Buku Guru Aini karya Andrea Hirata/ foto: internet
"Memintarkan seorang murid cukup untuk membuat batin seorang guru tertekan, namun murid yang sudah pintar dan mengabaikan kepintarannya, akan memukul perasaan seorang guru dengan kegetiran yang tak dapat dimengerti siapa pun"
Guru Aini
Halaman 66
____
Penulis: Nekagusti
Editor: Putra Mahen
Desi Istiqomah, seorang gadis sederhana, karismatik, nyentrik dan penuh prinsip. Ia memiliki cita-cita menjadi seorang guru matematika. Ia tergugah menjadi guru matematika karena gurunya dulu, Bu Marlis namanya, telah membuatnya jatuh cinta dengan matematika.
Menjadi lulusan terbaik dari SMA, Desi memutuskan untuk melanjutkan studi diploma 3 untuk membentuk guru-guru matematika. Keputusan ia tetap ambil walaupun ditentang oleh ibunya. Walaupun begitu ayahnya tetap mendukungnya sepenuh hati.
Setelah lulus, semua lulusan dari sekolah ini disebar ke seluruh wilayah Indonesia. Ketika penempatan kerja, sebenarnya Desi mendapatkan daerah Bagan Siapiapi sebuah kota yang maju nan agamis. Namun sahabatnya, Salamah, merasa sedih karena mendapatkan Tanjung Hampar, Bangka Selatan Kepulauan Bangka Belitung, nama yang asing di telinga calon-calon guru itu. Tergerak untuk menemukan petualangan baru Desi pun setuju bertukar bangku.
Sumpah sepatu?
Salah satu hal yang menarik adalah sepatu putih yang ia kenakan, sepatu yang dipakaianya ketika menempuh perjalanan enam hari enam malam dengan menaiki berbagai macam kendaraan; Mobil, angkot, dan perahu ia naiki. Ia pergi dengan penuh semangat dengan memakai sepatu putih bercorak merah pemberian ayahnya yang diikat talinya sebelum ia berangkat.
Ia sendiri mempunyai sumpah sepatu. Katanya, ia tak akan mengganti sepatunya kecuali telah menemukan murid pintar matematika.
ilustrasi sepatu guru Desi/ foto: istock
Desi menemukan murid yang sangat cerdas, Debut Awaludin namanya. Namun tiba-tiba semangat belajarnya pudar begitu saja. Debut bermain dengan anak-anak yang membuat semangat belajarnya mengendur. Akhirnya guru Desi menjadi sosok yang berbeda, habis sabarnya, ia menjadi sosok guru yang galak, pesimis dan berfikir bahwa mendapatkan murid yang cerdas matematika sangat sulit. Lebih sulit dari pada menemukan jarum di tumpukan jerami, menurutnya.
Nuraini binti Syarifudin
Sampailah ia bertemu dengan Aini, Nuraini binti Syarifudin, nama lengkapnya. Apakah ia pintar dan mengerti matematika? Hmm jangankan mengerti, mengikuti pelajaran matematika saja ia merasakan sakit perut secara tiba-tiba karena ketakutannya. Tak ayal, ia selalu mendapatkan nilai matematikanya seperti bilangan biner, 1 0 1 0, dan berulang seperti itu.
Namun ketika Ayahnya menderita sakit keras dan tak bisa diobati sampai-sampai tubuhnya terbujur lemas di atas Kasur. Ia pun harus merawat ayahnya sampai tujuh bulan lamanya alhasil ia tidak bisa naik kelas.
Tiba-tiba ia menyadari bahwa kesembuhan ayahnya itu hanya bisa diobati dengan ilmu kedokteran. Sejak itu, menggebu-gebu Aini ingin menjadi dokter. Namun ia sangat takut untuk belajar matematika. Melihat lagi kondisi ayahnya akhirnya ia pun memberanikan diri untuk menemui Bu Desi, guru matematika yang paling galak dan pesimis ini.
Bukan mudah untuk Aini menyakinkan ibu gurunya untuk mengajarkannya matematika. Hasil bilangan biner masih ada di setiap ulangannya. Guru Desi juga sering sekali geleng-geleng kepala karena Aini tak mengerti sama sekali. Bahkan Aini datang setiap hari sepulang sekolah ke rumah gurunya untuk mendapatkan pelajaran tambahan matematika.
Tak usah bermimpi tinggi
Diusir! Aini diusir oleh Guru Desi, gurunya bilang tak usalah kau bermimpi tinggi-tinggi, ingin jadi dokter dengan nilai matematika begini. Namun tetap Aini datang tiap hari. Akhirnya gurunya menyerah dan mengajarkan Aini matematika. Segala metode dan cara ia ajarkan. Dengan strategi yang paling mudah, metode dari kiri ke kanan, kanan ke kiri, dan hasil nilai ujian Aini? Tetap nol.
pelajaran kalkulus/ foto:istock
"Mereka yang ingin belajar, tak bisa diusir" (Guru Aini halaman 174)
Putar otak, rasa penasaran guru Desi terhadap kemampuan Aini membuat ia memutar otak dan mengaplikasikan beragam tehnik belajar matematika hingga jungkir balik dibuatnya. Semua metode sudah diajarkan dan sang guru dari Aini ini berujar. "Tinggal satu nak, cara belajar yang belum kita coba, kalau ini juga tak berhasil padamu, aku tak tau lagi..”
Kalkulus!, adalah pendekatan belajar yang digunakan guru Desi untuk mengajarkan aini matematika. Tentunya dimulai kalkulus sederhana. Dan bagaimana hasil ujian matematika Aini saat belajar dengan metode kalkulus ini? Yups, nilainya naik menjadi 2.
Tapi guru Desi dan Aini tersenyum, karena walaupun bukan 8 atau 9, mereka tahu ada secercah harapan dari sini. Dan benar, nilai aini naik menjadi 3, 4, 5, 6… dan mendapatkan nilai sempurna untuk matematika.
Aini menjadi dokter?
Ketika lulus, Aini melihat guru Desi mengunakan sepatu baru, janji sepatu yang masih kukuh dipegangnya. Dengan dukungan gurunya, Aini mendaftarkan di fakultas kedokteran UNSRI Palembang untuk mengikuti ujian masuk menjadi mahasiswa, apakah akhirnya dia lulus menjadi dokter seperti cita-citanya?
"Tak ada satu ilmu pun yang lebih penting dari ilmu lainnya. Kecerdasan punya seribu muka" (Guru Aini halaman 173)
Kisah Guru Aini, adalah kisah sederhana bagaimana dalam proses pembelajaran ternyata tak hanya murid yang mendapatkan pelajaran, namun guru juga belajar untuk menemukan cara yang paling bijak agar potensi, karakter siswa dapat terbentuk.
Di hari guru kali ini, jangan lewatkan untuk membaca Guru Aini.
Sumber: Buku Guru Aini karya Andrea Hirata