Kisah Lucu yang Selalu Diceritakan Rasulullah Saw Pada Tiap Tamunya.
Diceritakan Habib Ali Zenal Abidin Al Kaff, diriwayatkan dari Imam Ahmad ibn Hambal, terdapat orang terdekat Rasulullah yang jahil dan suka bercanda, dia lah Nu’Aiman. Rasulullah merupakan nabi yang sangat rendah hati, senang ketika diajak berbicara. Namun, Rasul sangat tegas terhadap larangan Allah Swt.
Nu’Aiman sangat suka minum-minuman keras, hingga diketahui oleh Rasulullah. Nu’Aiman dipanggil dan dicambuk. Tidak jera, Nu’Aiman melakukan perbuatan itu lagi. Dicambuk lagi, Nu’Aiman sudah mau bertobat, tapi Nu’Aiman tak mampu menahan godaan. Hal ini terjadi berulang-ulang. Sahabat Rasul sampai geram dengan tingkahnya hingga keluar kalimat,
“LAKNATULLAH NU’AIMAN!”.
Rasulullah saw membalas ucapan sahabatnya, “Jangan kamu laknat Nu’Aiman karena ia mencintai Allah dan Rasul-Nya”. Sontak sahabat rasul terdiam. Rasulullah senang ketika Nu’Aiman berada di sekitarnya.
Sunan Ibnu Majah pernah berkisah, suatu waktu Abu Bakar mendatangi Rasulullah dan meminta izin Rasulullah.
“Ya Rasulullah saya mau ajak 2 sabahat kamu untuk bedagang,” pinta Abu Bakar
“Siapa yang ingin kamu ajak ya Abu Bakar?” tanya Rasul.
“Nu’Aiman dan Suwaibith bin Harmalah ya Rasul,”
“Yakin kamu mau ajak Nu’Aiman?”.
“Iya Rasulullah”.
Rasulullah merasa ragu dengan pilihan Abu Bakar, mereka semua tahu bahwa Nu’Aiman adalah orang yang jahil. Pernah suatu saat Nu’Aiman datang ke tempat Rasulullah yang tengah berkumpul dengan sabahat-sahabatnya. Nu’Aiman membawa makanan yang banyak. Rasulullah sangat bahagia, mereka berbagi makanan hingga makanan tersebut habis. Setelah makanan habis, Nu’Aiman membawa seseorang dan berkata “Ya Rasulullah, ini penjual makanan tadi. Karena makanannya sudah habis jadi silakan bayar,” ungkapnya. Rasulullah pun terkejut, ia bersama sahabat-sahabat akhirnya urunan untuk membayar yang telah terlanjur mereka makan.
Sekelas Rasulullah pun dikerjai Nu’Aiman, bagaimana dengan Abu Bakar yang sengaja mengajak Nu’Aiman untuk pergi bersamanya. Abu Bakar tetap teguh mengajak Nu’Aiman untuk pergi ke Syam. Abu Bakar tidak pergi bertiga saja, ia mengajak beberapa orang juga. Setibanya di negeri Syam, Abu Bakar segera membagi tugas.
“Fulan kamu kerjakan ini, yang lain kerjakan ini,” ungkap Abu Bakar.
“Saya mengerjakan apa wahai Abu Bakar,” tanya Nu’Aiman.
“Terserah kamu saja, yang penting kamu ikut ke Syam”.
“Lalu saya kerjakan apa?” tanya Suwaibith.
“Karena kamu seorang yang penurut dan amanah, saya tugaskan kamu untuk jaga makanan,” ungkap Abu Bakar.
Hingga akhirnya semua mendapatkan tugas kecuali Nu’Aiman. Kemudian Abu Bakar pergi untuk mengerjakan tugasnya. Tiba lah waktu siang tiba. Nu’Aiman sudah kelaparan. Ia mencari makanan, namun Nu’Aiman tidak punya uang. Dia teringat bahwa Suwaibith menjaga makanan.
