Ilustrasi resesi ekonomi global/ foto: unsplash
“Banyak yang belum memiliki perasaan yang sama bahwa kita sekarang ini berada dalam kegentingan global. Kita merasa normal-normal saja, padahal keadaan semua negara termasuk Indonesia itu berada pada kegentingan global,”
Joko Widodo
Presiden RI
------
Penulis: Nekagusti
Editor: Tedja Wahana
Setelah pandemi Covid 2022 lalu, resesi dunia pada tahun 2023 ini sudah banyak diperbincangkan oleh beberapa kalangan. Pembahasan tentang resesi dan kegentingan global juga menjadi momok sekaligus pecutan untuk sebagian orang untuk berusaha lebih keras lagi dalam meningkatkan ekonominya.
Presiden RI, Jokowi dalam sambutannya di pembukaan rapat koordinasi nasional dan musyawarah dewan partai Partai Bulan Bintang (PBB) Tahun 2023 di Jakarta, Rabu (11/1/2023) menjelaskan, bahwa Indonesia juga termasuk negara yang menghadapi berbagai ancaman dan juga risiko, baik resesi global, resesi keuangan, krisis pangan, krisis energi, inflasi, maupun dampak dari perang Ukraina-Rusia.
Dilansir dari republika, menurut Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva, sepertiga ekonomi dunia diprediksi akan mengalami resesi pada tahun ini.
“Sepertiga ekonomi dunia artinya kalau ada 200 lebih negara, berarti 70 negara akan mengalami resesi. Tahun 97-98 saja yang terkena resesi hanya beberapa negara, sedikit sekali itu sudah mengambrukkan ekonomi kita, ini 60-70 negara diperkirakan akan ambruk ekonominya,” ujar Jokowi.
Selain itu, Kristalina Georgieva juga menyampaikan bahwa meskipun negara tidak terkena resesi, namun ratusan juta penduduknya akan merasakan tengah mengalami resesi. Kendati demikian, Jokowi mengatakan, masyarakat Indonesia masih merasa kondisi ekonominya dalam kondisi yang normal.
Menurutnya, kondisi ekonomi Tanah Air pun memang masih sangat normal. Sebab pada kuartal ketiga 2022 tercatat pertumbuhan ekonomi nasional berada di angka 5,72 persen. Sedangkan pada kuartal keempat ini masih dalam proses penghitungan. Namun ia optimistis kondisi pertumbuhan ekonomi di kuartal keempat juga masih akan tinggi.
“Kenapa kita masih merasa biasa-biasa saja ya karena pertumbuhan ekonomi kita masih tinggi sekali 5,72 dan itu kalau di G20 kita tertinggi,” jelas dia.
Kondisi pertumbuhan ekonomi yang membaik ini, menurutnya juga didukung oleh daya saing yang semakin baik dan juga pembangunan infrastruktur yang merata di semua provinsi. Sehingga mendukung stabilitas ekonomi nasional saat ini.
Cara melewati ancaman resesi 2023
Sementara itu, dilansir dari tempo, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Agus Herta Sumarto mengatakan Indonesia sangat mungkin melewati ancaman resesi 2023 tersebut. Yang terpenting, menurut dia, pemerintah berkemauan kuat dan serius berupaya mengendalikannya.
“Tentu kalau saya memandang sih agak optimistis, walaupun tetep kita harus benar-benar sangat waspada. Kita punya pengalaman 2022 relatif baik,” kata Agus
Agus mengatakan, pemerintah harus mampu memanfaatkan yang menjadi trigger atau pemicu dari resesi tersebut. Misalnya terkait krisis pangan, seandainya pemerintah mau melakukan swasembada pangan seperti yang dilakukan dua tahun kebelakang, maka Indonesia tidak perlu bergantung pada negara lain untuk pemenuhan stok pangan.
Contoh lain, jika peralihan energi bisa dilakukan lebih cepat, Indonesia bisa lepas dari tekanan harga energi dan volatilitas nilai tukar. Artinya akan ada sedikit ruang untuk mendroong kinerja perekonomian lebih kuat agar lepas dari tekanan resesi global.
“Dengan pengendalian konsumsi energi dan dilakukan swicthing energy, mungkin kita bisa sedikit melonggarkan tekanan dari harga energi dan volatilitas nilai tukar,” kata Agus.
Dengan langkah-langkah itu, Agus memprediksi kinerja perekonomian bakal terdorong lebih kuat dan bisa melewati ancaman resesi global di tahun 2023 dengan selamat.
“Walaupun memang berat sih, tapi ada peluang peluang kecil yang bisa kita manfaatkan untuk lepas dari beberapa tekanan dari resesi global,” kata Agus.
Waspadai Potensi Resiko
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya menyatakan Indonesia perlu waspada terhadap berbagai potensi risiko mulai dari resesi, utang, geopolitik hingga perubahan iklim yang akan mengancam perekonomian global pada 2023.
Salah satu ancaman resesi, kata Sri Mulyani disampaikan sebelumnya oleh Dana Moneter Internasional (IMF) yang memperkirakan ekonomi global 2023 hanya tumbuh 2,7 persen.
Perkiraan IMF terhadap ekonomi global 2023 tersebut lebih rendah dibandingkan perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi 2022 yang sebesar 3,2 persen bahkan realisasi pertumbuhan 6 persen pada 2021.
Melalui perkiraan itu, sebanyak 30 persen sampai 40 persen dari perekonomian negara-negara di dunia disebut akan mengalami resesi pada tahun ini.
Diolah dari berbagai sumber