IDN


Senin, 30 Januari 2023 12:09 WIB

IDN Times

Gawat! Jam Kiamat Maju ke 90 Detik

Bulletin of the atomic scientist /foto: idntimes


Dunia memang sedang tidak baik-baik saja. Apakah kamu tahu soal Jam Kiamat (Doomsday Clock)? Kalau kamu tidak tahu, Jam kiamat adalah simbol yang menandakan "seberapa dekat manusia dengan kekacauan global".
______

Penulis: IDN Times 
Editor: Nekagusti

 

AWALNYA diatur 7 menit menuju kiamat, baru-baru ini, Doomsday Clock dimajukan lagi ke 90 detik (1 menit 30 detik) menuju kiamat, rekor buruk dunia dan umat manusia. Mengapa Jam Kiamat kini maju lagi?

Sekilas mengenai Doomsday Clock

 Bulletin of the Atomic Scientists (BAS) dibentuk pada 1945 oleh para ilmuwan, termasuk Albert Einsten dan Robert Oppenheimer. Pembentukan BAS sebenarnya terinspirasi dari tragedi nuklir yang dijatuhkan AS di Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945 yang menewaskan ratusan ribu jiwa.

Doomsday Clock pertama kali terlihat di BAS pada Juni 1947 yang digambar oleh Martyl Langsdorf, istri salah satu peneliti Proyek Manhattan, Alexander Langsdorf, Jr. Martyl memutuskan memilih simbol jam sebagai bentuk "gawat darurat" yang layaknya hitung mundur, dunia akan berada dalam kekacauan bila tidak ada tindak lanjut.

Awalnya, Doomsday Clock berada di angka 7 menit. Sekadar informasi, Doomsday Clock ditentukan oleh Dewan Sains dan Keamanan BAS yang didukung oleh Dewan Sponsor BAS (yang mencakup 10 penerima Penghargaan Nobel). Dari keputusan tersebut, jarum jam Doomsday Clock baru ditentukan.
Seperti yang dijelaskan Moon, Doomsday Clock pernah mencapai titik kritis pada 2020, yaitu 100 detik (1 menit 40 detik) menuju kiamat. 

Selain tensi yang memanas antara AS dan Iran, faktor lain adalah berakhirnya Traktat Angkatan Nuklir Jangka Menengah antara AS dan Rusia serta ancaman perubahan iklim yang tak ditanggulangi.

Jarum jam pada masa ini lebih gawat dibanding saat awal Perang Dingin di mana jarum jam sempat menyentuh 3 (1949) sampai 2 menit (1953) menuju kiamat karena awal pengembangan senjata nuklir besar-besaran di AS dan Uni Soviet.

Ayo, dunia, segera berdamai dan bertindak cepat. Peringatan ada untuk diindahkan dan ditanggulangi!

Paling dekat dengan Kiamat dalam sejarah
Menurut pernyataan lembaga yang mengatur Doomsday Clock, Bulletin of the Atomic Scientists (BAS), pada 4 Januari 2023, Doomsday Clock dimajukan 90 detik karena berbagai hal. 

Salah satunya adalah konflik yang saat ini berkecamuk antara Ukraina dan Rusia.

"Kita hidup di zaman dengan bahaya yang tak pernah terjadi sebelumnya, dan Doomsday Clock berbanding lurus dengan kenyataan," ujar Presiden dan CEO BAS, Rachel Bronson, PhD.

Bronson mengatakan bahwa 90 detik menuju kiamat adalah yang paling parah dalam sejarah umat manusia. Oleh karena itu, ia mendorong pemerintahan AS, NATO, dan Ukraina untuk segera membuka dialog dan membahas upaya untuk mendorong mundur Doomsday Clock.

Perang dan nuklir memajukan jarum Doomsday Clock

Menurut BAS, Rusia telah mengingkari komitmennya terhadap kemerdekaan Ukraina yang dibuat sejak 1994. Selain itu, perang Rusia-Ukraina telah mencapai situs reaktor nuklir Chernobyl dan Zaporizhzhia yang berisiko menyebarkan material radioaktif, sementara usaha masih menemui jalan buntu.

Selain itu, BAS memperingatkan bahwa perjanjian nuklir AS dan Rusia, NEW Start, tengah berada di ketidakpastian. Efektif sejak 2011 lalu, jika AS dan Rusia tidak segera berunding lagi, NEW Start akan mencapai kedaluwarsa pada 2026 mendatang, mengancam du-nia akan ajang dan perang nuklir.

Jarum jam sempat menyentuh 17 menit saat AS dan Rusia menandatangani perjanjian Strategic Arms Reduction Treaty (START I) pada 1991, titik terjauh manusia dari kiamat akibat perbuatannya sendiri. 

