Polisi mengeluarkan jasad satu keluarga yang tewas di Kalideres (foto: net)
Teka teki motif dari kasus kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, semakin rumit. Hal ini diungkap oleh salah seorang saksi yang sempat mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) pada 13 Mei 2022.
___
Penulis: Uji Sukma Medianti
Editor: Putra Mahen
Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Hengki Haryadi menuturkan, gelagat Dian (42), anak Renny Margaretha (68), menunjukkan hal yang tak lazim.
Dian tak mengizinkan karyawan koperasi menghidupkan lampu kamar. Alasannya, sang ibu sensitif dengan cahaya lampu.
"Pas masuk dibolehkan, tapi gak boleh hidupkan lampu. Ini kata Dian," ujarnya.
Diam-diam, tanpa sepengetahuan Budiyanto (69) dan Dian, karyawan koperasi menyalakan flash dari handphone.
Sontak ia langsung terkejut dan mengatakan, "Allahuakbar!"
"Saat pegawai koperasi nyalain flash ternyata udah jadi mayat. Dia teriak Allahuakbar! Dan gak jadi beli rumah itu," kata Hengki.
Dian kemudian ngotot menyanggah kalau ibunya sudah meninggal dunia. Kata Hengki, berdasarkan keterangan saksi, Dian bilang kalau ia masih tidur dengan ibunya. Bahkan memberikannya susu dan menyisir rambutnya setiap hari.
"Pada saat di dalam kamar, karyawan koperasi simpan pinjam bilang ibunya sudah jadi mayat. Tapi Dian bilang ibu saya masih hidup dan masih saya kasih susu dan rambutnya masih disisir rontok semua," jelas Hengki.
Hengki melanjutkan, saat ditemui orang yang menyurvei rumah, Dian juga kerap menangis. Dia menyebut, hal ini menjadi pekerjaan rumah tim psikologi forensik terkait kondisi psikologis keluarga tersebut.
Polisi Ungkap Komunikasi Satu Arah
Tim Kepolisian melakukan olah TKP satu keluarga tewas di Kalideres (foto: net)
Pihak kepolisian menemukan ada dua handphone milik keluarga yang meninggal di Perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat.
Masing-masing handphone digunakan oleh dua orang.
"Hanya ada dua hape. Satu hape digunakan 2 orang," kata Direskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Hengki Haryadi, di Mapolda Metro, Senin (21/11/2022).
Kemudian setelah diselidiki, pihak kepolisian menemukan komunikasi satu arah dari satu handphone ke handphone yang lain. Komunikasi itu berisikan pesan atau emosi yang negatif.
"Hanya ada dua hape (di rumah tersebut). Satu hape digunakan 2 orang. Kemudian kami temukan komunikasi satu arah dari satu hp ke hp yang lain berisi emosi negatif," jelasnya.
Namun, Hengki tidak menjabarkan komunikasi ini dilakukan oleh siapa dan ditujukan ke siapa. Hal ini juga jadi perhatian tim psikologi forensik.
"Ini juga yang sedang dialami oleh psikologi forensik," terang dia.
Sempat Kejar Karyawan Koperasi yang Pergoki Mayat Kakaknya
Meski belum menarik kesimpulan mengenai motif dan penyebab kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, polisi menyampaikan update terbaru terkait temuan saat olah TKP dan pemeriksaan saksi-saksi.
Direskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Hengki Haryadi mengatakan Budiyanto (69) mengejar 3 orang yang sempat mensurvei rumah bersertifikat milik Renny Margaretha (68), adik iparnya pada 13 Mei 2022.
Tiga orang itu adalah mediator jual beli rumah dan 2 orang karyawan koperasi simpan pinjam.
Setelah masuk ke dalam rumah, Budiyanto menunjukkan sertifikat. Ternyata sertifikat itu atas nama Renny Margaretha (68).
Saat karyawan koperasi bertanya Renny ada di mana, Budiyanto mengatakan Renny ada di dalam kamar dan sedang tidur.
"Kemudian ditanyakan, Renny ada di mana sedang tidur di dalam. Pegawai kemudian masuk ke dalam kamar diantar," tuturnya.
Begitu kamar dibuka, bau yang lebih busuk semakin menyeruak.
Anak Renny, Dian (48), tak mengizinkan karyawan koperasi menghidupkan lampu kamar. Alasannya karena sang ibu sensitif terhadap cahaya lampu.
"Pas masuk dibolehkan, tapi ga boleh hidupkan lampu. Ini kata Dian," ujarnya.
Diam-diam, tanpa sepengetahuan Budiyanto dan Dian, karyawan koperasi menyalakan flash dari handphone.
Sontak ia langsung terkejut dan mengatakan, "Allahuakbar!"
"Saat pegawai koperasi nyalain flash. Ternyata udah jadi mayat. Dia teriak Allahu akbar! Dan gak jadi beli rumah itu," kata Hengki.
Saat dua saksi lain itu keluar, Budiyanto langsung mengejar. Dia kemudian bilang agar tidak boleh lapor polisi maupun Ketua RT.
"Dua saksi lain keluar. Dan 2 saksi lain juga dikejar. Dan bilang jangan laporkan ke polisi dan Ketua RT. Ini yang saya sesalkan. Timeline ini kami cocokkan dan cocok dengan keterangan saksi-saksi yang lain," ujarnya.
