Founder Sekuntum Melati, Melati Erzaldi menjadi pembicara pada kegiatan "Pelatihan Professional Teacher" di Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, Selasa (13/12/2022). Foto: babelinsight.id
Seorang guru tidak hanya berbicara soal membentuk jiwa, dan watak peserta didik sesuai dengan tugasnya. Untuk menjadi tenaga pendidik profesional juga dibutuhkan personal branding yang kuat, sehingga bisa menjadi profil yang dapat membentuk persepsi orang lain terhadap diri sendiri.
Melati Erzaldi
Founder Sekuntum Melati
------------
Penulis: Fadjroel
Editor: Nekagusti
Hal ini dikemukakan founder Sekolah Untuk Perempuan Jadi Mandiri dan Terlatih (Sekuntum Melati) Melati Erzaldi, saat menjadi pembicara dalam kegiatan "Pelatihan Professional Teacher" yang diselenggarakan secara hybrid, di Gedung Babel 1.1 Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung (Unmuh Babel), Selasa (13/12/2022) pagi.
"Untuk menjadi profesional, seorang guru berkewajiban memiliki personal branding. Personal branding merupakan irisan dari bagaimana orang melihatmu, dan bagaimana kamu melihat dirimu sendiri.
Kepada ratusan mahasiswa, Melati mengingatkan pentingnya memiliki personal branding bagi seorang guru profesional. Foto: babelinsight.id
Lalu bagaimana kita bisa menunjukkan personal branding kita?" kata Melati di hadapan ratusan mahasiswa yang mengikuti pelatihan.
Ketika seorang guru dilengkapi dengan latar belakang personal branding yang kuat, dengan sendirinya akan menambah tingkat kepercayaan seseorang terhadap kualitas yang dimiliki sosok guru tersebut. Terlebih, kata Melati, sebagai salah satu perguruan tinggi yang mencetak calon guru masa depan melalui Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), nama besar Unmuh Babel juga akan turut terbawa seiring kualitas yang ditawarkan para alumnusnya.
Lalu, bagaimana menciptakan personal branding?
Melati Erzaldi membagikan tipsnya kepada para mahasiswa untuk menjadi seorang guru profesional dengan personal branding. Strategi yang harus dijalankan seseorang untuk membentuk personal branding-nya masing-masing yakni secara konsisten dalam melakukan sesuatu, membuat suatu pertemuan pertama yang berkesan. Kemudian, menunjukkan sikap, dan sifat yang baik, menginspirasi, dan penampilkan sesuatu yang mengesankan.
"Strategi ini bisa dilakukan dalam empat tingkatan scope (cakupan) proyeksi yang dimulai di tingkat yang intim atau orang terdekat, teman, kenalan, audiens atau orang asing.
Personal branding merupakan tolok ukur, dan sarana penilaian orang lain terhadap kualitas diri seseorang. Foto: babelinsight.id
Yang pasti apa yang kita lakukan benar-benar menunjukkan apa yang menjadi diri kita sendiri, harus autentik, nggak boleh mengikuti orang lain. Kita harus memberikan inspirasi,"
-Melati Erzaldi-
Untuk menunjukkan personal branding diri kepada orang lain tidaklah sulit. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin menunjukkan kemajuan teknologi digitalisasi, disebutkan Melati, menjadi sarana yang wajib dimanfaatkan seseorang. Ia mencontohkan, banyak media jejaring sosial yang saat ini tersedia untuk menunjukkan jati diri seseorang. Pilihannya ada dua, menunjukkan branding diri dalam hal positif, atau negatif.
Apa keuntungannya?
Lebih jauh dikatakan Melati, banyak hal yang dapat membentuk karakternya atau personal branding. Pertama, dengan membagikan (sharing) keunikan, menunjukkan kemampuan (skill) terhadap minat dan bakat. Kemudian berbagi pengalaman yang menjadi proses perjuangan dalam menggapai sesuatu, nilai diri atau prinsip hidup dan sudut pandang, serta latar belakang pengalaman.
"Inilah pentingnya personal branding di era digital. Meningkatkan kreativitas, dan mendapatkan kepercayaan. Menjadi sarana memahami diri dengan baik. Kemudian membangun kepercayaan diri dan optimisme, dapat menemukan keunikan sebagai pembeda dari kompetitor. Selain itu juga sebagai kontrol diri untuk mencapai tujuan. Terakhir, untuk memperluas networking, relasi, dan peluang karir yang baik," katanya.