“Wahai Suwaibith beri aku makanan, 1 roti saja. Yang penting saya makan,” ungkap Nu’Aiman.
“Ya Allah Nu’Aiman saya tunggu Abu Bakar saja. Ini amanah. Saya tidak boleh memberikan makanan kepada siapa pun kecuali atas izin Abu Bakar,” jawab Suwaibith.
“Beri saya makanan atau saya bikin masalah kepada kamu,” tegas Nu’Aiman.
Wajah Suwaibith memerah, ia merasa bingung. Karena ia tahu bahwa Nu’Aiman tidak main-main dalam omongannya. Rasulullah saja pernah dikerjainya apa lagi hanya Suwaibith. Namun, Nu’Aiman tetap besikeras untuk menjaga amanah yang telah diberikan kepadanya.
“Ya sudah Nu’Aiman, terserah kamu saja. Saya tetap mau menjaga amanah ini. Karena ini amanah dari Allah Swt, Rasulullah dan dari Abu Bakar,” ungkap Suwaibith.
“Baiklah kalau itu mau mu,” ungkap Nu’Aiman.
Kemudian Nu’Aiman pergi ke pasar mencari tempat penjualan hamba sahaya. Ia kemudian berbincang dengan penjual. Menanyakan harga hamba sahaya yang rata-rata ternyata seharga 200-300 dirham.
“Saya juga punya hamba sahaya yang akan saya jual seharga 20 dirham saja,” tanya Nu’aiman
“Murah sekali! Mana ada hamba sahaya seharga 20 dirham,” ungkap penjual samba sahaya.
“Iya, saya jual murah karena dia punya kekurangan,”
“Memang apa kekurangannya?”
“Nanti kalau kalian tangkap, dia akan teriak bahwa ia bukan hamba sahaya tapi orang merdeka,”
Akhirnya semua orang berkumpul mau membeli hamba sahaya milik Nu’Aiman. Tanpa ragu, Nu’Aiman mengajak penjual ini menuju lokasi Suwaibith.
“Nah, ada orang yang berdiri dekat makanan. Itu hamba sahaya saya. Tangkap saja,” ungkap Nu’aiman
“Baiklah. Ini 20 dirhamnya,” ungkap penjual sembari memberikan uangnya.
Penjual tersebut langsung menarik dan membawa Suwaibith. Lantas Suwaibith terkejut dan berkata,
“Saya bukan hamba sahaya. Saya orang merdeka,” ungkap Suwaibith.
“Saya sudah tau kekurangan kamu, tapi saya tidak peduli dengan omongan kamu. Yang penting pekerjaanmu,” ungkap penjual tak percaya.
Akhirnya Suwaibith dibawa ke pasar. Nu’aiman senang dan tidak memperdulikan Suwaibith, dengan 20 dirham ini ia membeli banyak hal. Nu’aiman membeli makanan, barang yang ia ingin kan, dan juga oleh-oleh untuk Rasulullah.
Tak lama kemudian Abu Bakar tiba bersama rombongan. Ia sangat kelaparan dan langsung mencari Suwaibith.
“Nu’aiman, mana Suwaibith kita sudah lapar?,” tanya Abu Bakar kepada Nu’aiman.
Dengan santai Nu’aiman menjawab “Sudah saya jual ke pasar,”
“Nu’aiman apa yang kamu lakukan!?”
Kemudian Nu’aiman menjelaskannya secara jujur. Ia merupakan orang yang apa ada nya meski suka menyusahkan.
Akhirnya Abu Bakar membeli Suwaibith lagi.
Kisah Suwaibith ini pun diceritakan kepada Rasulullah Saw. Rasul tertawa hingga gigi gerahamnya terlihat. Hingga satu tahun berlalu, Rasulullah masih sering menceritakan kisah Nu’Aiman menjual Suwaibith kepada para tamunya.
Penulis: Natasya
Subscribe Kategori Ini