Culture


Selasa, 06 Juni 2023 12:09 WIB

Story

Jahatnya Mandela Effect!

ilustrasi Mandela Effect (foto: net)


Bagaimana banyak orang dapat memiliki ingatan palsu yang sama? Efek Mandela mengacu pada situasi di mana banyak orang percaya bahwa suatu peristiwa terjadi padahal sebenarnya tidak.
______

Penulis: Dari berbagai sumber
Editor: Putra Mahendra


ISTILAH Efek Mandela (Mandela Effect) berasal pada tahun 2009 oleh Fiona Broome, setelah dia mengetahui bahwa dia, bersama dengan beberapa orang lainnya, percaya bahwa Nelson Mandela telah meninggal pada tahun 1980-an (ketika dia benar-benar meninggal pada tahun 2013).

Nelson Mandela adalah pejuang anti-apartheid sekaligus presiden pertama Afrika Selatan yang terpilih secara demokratis.

Ia juga berkontribusi terhadap usaha menciptakan perdamaian internasional, sehingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberinya penghormatan dengan menetapkan peringatan Hari Mandela setiap tahun pada 18 Juli.

Dilansir dari LiveScience, Mandela effect adalah ketika banyak orang percaya bahwa sesuatu terjadi ketika, pada kenyataannya, itu tidak pernah terjadi.

Melihat asal mula efek Mandela, beberapa contoh terkenal, serta beberapa penjelasan potensial untuk pertemuan persepsi yang aneh ini dapat membantu menjelaskan fenomena unik ini.

Asal Usul Efek Mandela

Istilah "Efek Mandela" pertama kali diciptakan pada tahun 2009 oleh Fiona Broome ketika dia membuat situs web untuk merinci pengamatannya terhadap fenomena tersebut. Broome berada di sebuah konferensi berbicara dengan orang lain tentang bagaimana dia mengingat tragedi kematian mantan presiden Afrika Selatan Nelson Mandela di penjara Afrika Selatan pada 1980-an.

Namun, Nelson Mandela tidak meninggal pada 1980-an di penjara—dia meninggal pada 2013. Saat Broome mulai berbicara dengan orang lain tentang ingatannya, dia mengetahui bahwa dia tidak sendirian. Yang lain ingat melihat liputan berita tentang kematiannya serta pidato jandanya.

Broome terkejut karena begitu banyak orang yang dapat mengingat peristiwa identik yang sama dengan sangat mendetail padahal itu tidak pernah terjadi. Didorong oleh penerbit bukunya, dia memulai situs webnya untuk membahas apa yang disebutnya Efek Mandela dan insiden lain yang serupa.

Sebenarnya, Apa Itu Mandela Effect?

Kalau menurut studi dari Deepasri Prasad dan Wilma A Bainbridge dalam jurnal yang dipublikasikan Psychological Science, Mandela Effect berasal dari hasil ingatan palsu otak kita. Menariknya, hal itu tidak hanya terjadi pada kita saja, tetapi oleh orang lain juga. Jadi, tidak heran kalau kita sama-sama salah menebak ekor Pikachu berwarna hitam.

Perlu diketahui, kapasitas otak kita itu besar banget. Mengutip dari Kok Bisa, otak kita punya kapasitas sebesar 2,5 juta gigabyte. Meski begitu, tidak semua ingatan kita dapat dipercaya.

Ingatan kita bukan seperti video yang bakal tetap sama memutar setiap adegan atau peristiwa. Ingatan kita bisa berubah karena dipengaruhi banyak hal, seperti peristiwa aktual, keyakinan, emosi, dan ekspektasi.

Pendapat dan Sugesti Orang Lain

Pengaruh ini tidak hanya datang dari diri sendiri, lho, tetapi juga dari orang lain melalui pendapat dan sugesti. Misalkan orang lain memberikan pendapat berupa ingatan palsunya, kemudian kita setuju dan secara tidak sadar memasukkan itu ke dalam ingatan kita sendiri.

Begitu pula kalau banyak orang membaca berita palsu atau informasi salah tentang suatu peristiwa. Secara tidak sadar, mereka akan sama-sama membentuk ingatan palsu tersebut.

Mengisi Celah

Pengalaman dan pengetahuan masa lalu berperan dalam membangun ingatan. Dua poin itu menjadi kerangka dan mengisi celah yang hilang.

Otak berusaha mengingat detail peristiwa, tetapi karena terbatasnya kemampuan, bagian kejadian yang hilang diisi oleh ingatan yang tidak pernah terjadi.

Emosi dan Keyakinan

Kita pasti pernah begitu yakin terhadap suatu peristiwa. Misalkan, Kawan percaya waktu kecil pernah berpisah dengan ibu di mal. Namun, ternyata peristiwa itu tidak pernah terjadi. Hanya saja emosi dan keyakinan membentuk ingatan Kawan bahwa peristiwa itu benar-benar terjadi.

