ilustrasi gen Z (IDN Times/Indonesia Gen Z Report 2022)
Generasi Z cenderung kritis dan verifikasi langsung berita.
____
Penulis: Yosafat Diva Bagus
Editor: Putra Mahen
Akademisi dan Praktisi Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Nona Evita menilai jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang generasi z mampu menekan keberadaan buzzer yang kerap menyebar isu dan berita miring.
Sebagaimana diketahui, buzzer merupakan sekelompok orang yang kerap membuat gaduh dan berbagai isu jelang kontestasi politik.
"Buzzer itu mungkin nyambungnya ke disinformasi dan missinformasi ya," kata Nona dalam diskusi bertajuk Media Sosial Untuk Optimalisasi Tingkat Partisipasi Pemilih Millenial, di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Jakarta Pusat, Jumat (25/11/2022).
Nona mengatakan, Generasi Z cenderung kritis terhadap informasi yang beredar di publik. Berdasarkan riset, mereka memverifikasi langsung berbagai berita. Sehingga keberadaan berita hoaks yang disebarkan buzzer bisa ditekan sejak awal.
"Gen Z ini kan social nattive, bukan cuma digital nattive, ini menurut data Reuters. Di mana mereka paham betul bagaiman cara memverifikasi informasi-informasi yang salah. Jadi betul ini terjadi trennya di dunia," ucap dia.
Sebagai contoh, kata Nona, Gen Z memiliki kecenderungan memverifikasi langsung informasi yang ada di media sosial. Dengan demikian, kabar hoaks tak semakin menyebar dan jadi konsumsi publik yang membuat gaduh.
"Jadi mereka itu kesenjangan utamanya kan dari media sosial, tetapi juga gak langsung percaya gitu aja. Mereka langsung ke media mainstream dulu. Jadi itu kan pola verifikasi yang baik sebetulnya, sekaligus jadi solusi juga," ucap dia.
Diketahui, sistem monitoring percakapan di platform online berdasarkan big data Drone Emprit menyebutkan, generasi Z atau generasi yang lahir antara 1995 sampai 2012, bisa menjadi peredam potensi polarisasi akibat narasi politik menjelang Pemilu 2024.
"Generasi Z ini tidak sepenuhnya menyepakati narasi-narasi yang diangkat oleh seniornya (Milenial dan Generasi X), kalau saya lihat lebih kritis terhadap informasi," kata Lead Analyst Drone Emprit, Rizal Nova Mujahid, Kamis (27/10/2022).
Menurut Rizal, Generasi Z dengan usia antara 13 sampai 23 tahun dalam peta percakapan di media sosial, cenderung tidak mengikuti narasi yang dibangun generasi milenial (25-34 tahun) dan generasi X (41-56 tahun) menjelang Pemilu 2024.
Ilustrasi IDN Times
Berdasarkan pemantauan Drone Emprit selama tiga bulan terakhir selama 2022, kata dia, perbincangan politik generasi milenial yang mendominasi medsos hingga kini, belum mengarah pada adu gagasan atau program, melainkan masih bersifat menyerang pribadi tokoh dengan isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) seperti saat Pilkada DKI 2017 dan Pemilu 2019.
Adapun tokoh yang paling dominan diperbincangkan, disebutkan Rizal, mengerucut pada tiga nama yakni Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto.
"Gak ada narasi yang lain, polanya masih sama, mengarah ke orangnya, serangan ke personal, dan bukan serangan kepada program," kata dia.
Sumber: klik di sini