ilustrasi perempuan pada no bra day/ foto: unsplash
No Bra Day atau Hari Tanpa Bra ini pertama kali diinisiasi oleh dokter bedah plastik asal Kanada, Mitchell Brown pada tahun 2011 lalu. Hal ini diketahui bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para perempuan untuk deteksi dini kanker payudara.
Terdengar tabu di Indonesia, jika tanpa bra digalakkan. Budaya ketimuran yang sangat menjunjung norma kesopanan, membuat masyarakat di dalamnya pun jarang menerapkan kebiasaan tidak menggunakan bra atau beha. Lalu, bagaimana dengan peringatan Hari Tanpa Bra, yang jatuh pada setiap tanggal 13 Oktober ini? Apa sih maksud dan tujuannya?
Melansir CNN Indonesia, Brown menggagas Breast Reconstruction Awareness (BRA), yang merupakan kampanye untuk menyadarkan dan mengajak pasien tentang perlunya operasi dan rekonstruksi payudara.
Gerakan ini ditandai dengan ajakan para perempuan untuk tidak mengenakan bra. Hal ini juga sebagai bentuk kepedulian terhadap para penyintas kanker payudara yang tidak bisa keluar rumah tanpa bra untuk menahan payudara buatan setelah menjalani operasi pengangkatan payudara.
Dengan kampanye seperti ini, juga merujuk pada agar para perempuan tau bahayanya kanker payudara. Sehingga, selain menambah rasa kepedulian, ini juga sebagai pengingat tersendiri untuk menjaga kesehatan payudara masing-masing.
Tidur tanpa bra
pakaian tanpa mengunakan bra/ foto: unsplash
Kesehatan payudara ini, dapat dilakukan juga salah satunya dengan tidak mengenakan bra saat tidur. Ini karena ketika tidak mengenakan bra, dapat melancarkan sirkulasi darah di sekitar dada.
Tidak hanya itu saja, kesehatan payudara juga dapat dijaga dengan rutin mengganti bra, menjaga kebersihan bra, makan-makanan yang bergizi, dan berolahraga.