Wanita Teladan Sepanjang Masa
"Dia benar-benar menembus batas, bahkan perempuan modern pun ingin mencapai apa yang dia capai pada 1.400 tahun yang lalu."
Demikian ungkap Asad Zaman, seorang imam dari kota Manchester (Inggris) ketika menggambarkan Khadijah, perempuan yang lahir pada abad ke-6 di tempat yang sekarang disebut Arab Saudi.
Dia adalah sosok yang dihormati, kaya, dan berkuasa, yang menolak banyak lamaran pernikahan dari bangsawan terkemuka. Meski akhirnya Khadijah menikah, dua kali. Suami pertamanya meninggal, dan Khadijah meyakini perpisahan pada pernikahan kedua merupakan pilihan terbaik.
Setelah itu, Khadijah bersumpah tidak akan menikah lagi. Hingga tiba sampai waktu mempertemukan laki-laki yang akan menjadi suami ketiga dan terakhirnya.
Usia Khadijah saat itu 40 tahun, sedangkan calon suaminya berusia 25 tahun dan berasal dari keluarga sederhana.
Cerita pernikahan ketiga ini merupakan cerita cinta yang sempurna. Menjadi asal mula agama terbesar kedua di dunia.
Suami baru Khadijah adalah Muhammad, yang tak lama kemudian menjadi pembawa risalah Islam.
Muslim Pertama
Khadijah menjadi manusia pertama yang beriman dan diajarkan tata cara wudu serta salat oleh Rasulullah Saw.
Inilah keistimewaan Khadijah dibanding dengan istri Nabi (ummahatul mukminin) lainnya. Jika tidak ada lagi keistimewaan selain ini, tentu sudahlah cukup menunjukkan kemuliaan Khadijah.
Khadijah yang pertama kali salat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saat itu yang dilaksanakan baru salat sunnah karena Khadijah meninggal dunia sebelum diwajibkannya shalat lima waktu (meninggal sebelum Isra Mikraj)
Qatadah, Az-Zuhri, ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Aqil, Ibnu Ishaq menyatakan, “Khadijah adalah orang yang pertama beriman kepada Allah dari laki-laki maupun perempuan dan tidak ada yang menyatakan selain itu”.
Hal serupa disampaikan Ibnul Atsir menyatakan, “Khadijah adalah yang Allah tetapkan masuk Islam pertama kali, tidak ada laki-laki maupun perempuan yang mendahuluinya.” Dinukil dari Ummahat Al-Mukminin, hlm. 174.
Imam Adz-Dzahabi menyatakan pula, “Khadijah Ummul Mukminin adalah orang yang pertama kali beriman pada (ajaran) Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membenarkannya sebelum yang lainnya.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 2:109)
Pedagang Ulung
Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad, Khadijah sudah menjalani profesi sebagai pedagang. Ia merupakan salah satu pedagang sukses pada masanya. Menurut buku The Women of Madina (1995) karya Muhammad Ibnu Saad, Khadijah memiliki barang dagangan yang lebih banyak daripada para pengembara Quraish.
Layaknya pebisnis perempuan yang sukses, Khadijah juga memiliki karyawan yang bertugas menjual barang dagangannya. Pengalamannya dalam berdagang ini lah yang membuat Khadijah mengenal Muhammad yang kala itu masih berusia 25 tahun dan belum memiliki gelar nabi.
Dituliskan dalam buku Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources (1983) karya Martin Lings, pada 595 M Khadijah membutuhkan rekan kerja untuk melakukan transaksi di Suriah. Ia memilih Muhammad bin Abdullah untuk menuntaskan misi dagang Khadijah di Suriah. Bahkan Khadijah bersedia membayar upah Muhammad sebesar dua kali lipat dari biasanya.
Cinta Sejati
Tiga tahun sebelum Nabi berhijrah ke Madinah, Khadijah wafat. Nabi sangat bersedih dan terpukul atas wafatnya Khadijah, istri yang sangat dicintainya. Sampai-sampai para ahli sejarah menamakan tahun wafatnya Khadijah dengan tahun kesedihan bagi Nabi. Setelah wafatnya Khadijah, kecintaan Nabi tetap melekat di hati beliau. Beliau masih tetap sering menyebut-nyebut Khadijah, bahkan beliau memberikan hadiah kepada sahabat-sahabat Khadijah radhiallahu ‘anhaa, hingga seakan-akan sepertinya tidak ada wanita di dunia ini kecuali Khadijah.
Aisyah, yang juga istri Nabi Muhammad Saw mengatakan, “Aku tidak pernah cemburu pada seorang pun dari istri-istri Nabi ? seperti kecemburuanku pada Khadijah. Aku tidak pernah melihatnya, akan tetapi Nabi ? selalu menyebut namanya. Terkadang Nabi ? menyembelih seekor kambing kemudian beliau memotong-motongnya lalu mengirimkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah. Terkadang aku berkata kepadanya, “Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita yang lain kecuali Khadijah”, lalu Nabi ? berkata, “Dia itu wanita yang demikian dan demikian dan aku memiliki anak-anak darinya.” (HR Al-Bukhari no 3907)
Khadijah meninggal di masa-masa Islam masih dalam kondisi sulit. Mendukung Rasulullah Saw sepenuh hati, baik tenaga maupun harta. Namun, Khadijah belum sempat merasakan jayanya Islam, belum sempat merasakan suaminya menjadi seorang pemimpin kaum muslimin.
Khadijah belum pernah melihat Rasulullah Saw menjadi seorang panglima perang, menjadi seorang pemimpin yang ditakuti dan digentari oleh kaum kafir. Allah Swt mewafatkannya sebelum ada kenikmatan dunia yang ia rasakan. Semoga Allah menyempurnakan pahalanya di akhirat.
(Capt/LR)
Subscribe Kategori Ini