PANGKALPINANG - Langkah-langkah yang dilakukan oleh Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Erzaldi Rosman dan Wakil Gubernur Babel, Abdul Fatah yang sejalan dengan visi yakni untuk mewujudkan Babel Sejahtera, Provinsi Maju yang Unggul di Bidang Inovasi Agropolitan dan misi meningkatkan pembangunan ekonomi berbasis potensi daerah semakin terwujud nyata dan mendapat apresiasi dari pemerintah pusat.
Hal ini ditandai dengan penganugerahan penghargaan Bangka Belitung sebagai provinsi dengan penurunan kerawanan pangan terbaik periode 2018-2020, oleh Badan Ketahanan Pangan RI pada 7 April 2021 yang lalu.
Apa saja indikatornya?
"Indikator-indikator yang yang menjadi penilaian kita bisa jadi tertinggi, indikator yang pertama itu adalah kabupaten yang rawan pangan di daerah kita berkurang. Untuk 2018 masih terdapat empat kabupaten yang rawan pangan, untuk 2019 terdapat dua kabupaten yang rawan pangan, dan di 2020 ini sudah tidak ada kabupaten yang rawan pangan di Bangka Belitung. Artinya tidak ada lagi kabupaten/kota di Babel yang rawan pangan, " jelas Juaidi, Kepala Dinas Pertanian Babel saat dihubungi melalui telepon, Minggu (25/4/2021).
Dituturkan Juaidi, dengan potret ini, setiap kabupaten/kota sudah memiliki akses pangan yang kuat. Ini terindikasi dengan terbukanya lahan-lahan pertanian, yang tadinya belum optimal menjadi optimal, penanaman sekali menjadi dua kali tanam. Artinya, dipenuhinya aspek utama yaitu keterjangkauan, ketersediaan dan pemanfaatan pangan di Kabupaten/Kota se-Bangka Belitung.
Indikator yang berikutnya bukan hanya aspek pangan saja, tapi termasuk juga ketersediaan akses listrik, air bersih, dan meningkatnya layanan tenaga kesehatan ikut menjadi indikator penilaian penurunan kerawanan pangan ini, dan neraca ini ada di Dinas Pertanian Babel.
Pangan lokal mulai tersedia, dari produksi dalam daerah termasuk juga pemanfaatan pemanfaatan pangan lokal dan potensi-potensi pangan lokal pun mulai di kembangkan oleh masyarakat untuk menjadi pangan alternatif selain beras seperti sagu, beras aruk, dan iles-iles. Seperti konsep pangan yang sudah digaungkan "Kenyang tak mesti nasi".
"Kerawanan pangan ini kumulatif, bukan hanya Dinas Pertanian saja. Upaya yang dilakukan oleh Pemprov. Babel pun sudah sangat kompleks mulai dari mengoptimalkan lahan-lahan pertanian kita khususnya padi sawah, lahan kering dan optimalkan pemanfaatannya termasuk juga mengintervensi daerah-daerah yang rawan pangan dengan kegiatan-kegiatan sederhana bagaimana menguatkan ketahanan pangan keluarga, program kegiatan pengembangan pangan lestari, yang dilakukan dalam skala kecil namun masif," tambah Juaidi.
Pemasaran produk pangan lokal
Selain pengembangan lahan pangan, Pemprov. Babel juga melakukan langkah intervensi terkait pemasaran produk pangan lokal. Guna mendukung penyerapan hasil panen petani, Gubernur Erzaldi memberikan arahan dan mengeluarkan edaran untuk mengimbau Aparatur Sipil Negara (ASN) agar membeli beras hasil petani lokal. Tak hanya itu, produk petani lokal juga dipasarkan di pasar tani dan Toko Tani Indonesia yang ada di daerah Air Itam Pangkalpinang.
Ditambahkan Juaidi, penghargaan bukan tujuan utama kita. Yang menjadi tujuan utama kita adalah bagaimana meningkatkan ketahanan pangan di Bangka Belitung. Selain itu, dikatakannya bahwa pangan memiliki peran penting yang berdampak terhadap inflasi di daerah kita. Sebagai contoh, harga cabai juga bisa menjadi penyumbang inflasi daerah.
Untuk itu, Juaidi mengajak masyarakat untuk bisa mandiri pangan, memenuhi sendiri kebutuhan pangan dari lingkup terkecil yaitu keluarga. Dengan memelihara ayam sendiri, menanam cabai dan bumbu lainnya di halaman rumah.
"Bahkan jika sudah mandiri, produk pertanian rumah tangga ini jika memiliki mutu yang bagus, bisa dipasarkan dan dikerjasamakan dengan offtaker atau agen dan distributor. Ini juga akan berdampak meningkatkan ekonomi masyarakat," pungkasnya.
Penulis : Lisia Ayu