Berbicara mengenai nuklir, berbagai faktor lain yang berkontribusi terhadap majunya jam Doomsday Clock pada 2023 adalah:  

  • Korea Utara terus menguji misilnya dengan jarak yang lebih jauh, mengancam stabilitas- negeri tetangga dan dunia.
  • Ekspansi nuklir China yang tak disertai transparansi mengundang kekhawatiran dunia.
  • Iran terus memasok uranium.
  • India mengembangkan hingga 160 hulu ledak nuklir.

Krisis iklim dan kesehatan yang tak terduga

Ilustrasi terjadinya doomsday/ foto: unsplash


Selain peperangan dan nuklir, darurat kesehatan seperti pandemik COVID-19 tidak bisa lagi dianggap langka. BAS menuliskan bahwa wabah penyakit menular meningkat secara signifikan dan makin beragam sejak 1980.   

Lebih dari setengah wabah tersebut adalah zoonosis, penyakit yang berpindah dari hewan ke manusia.

"Demikian, zoonosis memicu berbagai pandemik berikutnya. Kemampuan dunia memprakirakan virus dan mikroba yang menyebabkan penyakit masih tidak cukup," tulis BAS.

BAS mencatat bahwa kecelakaan laboratorium makin sering terjadi. Selain kesalahan manusia, pengertian penyakit baru yang terbatas, kurangnya pengetahuan pemerintahan, dan kurangnya pengertian akan keamanan laboratorium mengancam keamanan laboratorium.

"Saat ini, makin mudah untuk- mendapatkan dan memodifikasi patogen, meningkatkan potensi pandemik yang disebabkan oleh kecelakaan laboratorium," tambah BAS.

Selain bahaya nuklir, perang Rusia-Ukraina juga menghadang upaya dunia menghadapi perubahan iklim. Bagi negara-negara yang bergantung kepada Rusia untuk migas, investasi ke gas alam meningkat di mana harusnya menurun.

COVID-19 memang sempat menurunkan emisi karbon dioksida dari bahan bakar fosil. Namun, angka emisi kembali naik ke rekor tertinggi dalam sejarah pada 2021 dan terus meningkat pada 2022. 

Sementara China berhasil menurunkan emisinya, negara-negara seperti AS dan India justru kewalahan.
Negara-negara Afrika Barat menghadapi banjir yang disebabkan curah hujan dari perubahan iklim. Temperatur ekstrem di belahan bumi utara menyebabkan kekeringan dan kelangkaan air sehingga memicu kerawanan pangan yang sudah dipicu oleh konflik antara -Rusia dan Ukraina.

Teknologi juga punya andil

Di sisi lain, misinformasi- dan sensor yang beredar di dunia maya juga memiliki peran dalam Doomsday Clock. Di AS, Disinformation Governance Board yang dibentuk oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk menangkal hoaks dan misinformasi malah dibubarkan pada 2022.

Selain itu, di Rusia, pemerintah justru membatasi kebenaran mengenai peperangannya melawan Ukraina. Di China, penggunaan teknologi untuk memata-matai warga terus terjadi di Xinjiang. BAS mengecam bahwa praktik tersebut adalah pelanggaran HAM.

Kembali ke Rusia, Presiden Vladimir Putin juga tengah mengancam AS akan meledakkan satelitnya, Starlink. Hal ini dikarenakan Putin curiga Starlink bukanlah sistim komersial, melainkan militer juga, dan Rusia menuduh Ukraina telah menggunakan Starlink dalam konflik tersebut.

Jadi, apa yang bisa dilakukan?

Dalam pernyataan BAS, Ketua The Elders dan mantan UN High Commissioner for Human Rights, Mary Robinson, menegaskan bahwa Doomsday Clock harusnya jadi peringatan untuk umat manusia. 

Robinson bahkan menasihati para pemimpin dunia yang lamban dalam bertindak dalam menjaga planet.

"Dari menekan emisi karbon dan memperkuat perjanjian hingga investasi kesiapan pandemik, kita tahu harus berbuat apa, tetapi kemauan politis yang tidak ada. Ini harus berubah pada 2023 jika ingin mengelak dari kekacauan.  Para pemimpin butuh mindset krisis," tutur Robinson.

Setuju dengan Robinson, wakil The Elders dan mantan Sekjen PBB, Ban Ki Moon, khawatir terhadap jarum Doomsday Clock yang makin dekat. Menurutnya, ini adalah tanda betapa dekat dunia dengan kiamat sejak pandemik COVID-19, iklim ekstrem, dan konflik Rusia-Ukraina.

"Para pemimpin mengabaikan peringatan Doomsday Clock pada 2020, dan kita kena ganjarannya. Tahun ini, sangat penting bagi kebaikan bersama bahwa mereka harus bertindak," ujar Moon.

Sumber: IDN Times


Baca juga:


Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur