Sajian lempah kuning, dalam lomba masak di ACF/babelinsight.id
"Masak itu harus pakai hati, happy, jangan memikirkan menang dulu, mulai dulu dengan perasaan bahagia, nanti masakannya pasti enak"
Eddrian Tjhia
Selebriti Chef
_______
Penulis: Nekagusti
Editor: Putra Mahendra
Disadur dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, lempah kuning adalah wujud ekspresi masyarakat pulau Bangka dalam menggambarkan lingkungan tempat tinggalnya, mengingat makanan adalah sumber daya alam yang disediakan di lingkungan sehingga makanan juga dapat mencerminkan karakteristik lingkungan tempat tinggal.
Dalam hal ini lempah kuning mencerminkan karakteristik lingkungan tempat tinggal masyarakat Pulau Bangka yang dekat dengan laut. Lempah kuning sebagai makanan khas masyarakat Pulau Bangka memiliki konotasi (makna kultural) dengan makanan yang diolah dari hasil laut terutamanya ikan, karena lempah kuning tidak pernah dibuat dari sayuran atau buah-buahan terkecuali sayuran atau buah-buahan tersebut hadir sebagai bahan pelengkap dalam masakan lempah kuning.
Kata lempah sendiri merujuk pada makanan yang berkuah sementara kata kuning merujuk pada warna masakan yang kuning karena bumbu utamanya adalah kunyit. Penamaan makanan lempah kuning sebagai makanan khas masyarakat Pulau Bangka pada dasarnya menggambarkan aktifitas proses pengolahan sumber daya alam menjadi makanan. Lempah atau melempah atau ngelempah adalah suatu proses memasak makanan dengan cara direbus dengan bumbu-bumbu tertentu.
Sama halnya dengan lembah darat, makanan khas masyarakat Pulau Bangka lainnya, yang melalui proses pembuatan sama dengan lempah kuning dan perbedaannya hanya terletak pada bahan pembuatannya saja. Dengan demikian lempah kuning memiliki makna simbolik penting bagi masyarakat Pulau Bangka, bahwa masyarakat Pulau Bangka memiliki pengetahuan dalam mengolah makanan.
Nah, karena lempah kuning telah melegenda, banyak perlombaan hingga tingkat nasional bagaimana memasak lempah kuning terbaik.
Salah satu hal yang paling menarik perhatian yakni lomba lempah kuning yang diikuti sebanyak 24 peserta, mulai dari pemilik resto, hingga komunitas dan organisasi, di kegiatan Archipelago Culinary Fest (ACF) merupakan festival yang memadukan kuliner khas Bangka Belitung dan juga performance dari pelaku seni yang ada di Bangka Belitung. 6 hingga 10 September 2024, di D'garden.
Ketua Dewan Pembina Gekraf Babel, Melati Erzaldi yang juga menjadi salah satu juri lomba lempah kuning mengatakan setelah dirinya mencicipi lempah kuning dari 24 peserta, ternyata masing-masing memiliki ke khasan tersendiri yang menjadi ciri khas.
Celebriti Chef, Eddrian Tjhia, Ketua dan owner Dgarden Sungailiat, Mahendrawati dalam penjurian di event ACF/ Babelinsight.id
"Lempah kuning ini menjadi kekayaan kuliner Babel yang harus terus kita lestarikan, mulai dari rasanya, tampilannya, bahan-bahannya,"
Melati Erzaldi
Ketua Gekrafs Babel, Tommy Kurniawan mengatakan bahwa, Gekrafs selalu memberikan dukungan penuh untuk pelaku UMKM dan industri kreatif di Bangka Belitung.
Dengan adanya ACF ini dapat menjadi media di mana anak-anak muda kreatif Bangka Belitung menunjukkan potensi terbaik mereka dan juga berkolaborasi dengan pelaku UMKM senior.
Ketua Dewan Pembina Gekrafs Babel, Melati Erzaldi, bersama seluruh pemenang lomba masak lempah kuning/ babelinsight.id
Termasuk di dalamnya berkreasi dengan sajian khas Babel yakni lempah kuning. Tak main-main dalam giat ini salah satu juri yang dihadirkan yakni selebriti chef Eddrian Tjhia, yang merupakan chef profesional yang keahlian sudh berhasil membawa masakan Bangka khususnya lempah kuning hingga ke tingkat internasional.
Edrian mengaku senang dan bangga dengan adanya event ACF ini, dan chef yang berasal dari Selatan pulau Bangka ini mengatakan bahwa akan selalu siap untuk mendukung industri kreatif, terutama kuliner khas Babel.
"Jika Babel memanggil, saya langsung terbang, kalau untuk Babel dan kelestarian kulinernya, saya engga fikir panjang untuk membantu," katanya.
Dirinya mengaku sangat senang dan bangga dengan sajian lempah kuning yang disajikan. Meskipun di beberapa bagian masih harus ditingkatkan dari segi rasa dan pilihan bahan. Dan yang terpenting menurutnya adalah memasak dengan bahagia. Bangka kaya akan makanan yang enak dan lezat.
Beragam hadiah, mulai dari uang tunai, sertifikat dan trophy pun diberikan. Dan pemenang untuk lomba lempah kuning kali ini diraih oleh Lempah Kuning Puhako Ninek. Mereka pun berharap kegiatan ini dapat terus dilaksanakan untuk kelestarian kuliner khas Babel.