Erzaldi Rosman mengungkapkan, bonus demografi yang akan didapat oleh Indonesia, menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang/Foto: babelinsight.id
Untuk menangkap peluang bonus demografi ini, Erzaldi Rosman menginisiasi program Desa Emas. Dalam Gerakan Desa Emas untuk menumbuhkan semangat Desa yang tangguh, mandiri, bermartabat dan sejahtera itu, salah satu inisiatif utamanya adalah "Satu Desa Satu Sarjana."
---------
Penulis : Tedja Wahana
Editor: Nekagusti
Bonus demografi akan dihadapi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Bonus demografi, di mana Indonesia akan mengalami lonjakan tenaga kerja usia produktif dalam jumlah besar itu, menurut Erzaldi Rosman menjadikannya sebuah tantangan sekaligus peluang.
"Kita memiliki jumlah usia tenaga kerja terbanyak di dunia, dan ini adalah peluang besar. Tetapi jika tidak kita manfaatkan, kita akan kehilangan kesempatan tersebut," ungkapnya.
Salah satu masalah yang disorotinya adalah banyaknya lulusan perguruan tinggi yang menganggur, sekitar 75 persen, karena jurusan yang mereka pilih tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
"Banyak anak yang memilih jurusan tanpa mempertimbangkan prospek kerjanya, dan akhirnya tidak bekerja setelah lulus," ujar Erzaldi.
Program Satu Desa Satu Sarjana melalui program Kuliah Magang di Taiwan adalah salahsatu cara meraih Bonus Demografi/Foto: babelinsight.id
Satu Desa, Satu Sarjana
Erzaldi Rosman saat membuka kegiatan sosialisasi "Satu Desa Satu Sarjana", di Rosman Djohan Institute (RDI), Kamis (3/10), mengatakan bahwa program tersebut disandingkan dengan Program Kuliah Magang di Taiwan yang selama ini telah berjalan.
"Program ini sudah lama berjalan, dan kami melanjutkannya karena manfaatnya sangat besar, terutama di tengah kondisi ekonomi yang sedang terpuruk saat ini," jelasnya.
Oleh karenanya, Erzaldi mengajak generasi muda untuk mengambil kesempatan belajar sekaligus bekerja, sehingga dapat lebih optimal dalam berkontribusi bagi pembangunan bangsa.
"Anak-anak kita terlalu dimanja, memilih jurusan sembarangan hanya untuk memenuhi keinginan mereka, bukan karena kebutuhan pasar. Ujung-ujungnya mereka hanya menghabiskan uang tapi tidak mendapatkan pekerjaan yang layak," tambahnya.
Program Magang di Taiwan
Program kuliah magang di Taiwan, yang disosialisasikan oleh Erzaldi, menawarkan solusi bagi permasalahan tersebut. Program ini memungkinkan para pelajar untuk mengambil jurusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri, tanpa harus mengeluarkan biaya kuliah, karena ditanggung oleh pemerintah Taiwan.
Namun, mereka tetap harus menanggung biaya hidup sehari-hari, yang dapat dipenuhi melalui pekerjaan paruh waktu selama mengikuti program. Dan dari pengalaman sebelumnya mereka yang mengikuti program ini, bahkan bisa mengirim sebagian penghasilannya ke orang tua mereka di tanah air.
Nantinya setelah program ini berjalan, selama masa studi dan magang, mereka diharuskan mengirimkan uang kepada orang tua, yang diharapkan dapat digunakan untuk membangun usaha, sehingga membantu perekonomian keluarga.
Program Kuliah Magang ini diharapkan dapat mencetak generasi Bangka Belitung yang berdaya saing di masa depan/Foto: babelinsight.id
“Ini adalah jalur yang baik, penting memilih jurusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja agar setelah lulus, mereka memiliki keahlian yang relevan,”
-Erzaldi-
Dengan adanya program ini, Erzaldi berharap generasi muda Indonesia, khususnya dari Bangka Belitung, dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan kompetensi dan daya saing di pasar global. Program ini sejalan dengan visi Erzaldi untuk mempersiapkan generasi yang lebih tangguh, mandiri, dan berdaya saing tinggi di masa depan.
Selain program kuliah magang, pada kesempatan itu juga menawarkan kepada masyarakat desa khususnya generasi mudanya untuk menjadi Penyelia Sertifikat halal di Desa, dan juga tawaran sebagai tenaga penyembelih Sapi Halal, yang saat ini dibutuhkan seperti negara Australia dan Jepang