berhenti Konsumsi Makanan Bersantan
Setelah mengonsumsi rendang, kari ayam, dan banyak makanan lainya yang mengandung santan, sekarang saatnya untuk memberi jeda pada tubuh kita, dengan tidak mengonsumsi makanan bersantan lagi. Gantilah menu ini dengan mengonsumsi sayuran segar yang kaya serat, seperti sayur bayam, oyong, sayur asam, lempah darat, dan jenis sayuran lainya yang mudah untuk dibuat.
Ada baiknya rendang dan opor ayam kita simpan terlebih dahulu dalam lemari pendingin, dan dikeluarkan beberapa minggu ke depan ketika pola makan kita sudah kembali normal. Untuk saat ini, mengonsumi ikan merupakan pilihan terbaik, karena lebih mudah dicerna oleh tubuh. Selain itu, kandungan lemak baik yang terdapat pada ikan dapat membantu proses pencernaan, setelah beberapa waktu sebelumnya, perut kita hanya di isi oleh makanan berbahan dasar daging.
Konsumsi Buah dan Sayur Untuk Sarapan
Sudah menjadi kebiasaan, terkadang kita mengonsumsi bubur ayam, nasi uduk, dan makanan sejenis lainnya ketika sarapan. Namun di saat seperti ini, ada baiknya kita menganti dengan mengonsumsi buah di pagi hari. Boleh buah segar, oatmeal, jus sayuran seperti seledri yang berguna untuk detoxsifikasi, atau smooties, bahkan konsumsi yogurt juga sangat baik untuk pencernaan. Mulailah selalu dengan buah dan sayur, sehingga ketika kita berkunjung, kondisi perut tidak dalam kondisi lapar dan asupan makanpun menjadi terkontrol.
Mengonsumi banyak air putih juga sangat disarankan, agar keinginan kita untuk mengonsumi minuman manis menjadi berkurang. Selain baik untuk melancarkan pencernaan, konsumi air putih juga dapat mengganti hilangnya cairan dalam tubuh kita, tanpa tubuh harus menerima asupan gula berlebihan.
Berolahraga
Jangan malas untuk kembali berolahraga, justru inilah saat terbaik untuk berolahraga. Tumpukan lemak yang ada dalam tubuh harus segera dibakar dengan melakukan olahraga yang seperti berlari, senam, atau pilihan olahraga lainnya. Selain mampu untuk membakar lemak, olahraga juga mengembalikan stamina dan memperbaiki metabolisme tubuh kita, setelah mengonsumi banyak makanan yang sebenarnya tak dibutuhkan oleh tubuh, melakukan olahraga menjadi salah satu “obat“ untuk menyehatkan kembali organ-organ tubuh kita.
Puasa Syawal
Selain memperoleh pahala puasa seperti berpuasa selama setahun, dari sisi kesehatan, puasa Syawal dapat mengembalikan pola makan sehat yang pernah kita lakukan ketika Ramadan. Kuncinya sama, yakni menahan diri dan juga hawa nafsu. Ketika melakukan puasa syawal, kita tak terlalu mengonsumsi beragam sajian makanan yang ada, walaupun ketika berbuka dan sahur kita mengonsumsi makanan serupa. Namun jumlah asupan yang masuk ke tubuh tidak sebesar ketika kita sama sekali tidak melakukan puasa syawal.
Puasa syawal ini dilakukan selama 6 hari dalam bulan Syawal yang dilakuakan secara berturut turut, ataupun tidak. Namun banyak yang menyarakan untuk melakukan puasa ini secara berturut agar membentuk pola yang baik, tak hanya bagi kesehatan tubuh dan juga dari sisi spiritual.
Menerapkan pola makan yang sehat tentunya bukanlah hal mudah, terlebih dalam kondisi perayaan hari besar keagamaan. Namun pola hidup sehat yang dibutuhkan oleh tubuh kita harus menjadi hal yang diutamakan.
Gusti Neka