Lifestyle


Kamis, 15 April 2021 10:18 WIB

Mengapa Kesombongan Sangat Mudah Menular?

Di akhir 1980-an, seorang psikolog James Reason ingin memahami pemikirian yang ada di balik kecelakaan di jalan. Dia turun ke jalan dan tempat parkir supermarket di sekitar Manchester, Inggris. Kemudian meminta 520 pengemudi untuk memperkirakan berapa kali mereka melakukan pelanggaran tertentu. Apakah mereka sering gagal memeriksa kaca spion, misalnya? Atau apakah mereka memasuki jalur yang salah saat mendekati persimpangan? Selain daftar kesalahan dan pelanggaran, peserta juga diminta untuk memperkirakan kemampuan mengemudi mereka dibandingkan dengan orang lain, apakah lebih baik atau lebih buruk dari rata-rata.

Mengingat banyaknya waktu yang dihabiskan orang di belakang kemudi, Anda berharap sebagian besar pengemudi setidaknya memiliki kesadaran akan kemampuan mereka sendiri. Namun Reason menemukan bahwa ini jauh dari kebenaran. Dari 520 pengemudi, hanya lima yang menganggap mereka lebih buruk dari rata-rata, dan ini kurang dari 1%. Sisanya, para pengemudi yang benar-benar buruk yang terus-menerus membuat kesalahan, menganggap diri mereka setidaknya sebaik orang berikutnya, dan banyak yang mengira mereka jauh lebih baik. Pada dasarnya, ini adalah khayalan massal yang membuat mereka benar-benar buta terhadap kegagalan mereka sendiri. 

Tiga dekade kemudian, para psikolog telah mendokumentasikan tingkat kepercayaan yang “menipu diri”. Hal ini sama untuk berbagai sifat dan kemampuan yang berbeda. Kita cenderung berpikir bahwa kita lebih cerdas, kreatif, atletis, dapat diandalkan, perhatian, jujur, dan ramah dari pada kebanyakan orang (fenomena yang sering dikenal sebagai "efek lebih baik dari rata-rata"). "Buktinya sangat luar biasa  kuat," ungkap Ethan Zell, seorang profesor psikologi di University of North Carolina di Greensboro, yang baru-baru ini melakukan meta-analisis terhadap studi tersebut. Kekuatan efek terlalu percaya diri ini membuat seseorang menjadi favorit. “Pada dasarnya perilaku ini tidak pernah gagal. Jika Anda memberi orang kuesioner untuk menilai diri mereka sendiri apakah mereka termasuk di dalam golongan rata-rata? Hampir setiap orang akan mengira mereka di atas rata-rata pada hampir semua hal.” 

Konsekuensinya mungkin serius. Seperti yang telah disiratkan Profesor Reason, terlalu percaya diri pada keterampilan kita sendiri di jalan raya saat mengemudi dapat menyebabkan risiko dan kecelakaan serius. Dalam kedokteran, hal itu dapat menyebabkan kesalahan diagnostik yang fatal. Dalam sisi hukum, hal itu dapat menyebabkan tuduhan palsu dan ketidakadilan. Dalam bisnis, arogansi manajerial dapat menempatkan perusahaan pada peluang yang lebih besar untuk melakukan penipuan dan kebangkrutan. 

Maka, tidak mengherankan terlalu percaya diri sering kali dikenal sebagai "induk dari semua bias". Ilmuwan pemenang Hadiah Nobel Daniel Kahneman yang terkenal dengan kutipannya “Jika ia memiliki tongkat ajaib yang dapat mengubah satu hal tentang psikologi manusia, maka ia akan menghilangkan rasa unggul yang berlebihan pada banyak hal dalam diri manusia.” 

Penelitian baru yang menarik dilakukan oleh Joey Cheng, asisten profesor psikologi di York University menunjukkan bahwa, terlalu percaya diri bisa menular. "Jika Anda pernah bertemu dengan orang yang terlalu percaya diri, Anda akan cenderung melebih-lebihkan posisi Anda atau kerabat sendiri." Kecendrungan ini dapat membuat pemikiran yang menyesatkan tersebar ke setiap orang. 

Keyakinan Mengalir Deras 
Cheng mengatakan bahwa dia telah terinspirasi oleh laporan anekdot perilaku di Wall Street, di mana kesombongan sering terjadi. “Ketika Anda melihat sektor lain seperti pendidikan, Anda jarang mendengar guru dideskripsikan dengan cara yang sama.” Perbedaan ini menumbuhkan rasa ingin tahu ”Apakah kelompok orang tertentu mungkin benar-benar mendorong perkembangan ego yang meningkat pada orang lain?”. Beberapa penelitian sebelumnya telah mengisyaratkan kemungkinan ini, menunjukkan bahwa kepercayaan berlebih seorang bankir cenderung tumbuh seiring dengan waktu yang dihabiskan dalam profesinya. Menjadi sangat masuk akal jika mereka "menangkap" perilaku ini dari rekan-rekan mereka, tetapi Cheng ingin mengemukakan gagasan itu tes di laboratorium. 

Eksperimen pertamanya memiliki dua tahap. Secara perorangan, peserta diminta untuk melihat foto wajah orang lain dan mencoba menebak berbagai kepribadian berdasarkan ekspresi mereka. Sebuah tugas yang dapat dilakukan beberapa orang dengan tingkat akurasi yang wajar.  Kemudian untuk mengukur kepercayaan diri mereka, para peserta diminta untuk menilai persepsi mereka tentang kemampuan mereka sendiri, dibandingkan dengan anggota kelompok lainnya. 

Selanjutnya para peserta harus melakukan tugas yang sama secara berpasangan, setelah itu mereka kembali diminta untuk menilai kemampuan mereka sendiri, kemungkinkannya untuk melihat ‘Apakah kesombongan satu orang akan menular ke orang lain?’. Benar saja, dia menemukan bahwa, peserta yang sebelumnya lebih rendah hati cenderung meningkatkan nilai diri dan peringkat mereka sendiri setelah mereka ditempatkan dengan mitra yang terlalu percaya diri. “Itu sangat luar biasa,” kata Cheng. 

Hasil percobaan kedua bahkan lebih mencengangkan. Sekali lagi, mereka harus mengerjakan tugas persepsi sederhana, yakni menebak berat badan seseorang dari foto mereka. Namun kali ini para peserta tidak bekerja secara berpasangan, melainkan mereka disajikan beberapa contoh tanggapan dari peserta lain. Kenyataannya, mereka memberikan tanggapan palsu, memungkinkan Cheng untuk memperoleh hasil bahwa sebagian orang jelas-jelas menipu diri sendiri. Tim peneliti mungkin melihat seseorang yang berada di 10% terbawah, dan jauh di bawah rata-rata mengklaim berada di antara kuartal teratas. 

 Dalam eksperimen lebih lanjut, Cheng menegaskan bahwa ilusi superioritas (keunggulan), ditangkap dari satu rekanan, kemudian dapat ditularkan ke orang lain. Sebuah "riak" yang meresap melalui suatu kelompok dari satu sumber. Dia juga mendokumentasikan "efek tumpahan", sehingga begitu Anda menangkap rasa terlalu percaya diri atau kesombongan di satu tempat, Anda mungkin menjadi lebih sombong di tempat lain. Lebih buruk lagi, akibatnya bisa bertahan lama setelah interaksi. Hanya beberapa menit terpapar orang yang sombong, Anda dapat mengubah dan meninggikan penilaian diri sendiri sampai beberapa hari kemudian. 

Mekanisme misterius
Hasil Cheng cocok dengan banyak penelitian lain tentang kesesuaian, termasuk ingatan kita tentang acara yang dilakukan secara bersama, persepsi kita tentang kecantikan, dan pendapat politik kita. “Hanya dengan terpapar pada seseorang, Anda mungkin lebih mengikuti cara berperilaku dan cara berpikir mereka,” katanya. 

Sangat masuk akal ketika membayangkan bagaimana hal itu bisa terjadi di tempat kerja, tambahnya. “Katakanlah Anda adalah seorang bankir keuangan. Anda cukup terkoneksi ketika Anda pertama kali memasuki bisnis, tetapi ketika semakin asyik dengan lingkungan tersebut, melihat bahwa beberapa orang cenderung memiliki sikap sombong, mereka memiliki penampilan sangat percaya diri yang terlihat dari cara mereka berbicara dan bagaimana mereka berkomunikasi secara non verbal. Dan kemungkinan besar Anda, pada akan meniru sikap dari tersebut. " 

 “Temuan kami menunjukkan bahwa beberapa sikap terlalu percaya diri itu mungkin disebabkan oleh efek penularan sosial,” kata Cheng. "Dan itu bisa membuat banyak orang mengadopsi perilaku tersebut dan berkontribusi pada kehancuran,” tambahnya. 

Dengan hasil-hasil ini, Cheng menyarankan agar organisasi atau perusahaan memikirkan kembali sikap ketika mereka memberi penghargaan. "Para pemimpin dan manajer harus sangat memperhatikan efek sikap individu tertentu pada orang lain, karena sikap arogan dapat menyebar secara luas." Temuan ini mungkin juga dapat dipertimbangkan pada perekrutan pegawai. Selain membuat diri mereka sendiri menjadi lebih realistis, anggota tim yang rendah hati juga ternyata dapat meredam kepercayaan diri yang berlebihan dari orang lain dan seluruh tim. "Mereka dapat membantu mengembalikan kelompok itu ke dunia nyata." 

Dari segi pribadi, hal ini membuat Anda lebih memperhatikan sikap Anda sendiri, termasuk persepsi tentang cara mengendalikan diri sendiri. Setiap kali secara tidak berdasar Anda membual tentang keahlian yang dimiliki, Anda mungkin mengirimkan “riak” terlalu percaya diri ke jejaring sosial dan kelompok orang yang ditemui. Secara tidak langsung, hal tersebut mempertahankan khayalan besar yang James Reason temukan dalam penelitian beberapa tahun yang lalu. 

David Robson adalah penulis tentang ilmu pengetahuan dan menulis  buku The Intelligence Trap: Why Smart People Make Dumb Mistakes, yang meneliti psikologi irasionalitas dan cara terbaik untuk membuat keputusan yang lebih bijaksana.

#
Bagikan :

Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur