Ketua Dewan Pembina Gekrafs Babel Melati Erzaldi menjadi pembicara dalam Talkshow Ramadan tentang pencegahan bullying atau perundungan anak. Foto: babelinsight.id
Tindakan bullying bisa terjadi dalam berbagai konteks, seperti di sekolah, tempat kerja, lingkungan online (cyberbullying), atau di tempat umum.
---
Penulis: Fadjroel
Editor: Nekagusti
KASUS bullying atau perundungan kerap menjadi tindakan yang dilakukan oleh suatu individu, atau kelompok orang kepada individu lainnya. Kasus tersebut bahkan akrab terjadi di usia anak-anak, dan hal ini sangat mengkhawatirkan.
Bullying sendiri, berdasarkan pemahamannya merupakan perilaku agresif yang berulang, disengaja, dan memiliki tujuan untuk menyakiti, merendahkan, atau mendominasi orang lain secara emosional, fisik, atau mental.
Untuk itu, penting adanya pencegahan. Ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian, dan harus dilakukan menurut Melati Erzaldi, saat berbicara di hadapan audience Talkshow Ramadan bertajuk "Berkah Ramadan, Cegah Perundungan, Tebar Kebaikan", di D'Garden Ramadan Market, Sungailiat, Jumat (29/3/2024).
Menurut Melati, pencegahan pertama terhadap tindakan bullying kepada anak-anak dapat terdeteksi dari orang tua yang memahami perilaku anak-anaknya. Foto: babelinsight.id
Founder Sekuntum Melati, Melati Erzaldi mengatakan bahwa Bullying ini benar-benar menjadi pesan bagi orang tua, khususnya mama-mama yang berperan paling dekat dengan anak, harus menjadi perhatian, karena korban bullying bisa terdeteksi dari keluarga," kata Melati yang juga Bunda PAUD Bangka Belitung periode 2017-2022.
Berdasarkan kasus yang marak terjadi, sekolah adalah salah satu tempat paling berisiko terjadinya bullying. Orang tua, kata Melati harus peka terhadap perubahan perilaku anak-anaknya. Jika ditemukan, orang tua diharapkan dapat responsif, dan melakukan konsultasi kepada pihak sekolah seperti guru BK (Bimbingan konseling).
"Apabila ada perilaku yang tidak biasa terjadi pada anak, harus menjadi suatu pertanyaan besar, khawatir terjadi sesuatu di sekolah yang kita nggak tahu. Pertama, cobalah bicara dari hati ke hati, agar mereka bisa terbuka," katanya.
Talkshow Ramadan hari ini banyak mendapat atensi para audience yang menanyakan berbagai hal tentang pencegahan perundungan anak. Foto: babelinsight.id
"Ini menurut saya yang akan saya lakukan sebagai seorang ibu, bukan psikolog. Saya akan tanya yang ringan-ringan, jangan sampai anak kita menjadi seorang korban bullying. Sebisa mungkin kita bisa memecahkan masalah mereka (Anak), dan langsung kita selesaikan," katanya menambahkan.
Kembali disebutkan Melati yang juga Ketua Dewan Pembina Gerakan Ekonomi Kreatif (Gekrafs) Babel, orang tua harus menjadi contoh pertama agar tindakan dan perilaku bullying tidak dilakukan anak-anak, atau sebagai pelaku.
"Jangan sampai orang tua membenarkan tindakan itu (Bullying). Ketika orang tua memberikan contoh bahwa melakukan kekerasan fisik maupun verbal itu suatu hal yang biasa, ini akan menjadi sebuah kepanutan yang buruk untuk anak-anaknya," katanya.
Dalam talk show ini juga hadir salah seorang psikolog klinis, Desta Israwanda menjelaskan, bagaimana perundungan bisa terjadi karena baik perseorangan atau kelompok merasa memiliki, kekuasaan, materi maupun fisik.
Perundungan sebenarnya sangat kompleks dan merupakan lingkaran jahat yang harus diputus, karena bisa menimbulkan efek trauma dalam jangka waktu yang panjang.
Dirinya juga menjelaskan bahwa pondasi yang kuat akarnya dari keluarga dan orang tua. Karena tidak ada anak-anak yang tiba-tiba menjadi pembully, sehingga wajib untuk menarik ingatan kita sebagai orang tua apa hal yang menyebabkan prilaku agresif terjadi.
Dirinya pun menambahkan, setiap orang tua menjadi modeling bagi anak-anaknya, sehingga menciptakan lingkungan yang nyaman bagi anak sangat penting agar anak bisa bercerita dengan lebih terbuka. Ketika anak-anak memiliki kedekatan bersama orang tua, mereka akan tumbuh rasa percaya diri dan berharga sehingga peran dan dukungan orang tua sangat mutlak dibutuhkan.
