Pemilik Rekening Tertua di Dunia
Utsman bin Affan merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad Saw yang menjadi khalifah ketiga pemimpin umat Islam. Ia dikenal sebagai sahabat yang paling kaya di antara sahabat yang lainnya. Bahkan setelah Ia meninggal, kekayaan ini tidak habis begitu saja. Namun tetap mengalir hingga saat ini dan digunakan untuk kebaikan umat.
Berawal dari Sumur Raumah
Suatu ketika, pada masa Nabi Muhammad SAW, Kota Madinah pernah mengalami paceklik hingga kesulitan air bersih. Satu-satunya sumber air yang tersisa adalah sebuah sumur milik seorang Yahudi, yaitu Sumur Raumah. Rasa airnya mirip dengan sumur zam-zam. Kaum muslimin dan penduduk Madinah terpaksa harus rela antri dan membeli air bersih dari Yahudi tersebut.
Prihatin atas kondisi umatnya, Rasulullah kemudian bersabda, “Wahai Sahabatku, siapa saja di antara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surga-Nya Allah Ta’ala,” demikian hadist riwayat (HR. Muslim).
Mendengar apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah, Utsman bin Affan langsung mendatangi seorang Yahudi pemilik sumur tersebut. Dengan segala kepandaiannya dalam bernegosiasi, Utsman pun berhasil membeli sumur tersebut dengan harga 12.000 dirham (dibandingkan dengan zaman tersebut, 12.000 dirham setara 1,3 miliyar rupiah).
Namun sumur tersebut belum sepenuhnya dimiliki oleh Utsman. Berdasarkan kesepakatan, Utsman harus bergantian untuk mengambil air tersebut, sehari sumur tersebut milik utsman dan sehari lagi sumur tersebut milik Yahudi dan begitulah seterusnya.
Utsman pun menyerukan kepada kaum muslimin agar mengambil air sumur tersebut sebanyak mungkin pada hari ketika sumur tersebut dimiliki oleh Utsman. Kondisi demikian berjalan beberapa waktu. Hingga akhirnya Yahudi pemilik sumur tersebut menawarkan kepada Utsman untuk membeli secara penuh. Utsman pun mengeluarkan 8.000 dirham (sekitar 900 juta rupiah) lagi dari kantongnya untuk melunasi harga sumur tersebut.
Dengan demikian, sumur itu sudah dimiliki Utsman secara penuh. Sumur ini lantas diberikan dan diwakafkan kepada umat sehingga umat Islam bebas mengambil air kapan pun mereka butuh. Sumur tersebut dikenal dengan nama ‘Sumur Raumah’.
Sepeninggalan Utsman, perawatan wakaf Utsman ini dilanjutkan ke Kerajaan Arab Saudi. Di sekitar sumur Raumah tumbuh ribuan pohon kurma yang kini dikelola Kementerian Pertanian Arab Saudi. Sumur Raumah menjadi sumber air untuk pertanian di wilayah ini. Pemerintah Saudi mengelola hasil kebun di sekitar wakaf Utsman ini dengan baik. Uang yang didapat dari panen kurma dibagi dua; setengahnya dibagikan kepada anak-anak yatim dan fakir miskin lalu separuhnya lagi disimpan di sebuah bank dengan rekening atas nama Utsman bin Affan. Rekening atas nama Utsman bin Affan dipegang oleh Kementerian Wakaf. Dengan begitu kekayaan Utsman bin Affan yang tersimpan di bank terus bertambah. Uang tersebut kemudian digunakan untuk membeli sebidang tanah di kawasan Markaziyah (area ekslusif) dekat Masjid Nabawi. Di atas tanah itulah, Hotel Utsman bin Affan dibangun dari uang yang ada di rekening yang berusia 1.400 tahun itu yang berlokasi tepat di samping masjid yang juga atas nama Utsman bin Affan. Hotel tersebut kini dikelola oleh Sheraton, berdiri gagah setinggi 15 lantai dengan 24 kamar di setiap lantai dilengkapi dengan restoran besar dan tempat belanja.
Kisah Utsman ini menjadi contoh wakaf yang produktif dan terus mengalirkan amal jariyah. Karena manfaatnya kepada umat, amalnya akan mengalir terus sampai hari akhir ke kitab amal saleh atas nama Utsman bin Affan.
Hikmah yang dapat diambil dari sifat keteladanan sahabat Rasulullah ini tidak lain bahwa sedekah ataupun membagi harta kepada orang-orang yang membutuhkan tidak akan membuat seseorang tersebut menjadi miskin hingga turun derajat.
Hal ini justru akan membuat harta kekayaan seseorang akan bertambah, memberikan manfaat kepada orang lain, serta yang paling utama yakni, mendapatkan kemuliaan di sisi Allah SWT.
(Capt/LR)
Subscribe Kategori Ini