Jadi, faktor sosial dan psikologis dapat memengaruhi manusia membentuk ingatan palsu yang sama.

Mandela Effect atau ingatan palsu adalah ingatan yang tidak benar atau terdistorsi dari suatu peristiwa. Beberapa ingatan palsu mengandung unsur-unsur fakta, sangat mirip dengan peristiwa aktual yang dimaksud. Namun, tidak sepenuhnya benar.

Memori bersifat sugestif. Artinya informasi dari orang lain, keinginan seseorang untuk mempercayai sesuatu yang berbeda, atau informasi palsu secara online dapat memengaruhi ingatan.

Hal ini juga jadi penyabab beredarnya berita hoaks yang dipercaya di masyarakat. Masih ingatkah kamu dengan video yang menceritakan seorang anak nakal yang dikutuk menjadi ikan pari?

Video tersebut sudah ada sejak lama dan dipercaya turun temurun sebagai sesuatu yang benar, padahal merupakan salah besar. Ikan yang ada dalam video memang benar adanya, namun pernyataan mengenai kutukan anak adalah kekeliruan.

Penulis dan peneliti Fiona Broome menggambarkan Efek Mandela sebagai ingatan yang jelas tentang suatu peristiwa yang tidak pernah terjadi dalam kenyataan ini.

Maka dari itu banyak orang yang mengaitkan Mandela Effect terjadi ketika realitas kita saat ini berinteraksi dengan realitas alternatif di universe lain. Padahal, memori yang keliru ini sangat mudah disebarkan melalui internet.

Beberapa berita hoaks mungkin dapat meyakinkan orang-orang untuk mempercayai hal-hal yang tidak pernah terjadi dan terus menerus dibagikan ulang oleh orang lain.

Contoh Mandela Effect

Selain contoh ekor Pikachu, ada beberapa contoh fenomena Mandela Effect lain. 

1. Lagu Bintang Kecil

Entah darimana mulainya. Tapi coba anda menyanyikan lagu Bintang Kecil. Sebagian besar akan menyanyikan seperti ini; 

Bintang kecil di langit yang biru
Amat banyak menghias angkasa
Aku ingin terbang dan menari
Jauh tinggi ke tempat kau berada

Padahal, lirik yang benar adalah;

Bintang kecil di langit yang tinggi.
Amat banyak menghias angkasa
Aku ingin terbang dan menari
Jauh tinggi ke tempat kau berada

2. Looney Tunes atau Looney Toons?

Serial kartun tahun 90-an ini banyak yang mengira sebagai Looney Toons. Padahal, nama yang benar itu Looney Tunes.

3. Apakah George punya ekor?

Monyet sudah pasti punya ekor. Akan tetapi, George si monyet dari kartun Curious George ini tidak memiliki ekor.

4. Mirror, Mirror on the Wall?

Pernah menonton film Disney berjudul Snow White and The Seven Dwards? Mantra terkenal yang diucapkan sang putri berbunyi Mirror, Mirror on the Wall. Kalau Kawan percaya ini, berarti ikut terkena Mandela Effect.

Nyatanya, sang putri tidak pernah mengucapkan matra tersebut, melainkan sang ratu. Bunyi mantra tersebut juga bukan Mirror, Mirror on the Wall, melainkan Magic Mirror on the Wall.

5. We Are the Champions

Lagu dari band asal Inggris, Queen, ini kerap diputar saat fase final satu ajang olahraga. Bagaimana akhir lagu tersebut? "'Cause, we are the champions..." Betul, tidak ada tambahan "of the world" seperti di konser Live Aid 1985! Terkesan cliffhanging?

6. Odol

Padahal, odol merupakan merek sebuah pasta gigi asal Jerman yang dahulu dibawa tentara Hindia Belanja ke Indonesia.

Jadi, odol bukanlah istilah lain dari pasta gigi, melainkan sebuah merek yang sudah ada sejak lama dan dijadikan panggilan baru untuk pasta gigi.

Istilah Efek Mandela sering diartikan sebagai kekeliruan massal, lupa ingatan berjamaah, memori palsu, salah ingatan, dan sebagainya.

Kalau rata-rata jawabannya salah, sudah saatnya Kawan menghindari pengaruh Mandela Effect. Bagaimana caranya?

Tanamkan rasa skeptis terhadap ingatan kita. Jangan telah mentah-mentah informasi yang kita terima. Cari berbagai sumber informasi untuk memverifikasi fakta. Melalui cara tersebut, Kawan dapat meminimalkan Mandela Effect dalam ingatan.


Baca juga:


Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur