News


Rabu, 07 September 2022 17:56 WIB

Info Wisata

Tebat Rasau Belitong 'Menantang' Delegasi G20 untuk Datang

Salah satu sudut di Sungai Tebat Rasau yang memikat/foto: babelinsight.id

Pulau Belitung, memang memiliki potensi wisata yang luar biasa nan eksotis. Mampu menyihir siapa saja. Dan tak tanggung-tanggung, bahkan UNESCO pun mengakui 17 geosite yang dimiliki pulau ini.

___

Penulis: Friz
Editor: Putra Mahen

 

BELITUNG TIMUR - Termasuklah di antaranya, adalah Tebat Rasau. Tebat Rasau memiliki sungai purba dengan ekosistem sungai yang juga purba. Jenis ikan hingga tanamannya banyak yang tidak ditemui di belahan dunia lain. 

Itu artinya, Tebat Rasau punya ekosistem tersendiri di sungai yang punya kelebaran 800 meter itu. Pantas jika UNESCO menetapkannya jadi salah satu geosite  (Situs atau tempat yang diidentifikasi untuk pengembangan ilmu kebumian ataupun sebagai daya tarik wisata).

Dan kini, Tebat Rasau dikelola oleh masyarakat yang tergabung dalam Komunitas Lanun Tebat Rasau. Mereka bersama pemerintah desa, dan pemerintah kabupaten setempat saling dukung dengan tujuan untuk memelihara keunikan geosite berharga itu.

"Sekarang ini, mungkin pariwisata bisa menjanjikan untuk tujuan yang mengarah ke masa depan dan nilai-nilai kelestariannya dengan bagus," ungkap Pak Nasidi, salah seorang pengelola Tebat Rasau kepada babelinsight.id melalui WhatsApp, Rabu (7/9/22).

Nah, bagi pengelola, pemeliharaan harus terus menerus dilakukan, mengingat di jaman sekarang usaha pelestarian hutan dan sungai sangat sulit, terutama mencari yang benar-benar peduli.

Baca Juga: Membelah Alam, Di Tebat Rasau

Makanya, agar masyarakat memiliki rasa sayang yang luar biasa terhadap Tebat Rasau, kelak sungai ini tidak hanya menjadi tempat tujuan wisata semata. Namun oleh pengelola, Tebat Rasau akan dibangun menjadi potensi alam dengan tujuan masa depan, yaitu melestarikan nilai-nilai alam di dalamnya. 

Pak Nasidi, salah seorang anggota komunitas pengelola Tebat Rasau/foto: dok. Pribadi

Maka, Tebat Rasau ini sengaja ini kami buat, supaya dapat melestarikan dan kita berpikir jika misalnya tanpa pelestarian, baik itu budaya adat ataupun membangkitkan nilai-nilai kearifan lokal, ya bagaimana kita membuat wisata,"

- Nasidi -

Pak Nasidi memang dikenal masyarakat sekitar sebagai salah seorang yang turut menjaga Tebat Rasau sejak dulu, ia memang berkeinginan membuat tempat wisata ini bisa terus lestari turun-temurun, dan akhirnya berangkat dari rasa peduli itu, ia dan kawan-kawan berhasil membentuk komunitas, Komunitas Lanun Tebat Rasau namanya.

"Kita lihat teman-teman ini lebih baik kita jadikan suatu kelompok ataupun komunitas tadi, makanya kita jadikan ini dan melihat istilahnya jaman sekarang, untuk melakukan pelestarian itu nggak gampang gitu, kalau sendiri mungkin sulit dengan banyak teman-teman tadi ya, kita jadikan objek ini," akunya. 

Kini, Pak Nasidi dan kawan-kawannya sedang menjajaki agar Tebat Rasau bukan hanya sebuah geosite yang menawarkan pengetahuan ilmiah kepada masyarakat. Tapi juga, Tebat Rasau akan dikembangkan baik itu dari segi budaya, kearifan lokal maupun adat-istiadat. Karena suka atau tidak suka, hal-hal tersebut kata dia, sudah terlupakan seiring jaman.

Pengunjung Tebat Rasau yang ingin menikmati keindahan dari Geosite pilihan UNESCO ini/foto: babelinsight.id

"Memang jalan perjuangan untuk dapat diakui sebagai bukan hanya objek wisata tapi dapat menjadi geosite yang ada budaya.  Berdasarkan penelitian, pernah ada nilai-nilai purba di Tebat Rasau. Seperti di bagian daratan, ada hutan kerangas, hutan vebak, hutan rimba, hutan kelekak dan sungai," terangnya.

Nilai dari hutan sendiri misalnya seperti daun akar dan kayu pun bisa dimanfaatkan menjadi bermacam-macam obat, dan rempah.

Sedangkan sungai dimanfaatkan dengan menggunakan alat-alat tangkap ikan tradisional misalnya seperti tanggok dari rotan, serok, bubung. 

Baca Juga: Geopark Tebat Rasau, Habitat Ikan Buntal Air Tawar

Di pesan singkatnya, ia juga ingin menggambarkan bagaimana jika masyarakat hilang kendali, hilang kesadaran dalam memanfaatkan alam.

"Bayangkan jika sungai sudah rusak mungkin manfaat dari masyarakat untuk mengambil ikan itu karena sulit. Mengingat sekarang ini mata pencaharian itu sudah sulit, mungkin dia dapat untuk menambah berikut penghasilan sehari-hari seperti cari lauk pauk cari sendiri sungai masih bagus," lanjutnya.

Tidak ada persiapan khusus menyambut G20

Untuk menghadapi perhelatan Development Ministerial Meeting G20 Belitong, komunitas mereka tidak ada persiapan khusus selain menambah jumlah personil. Karena menurutnya apa yang sudah ada di Tebat Rasau ini justru akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para delegasi G20. 

"Kami tetap tawarkan apa yang menjadi apa yang telah kami lakukan setiap hari," katanya.

Salah seorang warga sekitar sedang melakukan aktivitas mubung ikan/foto: babelinsight.id

Banyak kearifan lokal yang bisa ditawarkan kepada tamu maupun delegasi kata dia. Mulai dari alat susur sungai yang disebut sampan dan dapat dicoba oleh wisatawan yang datang. Selain paket-paket lain misalnya seperti makan bedulang, paket nyirok nanggok, atau paket susur sungai. 

Baca Juga: Danau Purba Tebat Rasau Bagian dari Geopark Belitong

Namun, walaupun Geosite Tebat Rasau tidak masuk dalam side visit G20, para pengelola tetap menyeriusi apabila tiba-tiba ada tamu yang datang.

"Kami ya biasa-biasa saja, tidak ada persiapan tapi ya, hanya batas kemampuan kamilah mempersiapkan untuk itu. Kami tawarkan apa yang telah kami lakukan setiap hari," katanya, karena mereka memang sudah biasa menerima tamu yang hadir untuk meneliti baik dari dalam negeri maupun luar negeri. 

"Tapi macam e kan ade nok singgah ke sinek (Tapi sepertinya pasti akan ada yang singgah ke sini, red)," ungkapnya dalam bahasa lokal.


Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur