Melati Erzaldi kembali mengeksplor Bukit Gunong Lumut, akhir pekan lalu. Banyak perubahan telah dilakukan Pokdarwis setempat. Foto: babelinsight.id
Bukit ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan perbukitan pada umumnya. Tiap sisi jalur pendakian hingga puncak bukit dilapisi lumut.
____
Penulis: Fadjroel
Editor: Putra Mahendra
SUDAH setahun Melati Erzaldi kali terakhir mengunjungi Bukit Gunong Lumut, di Desa Limbongan, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur (Beltim). Akhir pekan lalu, ia kembali. Datang mengeksplor keindahan bentangan 3 hektar lumut di atas perbukitan. Dan babelinsight.id berkesempatan diajak serta, Sabtu (2/9/2023).
Banyak yang telah berubah dari Gunong Lumut, terutama dari sisi pelayanan terhadap para pengunjung, atau wisatawan yang ingin menikmati asrinya puncak tertinggi di tenggara Pulau Belitung. Ia mengingat, pertama ia menginjakkan kaki di wisata yang tercatat sebagai Unesco Global Geopark (UGG) Belitong Tahun 2021.
Pengelola wisata Unesco Global Geopark (UGG) Belitong Tahun 2021 ini telah menyediakan guide profesional untuk menunjang informasi potensi yang ada di Gunong Lumut. Foto: babelinsight.id
Kala itu, belum ada "guide", atau pemandu wisata yang dapat menambah wawasan wisatawan terhadap potensi yang "dijual" bukit tersebut. Seperti diketahui, sebagaimana namanya, bukit ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan perbukitan pada umumnya. Tiap sisi jalur pendakian hingga puncak bukit dilapisi lumut.
Lumut yang tumbuh pun tidak sembarang, melainkan dua dari tiga kelas lumut yang ada di dunia, yaitu lumut hati, dan lumut daun, atau lumut sejati. Tumbuhnya lumut ini akan memanjakan mata wisatawan sepanjang perjalanan menuju puncak bukit setinggi 175 mdpl.
"Yang pasti saya senang sudah ada pemandu profesional. Jadi, sebelum mendaki ada breafing lebih dulu, untuk mengetahui apa saja yang harus tidak dilakukan. Wisatawan juga bisa tahu apa saja kelebihan di bukit ini,"
Melati Erzaldi
Selain itu, wisatawan juga disajikan dengan seni tradisional yakni "Lesung Ketintong", sebagai pengantar wisatawan melepas lelah selesai pendakian, sembari menikmati sajian khas desa. Foto: babelinsight.id
Selain itu, pengelola dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, juga telah memanfaatkan potensi lain di desa setempat dengan menambahkan hiburan lain bagi wisatawan. Salah satunya permainan tradisional Desa Limbongan, yakni lesung ketintong.
Lesung ketintong merupakan seni musik yang dimainkan oleh 4 orang dengan memukulkan tongkat ke sebuah kayu besar untuk menghasilkan nada. Tidak sesederhana itu, ada atraksi yang dilakukan oleh mereka, dengan saling bergantian tongkat, sehingga menambah keindahan perpaduan antara suara dan gerakan.
Ketua Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) Bangka Belitung (Babel) ini pun sangat senang dengan perubahan yang dilakukan pengelola. Ia tahu, potensi wisata Gunong Lumut sangatlah besar. Itu pula alasan dunia mengakuinya melalui Unesco Global Geopark. Namun, ada masukan yang diberikan Melati kepada Pokdarwis setempat.
"Ini tidak hanya tentang di atas, tetapi juga bagaimana pengelola bisa memikirkan pengunjung yang tidak naik. Gunong Lumut harus punya spot. Sebisa mungkin berikan pelayanan senyaman mungkin dengan penyajian yang membuat memorable saat meninggalkan Gunong Lumut," katanya.
"Saya merasakan alam yang asri, dan natural, dan hari ini memang disiapkan secara sederhana. Nah, bagaimana nantinya pengelola lebih siap melayani, yang datang disajikan makanan, atau minuman khas yang banyak pilihan. Seperti kopi khas Limbongan tadi. Kebayang, pengunjung bisa menikmati kopi, dan menikmati alam seindah ini," kata Melati menambahkan.