7 Fakta Baru Kematian Keluarga di Kalideres
Kematian keluarga di Kalideres, Jakarta Barat belum terungkap. Polisi telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk menguak misteri kematian empat orang keluarga itu. Empat orang itu antara lain, Rudyanto (71), Margaretha (68), Dian Apsari Dewi (42) dan Budyanto (68).
Beragam spekulasi bermunculan, mulai dari mati kelaparan hingga ikut aliran sekte tertentu. Namun polisi telah membantah dan tak ingin mengambil kesimpulan prematur.
Polisi memasang Police Line di pagar rumah tempat ditemukannya satu keluarga tewas di Kalideres (foto: net)
Berikut ini fakta-fakta yang ada dalam kematian satu keluarga di Kalideres.
1. Polisi belum simpulkan korban mati kelaparan
Polisi semula mengatakan kalau hasil autopsi sementara menunjukan tidak ditemukan sisa makanan dalam lambung mereka. Selain itu, tidak ada indikasi keracunan makanan atau minuman. Hal ini membentuk dugaan kalau keluarga ini meninggal dunia dalam kondisi kelaparan. Namun, ini belum kesimpulan.
Kami gak menyanggah tapi kan ini belum menjadi sebuah kesimpulan. Belum nanti setelah akhir baru bisa kita simpulkan kenapa. Dan saya bukan ahlinya, bisa kedokteran forensik yang akan menjelaskan,”
- Hengky Hariyadi -
2. Korban tewas pertama Kalideres diduga ditaburi kapur barus dan ada lilin
Wali Kota Jakarta Barat, Yani Wahyu Purwoko, menduga salah satu anggota keluarga yang tewas ada yang mencoba menutup-nutupi kematian korban lainnya dengan menaburi kapur barus karena keempat korban meninggal tidak di waktu bersamaan.
Sebab, kapur barus dapat berfungsi untuk menyerap dan menghilangkan bau tak sedap. Dalam penyelidikan, ditemukan adanya kapur barus ketika berada di TKP. Selain itu, terdapat juga lilin di rumah tersebut.
3. Ada tumpukan sampah di TKP
Petunjuk lain yang didapat saat olah TKP adalah adanya gunungan sampah di dalam rumah. Para korban diduga tidak membuang sampah keluar dari rumah melainkan dibiarkan saja di dalam.
“Kita temukan gunungan sampah yang ada di dalam jadi bisa kita asumsikan sementara nanti kita ahli yang akan menjelaskan, kenapa kok buang sampahnya di dalam rumah, tidak keluar, artinya ini menunjukkan yang bersangkutan dengan tetangga dan lain sebagainya apakah sifatnya ini mengurung diri dan lain sebagainya,” tutur Hengki.
4. Polisi periksa DNA korban
Aparat sudah melakukan penelusuran dengan sejumlah pendekatan termasuk digital forensik, dan hasilnya ada sejumlah petunjuk penting yang muncul.
"Banyak sekali temuan dari metode penyelidikan yang kami laksanakan, misalnya digital forensik guna memberikan informasi penting," kata Hengki.
"Kedokteran forensik juga seperti itu, laboratorium forensik ya terkait DNA dan sebagainya juga memberikan petunjuk yang penting,” lanjutnya.
Kata Hengki, lewat bukti-bukti penting yang sudah dikantongi Polisi, maka justru mematahkan sejumlah hal-hal diduga dan diperkirakan di masyarakat.
Itu artinya bukti baru ini seolah meruntuhkan berbagai persepsi yang beredar di ruang publik selama ini.
5. Polisi kantongi buku-buku dari TKP, tapi belum tentu terkait sekte
Polisi mengamankan barang bukti dari rumah keluarga yang tewas di Perumahan Citra Garden Kalideres, Jakarta Barat. Dari barang bukti yang diamankan, polisi membawa buku-buku.
Kanit Reserse Kriminal Umum Polres Metro Jakarta Barat AKP Avrilendy menuturkan buku-buku yang diamankan tidak terkait dengan sekte. Namun, polisi tetap mempelajari apa yang ada dalam buku-buku tersebut.
“Masih dipelajari. Bukan sekte kok buku biasa,” katanya.
6. Periksa dua anak korban yang masih hidup
Polisi memeriksa dua anak pasangan korban lain yang tidak tinggal bersama mereka. Keduanya kini tinggal di Bekasi, Jawa Barat.
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Endra Zulpan, keduanya ikut diperiksa polisi untuk mengungkap motif dari kasus kematian ini.
Ini mengacu dari sulitnya Polsi mengungkap motif kematian. Karena sejumlah saksi menyatakan jika keluarga ini termasuk orang yang tertutup dan jarang berkumpul dengan warga sekitar.
Maka, Polisi kemudian berinisiatif memeriksa kedua anak R dan M yang masih hidup untuk menggali lebih dalam.
7. Melibatkan 4 ahli
Tim gabungan Polda Metro Jaya dan juga Polres Metro Jakarta Barat melibatkan 4 ahli untuk menyelidiki penyebab kematian satu keluarga di Perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat.
Adapun, empat ahli yang dilibatkan itu adalah ahli patologi anatomi, ahli forensik medikolegal, ahli toksikologi, dan ahli DNA. Analisa ini dilakukan di RS Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur.
“Bertempat di kamar jenazah RS Polri Sukanto,” kata Direskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Hengki Hariyadi.
Mereka melakukan penelitian dan analisa untuk mencari keidentikan dengan bukti-bukti yang ditemukan di lapangan.
Sumber: IDN Times