Berburu takjil di bulan Ramadhan/ foto: unsplah
Fenomena “War Takjil” membawa kebahagiaan di Ramadhan tahun ini, ternyata sudah tersurat dalam Al-quran
Penulis: Nekagusti
Editor: Putra Mahendra
Harmoni Ramadhan yang menggambarkan persatuan dan kebersamaan antarumat beragama terlihat jelas ketika banyak saudara non-Islam turut berpartisipasi dalam berburu takjil. Fenomena “war takjil” ini menjadi bukti nyata bahwa nilai-nilai persaudaraan dan toleransi mampu melampaui batas-batas agama. Di berbagai sudut kota, terlihat keramaian yang menggambarkan kegembiraan bersama dalam merayakan bulan suci Ramadhan.
Namun tahukah kalian, bahwa hal tersebut memang sudah tertulis dalam Al-Quran. Dilansir dari sosial media Qur’an Review dituliskan bahwa terdapat beberapa ayat dalam surat di dalam Al-quran yang menuliskan bahwa bahwa Al-Quran adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa (hudalilmuttaqin) dan di dalam surat lain juga dikatakan Al-quran adalah petujuk bagi orang-orang yang beriman, yang mengartikan ini juga ditujukan kepada muslim (huda lil muslimin).
Ramadhan bahagia
Yang menarik, ketika ayat Allah menjelaskan tentang bulan Ramadhan di surat Al-baqarah; 185, Allah memberikan sudut pandang yang berbeda yakni “ Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia”. Ketika terdapat kata Ramadhan, petunjuk yang diberikan tak hanya untuk orang yang bertaqwa atau beriman saja tetapi juga untuk semua manusia (huda linnas)
Kitab suci Al-Quran dan kurma, buah khas bulan Ramadhan/ foto: unsplash
Sehingga tak mengherankan kebahagiaan di bulan penuh berkah ini tak hanya dirasakan bagi umat muslim saja, tetapi juga bagi seluruh umat manusia termasuk saudara non muslim di Indonesia. Bahkan terdapat istilah “ War Takjil” yang menjadi tren di sosial media. Di mana saudara non muslim Indonesia sudah bersiap-siap untuk membeli takjil dengan segala dramanya dan direspon dengan muslim Indonesia yang ternyata mengundang banyak gelak tawa antar pemeluk agama.
Takjil dan pesan toleransi
Para pedagang takjil pun merasa senang dan haru melihat antusiasme yang ditunjukkan oleh saudara-saudara non-Islam. Mereka merasakan kebahagiaan melihat berbagai kalangan bersatu dalam mencari hidangan untuk berbuka puasa, tanpa memandang perbedaan keyakinan agama. Pesan toleransi dan saling menghargai menjadi inti dari Ramadhan ini, memperkuat semangat kebersamaan di tengah keragaman yang ada.
Salah seorang ustadzah kenamaan Indonesia, Mamah Dedeh pun mengatakan bahwa hal tersebut justru banyak memberikan bantuan bagi pedagang muslim dalam memajukan Umkm, namun memang tak dipungkiri mereka (saudara non Islam) selalu datang lebih awal.
“itu sebetulnya mereka baik, membantu muslim yang berjualan makanan. Namun yang kurang baiknya mereka jam tiga, keduluan jadinya,” ujarnya sambil tertawa.
Salah seorang saudara non Islam di Bangka Belitung yang berburu takjil Ramadhan/ foto: babelinsight.id
Tidak hanya itu, momen ini juga menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk lebih memperkuat tali persaudaraan antarumat beragama. Perasaan bahagia dan haru terpancar dari setiap wajah yang turut merayakan kebersamaan ini, mengukuhkan bahwa keberagaman bukanlah pemisah, melainkan kekuatan yang mampu menyatukan dalam semangat persatuan dan harmoni, khususnya di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.