Culture


Jum'at, 21 Oktober 2022 20:28 WIB

Book

'Ganjil Genap' Gambaran Perempuan Indonesia di Umur Kepala Tiga..

buku ganji genap karya almira bastari/ foto: internet

Ganjil genap, karya Almira Bastari yang penuh dengan sindiran terhadap kondisi sosial di Indonesia. Meski menceritakan riwehnya kehidupan di Jakarta yang harus kemana-mana diatur oleh aturan ganjil-genap untuk mengurai kemacetan, tetapi jika diselami lebih dalam, novel ini justru mengangkat tentang betapa serba salahnya sebagai perempuan di Indonesia.

---------------

Penulis: Ptlkaintan
Editor: Nekagusti

Yap, hal ini dimulai saat sang tokoh utama yang bernama Gala, diputuskan oleh pacarnya Bara. Di mana mereka telah menjalin hubungan pacaran selama 13 tahun. 

Pasca diputuskan, semua orang selalu menanyakan “Kok bisa putus?”, atau “Lo ada salah apa? Ngapain? Sampai bisa diputusin?”. Pertanyaan seperti ini, sering sekali dilontarkan dan ditujukan kepada perempuan. Padahal, banyak dari mereka pun tidak tahu apa alasan pasti hubungannya diakhiri karena apa.

Tak hanya ketika diputusin, bahkan saat diselingkuhi pun, di Indonesia selalu perempuan yang tersudutkan, yang dituduh bersalah, kurang asyik, terlalu cuek, kurang menjaga badan, tidak bisa mempercantik diri, dan lainnya. Padahal, seperti apa pun bentuk kekurangan pasangan, tetap saja perselingkuhan termasuk perilaku yang tidak terpuji dan salah. 

Perempuan tersudutkan

salah satu bab dalam buku ganjil genap/ foto: internet

Dalam  novel terbitan Metropop Gramedia Pustaka Utama ini, juga terdapat kutipan cerita yang menggambarkan ketika orangtua Gala seakan-akan menyalahkan Gala saat mengetahui mereka telah putus. Ibunya juga mengatakan mengapa ia tidak mempertahankan dan memperjuangkan hubungannya dengan Bara. Bukan hanya orangtuanya, adiknya pun juga melakukan hal demikian.

Realitas ini pun juga tanpa disadari telah mendarah daging dan turun-temurun terjadi. Belum lagi, paksaan untuk segera menikah bagi perempuan, juga adanya istilah perawan tua, bahkan anggapan tidak baik jika seorang kakak perempuan didahului adiknya dalam persoalan pernikahan. Semua permasalahan tersebut dibungkus menjadi satu dalam novel dengan tebal 342 halaman ini. 

Meski telah menyentil isu sosial yang ada di Indonesia, penulis novel ini tidak memberikan solusi atau menunjukkan bahwa hal ini perlu dihilangkan. Gambaran tokoh Gala benar-benar seperti perempuan pada umumnya, yang terlena dengan omongan orang dan ketakutan-ketakutan yang dibangun oleh lingkungan tentang kengerian jika berkepala 3 atau menginjak umur 30 tahun dan masih berstatus ‘single’.

Dalam hal ini, sang tokoh sampai melakukan segala macam cara agar segera mendapatkan pengganti mantannya dan menikah dalam waktu dekat. Padahal, perihal jodoh dan pasangan seumur hidup, tidak bisa dipaksakan dan diburu-burui. Justru, jika seperti maka akan mendapatkan hasil yang buru-buru pula. Pernikahan bukanlah tentang siapa yang cepat, tetapi semua harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. 

Ending dari cerita yang gantung pun, membuat pembaca menjadi bertanya-tanya. Tetapi, mungkin saja novel ‘ganjil genap’ ini akan memiliki lanjutannya, yaitu seri 2. Yap, karena benar-benar terlihat sangat memaksa untuk endingnya, di mana tokoh Mas Aiman (pacar baru Gala) yang tidak memberikan penjelasan apa pun kepada Gala, hingga mereka bertemu kembali. 

Tetapi, secara keseluruhan, novel Almira Bastari ini cukup berani untuk mengangkat permasalahan yang sering terjadi tersebut, terutama tentang perempuan yang menuju kepala 3 dan belum menikah.


Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur