Ilustrasi seorang ayah yang sedang bermain dengan putrinya/ foto: istock
“...tak perlu pikirkan jadi orang tua yang sempurna itu bagaimana, cukup dengan jadi yang nyata saja, yang selalu hadir hatinya dalam suka dan duka..Jadi temannya di kala suka. Jadi temanya di kala duka..”
Anak Juga Manusia
------
Penulis: Nekagusti
Editor : Tedja Wahana
Saat ini banyak sekali kasus kekerasan yang melibatkan anak-anak di dalamnya, tak hanya kekerasaan fisik tetapi juga kekerasaan seksual. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mencatat setidaknya ada 11.952 kasus kekerasan anak yang tercatat oleh Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni) sepanjang tahun 2021. Menteri PPPA Bintang Puspayoga menyebutkan, dari jumlah tersebut, bentuk kekerasan yang paling banyak dialami oleh anak-anak adalah kekerasan seksual yaitu sebanyak 7.004 kasus.
Banyak orang yang berfokus pada korban kekerasan tanpa sadar, kita juga seharusnya mengetahui bahwa pelaku kekerasan biasanya juga merupakan korban yang pernah mengalami kekerasan tersebut di waktu mereka kecil.
Alhasil pola asuh orang tua yang tak sehat, mereka terapkan saat mengasuh buah hati, dan akhirnya mereka menjadi orang tua yang memiliki cara dirik yang tak sehat atau yang biasa disebut toxic parenting. Apa sih toxic parenting itu? mungkin sebagian orang tua belum mengetahui tentang istilah ini, Toxic parenting adalah prilaku buruk orang tua pada pola asuh yang meyebabkan anak anak memilki dampak buruk baik secara psikis dan juga tumbuh kembang mereka karena tanpa disadari prilaku buruk orang tua dapat meracuni psikologis ananda.
Toxic parenting ini dapat diartikan bahwa anak anak menerima kasih sayang dari orangtua mereka dalam bentuk yang salah.
Kenali ciri ciri dari toxic parenting
Yang pertama orang tua sering menyalahkan anak anak, egois dan kurang empati terhadap perasaan anak, selain itu orangtua yang reaktif secara emosional juga termasuk dalam kategori ini, orangtua yang memiliki expektasi yang berlebihan terhadap anak sehingga melakukan control pada seluruh pilihan anak dalam menjalankan hidup mereka, selain itu kurang menghargai pendapat anak, cemas berlebihan dan melontarkan candaan yang merendahkan anak juga termasuk pola asuh yang toxic.
Apa akibat dari pola asuh toxic parenting ini?
Anak anak bisa merasa tersiksa secara mental, anak jadi pembangkang, anak dapat mengalami stress berkepanjangan yang dapat mengakibatkan sakit pada psikis mereka, bahkan mereka dapat menjadi anak yang egois atau sebaliknya sangat pesimis dan yang paling menakutkan anak anak akan menerapkan pola asuh yang sama ketika mereka menjadi orang tua.
Mengapa orang tua bisa memilki pola asuh toxic parenting?
Sebenarnya ini dapat berkaitan dengan masa kecil mereka (inner child), terkadang pola pengasuhan masa lalu. membuat orang tua mengulang sejarah dan tanpa sadar saja pola asuh tersebut yang diterapkan untuk anak anak-anak.
Bagaimana cara mengatasinya?
Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya jika kita mau berusaha untuk mencari dan mencoba untuk memperbaiki. Kenali penyebabnya, tarik waktu kebelakang apakah orang tua memilki trauma masa kecil yang masih tersisa? coba diskusikan bersama pasangan, setelah itu mulai memaafkan orang tua kita, dan diri kita sendiri.
Mulai dengan meminta maaf pada anak-anak atas apa yang kita sudah lalukan dan berjanji pada diri sendiri untuk memutus mata rantai pada pola asuh toxic parenting ini…selalu memohon kepada Tuhan untuk dikuatkan dalam pola asuh yang penuh kasih sayang, dan tidak berhenti belajar untuk menjadi orang tua yang menyenangkan.
Bukankah kita ingin anak anak kita menjadi orang tua yang baik nantinya?