ilustasi permainan gasing/ foto: internet
Bermain bukan hanya bisa membuat anak menjadi kreatif dan cerdas, tetapi juga melatih jiwa kepemimpinan dalam diri, serta turut mendukung pembentukan keterampilan hidup di masa dewasa, ketika bekerja, berorganisasi, dan juga berkeluarga
--------
Di tengah gempuran teknologi canggih, kebiasaan pun turut berubah. Salah satunya kebiasaan bermain. Anak-anak sekarang lebih suka menghabiskan waktu untuk bermain bersama dengan gadget kesayangan mereka. Bahkan banyak orang tua yang mengeluh bahwa anak-anak mereka tidak mengetahui betapa asyiknya bermain permainan tradisonal khas Bangka Belitung, kalian masih ingat kan? Berikut beberapa permainan tradisional khas Negeri Serumpun Sebalai dikutip dari aturan permainan.blogspot
1. Bakiak
keseruan anak-anak bermain bakiak/ foto: internet
Bakiak atau Terompa Panjang adalah terompa atau selop yang panjang yang terbuat dari kayu dan tali terompanya dari karet ban yang berderet dari 3 sampai 5 kaki yang bisa memakainya. Terompa ini harus sepasang.
Permainan ini membutuhkan beberapa orang untuk membentuk satu grup yang akan bertanding dengan grup lainnya. Mereka harus memakai bakiak dan berjalan selaras, berbarengan dari garis start hingga ke garis finish. Permainan ini bertujuan untuk membangun hubungan kerjasama dan kekompakan antar anggota di dalam tim agar dapat berjalan seirama. Umumnya,lomba bakiak beregu diadakan saat perayaan hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus.
Permainan ini bermanfaat untuk melatih kekompakan, konsentrasi serta mentaati pemimpin untuk melangkah sehingga selamat mencapai tujuan.
2. Bebinti
Bebinti merupakan permainan adu ketangkasan antara dua orang, yang di zamannya dimainkan masa panen padi. Olahraga Bebinti masih dimainkan di kota Sungailiat hingga sekarang. Pengembang olahraga ini berasal dari Desa Kacung yang tinggal di Sungailiat yang terus menjaga dan melestarikan olahraga ini.
Bebinti dimainkan empat orang laki-laki. Didalam arena permaian ada seorang miak (gadis) yang bertindak sebagai ” tukang ulon ” (pengajak dan penyemangat). Sedangkan wasitnya, kalau pada jaman dahulu biasanya adalah Kepala Kampung atau Kepala Adat.
Terdapat tiga macam bebinti yaitu : bebinti nyagek, bebinti paoh (beradu) pakai lutut, bebinti jurong, dorong-dorongan, bebinti slibet
3.Cak Ingkling (Lingking)
Cak lingking atau Main Dore adalah permainan tradisional anak perempuan di Sumatera Selatan dan Minangkabau. Permainan ini dilakukan dengan berjalan atau meloncat dengan kaki satu. Sebelum bermain, anak-anak haruslah membuat kotak-kotak yang akan mereka loncati. Dan mereka harus memiliki tago. Tago yaitu batu yang akan mereka lempar kekotak secara berurutan. Permainan ini sering dimainkan pada waktu senggang di sore hari di halaman rumah penduduk atau dimainkan oleh anak-anak untuk mengisi waktu istirahat di sekolah.
Jumlah pemainnya paling sedikit 2 orang dan paling banyak 6 orang. Setiap pemain harus memiliki pecahan keramik atau lempengan tipis yang akan dilempar ke kotak permainan yang berjumlah enam kotak. Urutan permainan ditentukan dengan suit. Empat kotak hanya boleh diinjak dengan satu kaki, sedangkan dua kotak lainnya harus diinjak dengan dua kaki. Ukuran tempat bermain sekurangnya 3 meter × 4 meter. |
4.Gasing
permainan gasing/ foto: internet
Permainan Gasing atau Gangsing sudah dikenal sejak dulu di Kepulauan Bangka Belitung. Meskipun gasing ini juga dimainkan di daerah lain di Indonesia, namun gasing dari Bangka Belitung mempunyai daya tarik tersendiri. Gasing berbahan dasar kayu ini diukir sedemikian rupa sehingga menarik dan mampu bertahan hingga putaran yang lama sekali. Bahan dasar kayu yang menjadi kesukaan adalah kayu pelawan. Tekstur kayu pelawan yang keras dan juga kuat menjadi andalan ketika bermain gasing ini. Gasing ini kemudian diadu, atau istilah di Bangka di pangkak. Kata "Pangkak" kira-kira jika diartikan kedalam bahasa Indonesia adalah hantam; menghantam; bentur; membenturkan dua buah benda dengan keras. Karena permainan pangkak gasing ini dimainkan dengan cara membenturkan gasing lawan yang lebih dulu di mainkan dengan gasing kita. Kemudian berlomba untuk lebih lama berputar di arena yang disediakan.
5.Kerito Surong
ilustrasi permainan kerita surong / foto: aturanmain
Adu Kerito Surong adalah salah satu karya budaya dari Provinsi Bangka Belitung yang telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia pada tahun 2015. Kerito Surong bukan sekadar permainan rekreatif yang mengutamakan kecepatan, keterampilan, ketangkasan, dan keseimbangan, tetapi juga mengandung pesan kebersamaan masyarakat Bangka. Kerito Surong sendiri merupakan alat angkut dorong, terbuat dari kayu digunakan masyarakat Bangka terdahulu untuk mengangkat beban berat seperti lada, kayu api, dan peralatan kebun lainnya.
Permainan ini biasa di mainkan di desa Kemuja, Kabupaten Bangka di setiap acara keagamaan berpadu dalam seni kebudayaan. Permainan yang terdiri dari empat orang dalam satu regu ini, cukup menyita perhatian warga sehingga menjadikannya sebagai momentum hiburan menarik.
Cara bermainnya pun satu tim secara bergantian mendorong Kerito Surong mencapai garis finish dalam dua putaran, di mana satu orang duduk di atas kereta dan satunya lagi berposisi sebagai pendorong kereta. Mereka pun harus melewati rintangan kayu balok sepanjang dua meter, papan tiga meter, lalu mengambil kayu estafet sebelum meliuk-liuk lintasan yang zig-zag. Dalam sekali tanding, dua regu saling beradu kecepatan dan ketangkasan mencapai garis finish, yang tercepat pun akan menjadi pemenang. |
6.Pangkak Igik Karet
Pangkak Igik Karet merupakan sebuah permainan tradisional yang digali dari kebiasaan kehidupan masyarakat Bangka pada masa silam. Pangkak Igik Karet yang diartikan sebagai saling beradu memecahkan buah karet. Lazim permainan ini dilakukan masyarakat tempo dulu usai bekerja di kebun, sekedar untuk menghilangkan kejenuhan dan penatnya. Dan tak jarang dimainkan oleh anak-anak. Sayangnya, permainan yang sarat makna nilai tradisi itu perlahan mulai hilang di tengah-tengah peradaban masyarakat sekarang ini.
Cara memainkannya diawali dengan undian (sud) dan siapa yang menang dia yang jalan terlebih dahulu dan yang kalah harus merelakan biji karet jagoannya ditaruh dibawah biji karet yang menang sud tadi. Lalu biji karet yang disusun dua tingkat ditumbuk dengan ujung tangan bagian bawah, jika belum ada yang pecah maka bergantian menumbuk biji karet sampai salah satu biji karet ada yang pecah dan biji karet yang tidak pecah menjadi pemenang.
7. Sak usek
Sak usek adalah permainan kejar-kejaran, dimana ada satu anak yang bertugas untuk mengejar anak yang lainnya.
Untuk memainkannya, pertama-tama anak-anak akan menagadkan undian dengan hom pim pah untuk menentukan siapa yang bertugas mengejar teman-temannya yang lain. Kemudian semua berllarian menjauh pengejar. Sampai semua anak dapat dikejar maka permainan akan diulang dari awal, dan yang menjadi pengejar selanjutnya adalah anak yang dapat ditangkap pertama kali.
8. Sembilun
Permainan sembilun serupa dengan permainan tradisional gobak sodor. Permainan Sembilun merupakan permainan tradisional khas Bangka. Jumlah pemainnya 5 orang, ke-5 orang tersebut harus melewati hadangan dari 5 orang peserta lainnya. Arena sembilun dibuat kotak-kotak seluas sekitar 2x2 m2 sebanyak 8 kotak yang dibatasi oleh tali rapia atau garis.
Langkah-langkah Permainan Sembilun:
1. Pertama-tama membuat kotak (menggunakan tali rafia) sebanyak 8 buah kotak berbaris dua dengan waktu permainan 2 x 5 menit.
2. Kemudian ditentukan siapa tim yang terlebih dahulu menyerang dan tim yang bertahan agar areanya tidak ditembus pemain lawan.
3. Nilai diberikan kepada pemain yang berhasil keluar dari area lawan yang dijaga dan jika ada salah satu lawan tertangkap atau tersentuh oleh pemain lawan maka dilakukan rotasi lagi tim yang menyerang dan bertahan.
4. Siapa yang berhasil memperoleh nilai terbanyak maka tim tersebutlah yang menang.
9.Sembunyi gong
ilustrasi permainan sembunyi gong/ foto: internet
Sembunyi gong adalah nama yang sering disebut dalam istilah Bangka, nama dalam istilah Indonesia adalah petak umpet. Permainannya pun hampir sama seperti permainan petak umpet pada umumnya. Permainan ini sering dimainkan anak-anak setelah pulang sekolah. biasanya mereka berkumpul di suatu tempat, bisa kebun untuk bermain sembunyi gong ini. Permainan ini dimainkan secara berkelompok dan ada satu anak yang menjaga. Jika anak gagal menjaga gongnya. Maka ia akan menjadi penjaga sampai semua anak yang sembunyi ditemukan.
Permainan ini sebenarnya cukup sederhana. Awalnya sekumpulan anak melakukan hompimpa untuk menentukan siapa yang menang dan kalah dengan menggunakan telapak tangan. Secara bersama-sama, masing-masing peserta memperlihatkan salah satu telapak tangan dengan bagian dalam telapak tangan menghadap ke bawah atau ke atas. Pemenang adalah peserta yang memperlihatkan telapak tangan yang berbeda dari para peserta lainnya. Dua peserta yang tersisa wajib melakukan suit berupa permainan gunting, batu, dan kertas untuk menentukan siapa yang harus berjaga.
Anak yang berjaga harus menutup mata sambil menghadap tembok atau pohon yang telah ditentukan dan menghitung sampai sepuluh, sementara anak-anak yang lain segera berlarian mencari tempat persembunyian terdekat. Biasanya, tempat persembunyian yang dianggap ideal adalah di belakang semak-semak, pohon, tanaman hias yang agak rimbun atau di belakang rumah terdekat.
Setelah hitungan selesai maka anak yang berjaga harus menemukan satu persatu temannya yang bersembunyi. Jika teman yang bersembunyi sudah ditemukan, maka anak yang berjaga harus menyebutkan nama temannya itu lalu segera berlari dan memukulkan telapak tangannya pada tembok atau pohon yang dijaganya sambil berteriak “Gong!”. Bila kalah cepat dan keduluan oleh salah satu temannya yang bersembunyi, maka permainan akan diulang kembali dari awal. Intinya, anak yang berjaga harus mampu menemukan semua rekannya yang bersembunyi, barulah ia terbebas dari kewajibannya untuk berjaga.
Nah, menjelang akhir pekan tak ada salahnya jika kita bisa bermain bersama buah hati tercinta dengan salah satu permainan ini, selain menjalin kedekatan bersama orang tua, kita juga melestarikan budaya permainan tradisional khas Bangka Belitung.