Culture


Sabtu, 03 September 2022 21:21 WIB

Story

Sudah Nonton Filmnya? Saatnya Mengenal Sang Maestro Lukisan Modern Indonesia, Raden Saleh

Lukisan sosok Raden Saleh/ foto:shutterstock

Raden Saleh dikenal sebagai pelukis dengan gaya romantisisme-nya dan disebut menjadi simbol pelukis modern di Indonesia. Gaya itu muncul dari ketertarikan para penikmat karyanya.

----------------------
Penulis: Septiadi
Editor: Nekagusti

Nama Raden Saleh akhir-akhir ini sedang hangat diperbincangkan karena dijadikan judul dari film arahan Angga Dwimas Sasongko. Lalu siapakah sosok Raden Saleh sebenarnya?

Kebesaran nama Raden Saleh sebagai seorang pelukis tak diragukan lagi. Lukisan Historisches Tableau die Gefangennahmen des Javanischen Hauptling Diepo Negoro perihal penangkapan Pangeran Diponegoro adalah salah satu karyanya yang melegenda.

Catatan ini seperti kilas kronologis rekam jejak aktivitas sang maestro yang didokumentasikan dengan baik pencapaiannya oleh orang-orang yang melihat, mendengar, dan bersentuhan dengannya, dikumpulkan dari arsip dan bukti-bukti sejarah. Sebagian penghargaan yang diterimanya menggambarkan bahwa Raden Saleh, selain sebagai pelukis, juga memiliki minat besar terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kecakapannya membangun relasi dan berdiplomasi dengan bangsawan di Eropa dibuktikan dengan gelar ksatria yang diperolehnya dari berbagai negara.

Keberadaan Raden Saleh tidak hanya cukup dinilai dengan harga lukisan. Dia jauh lebih mulia dan berperan besar dalam pembangunan seni dan pengetahuan.


Kehidupan Raden Saleh

Raden Saleh merupakan salah seorang maestro lukis Indonesia dan Eropa. Ia adalah sosok cerdas yang multidimensi. Pengalaman hidupnya di dua dunia, Timur dan Barat, serta penguasaannya mengenai teknik lukis Barat ketika itu menjadikan Raden Saleh (1807-1880) sebagai tokoh fenomenal bangsa Indonesia.

Lahir di Terboyo, Semarang, pada tahun 1807, masa kecil Raden Saleh hingga tahun 1822 dihabiskan di kediaman pamannya Kyai Adipati Soero Menggolo, Bupati Semarang, di Terboyo. Sejak usia tujuh tahun, Raden Saleh di-ngenger-kan pada keluarga Belanda GAG Baron van der Capellen.

Mulailah ia belajar melukis pada Antoine Auguste Joseph Payen, pelukis kelahiran Brussel, Belgia yang bekerja di Pusat Penelitian Pengetahuan dan Kesenian Pemerintah Belanda di Bogor. Hingga tahun 1826, Raden Saleh banyak mempelajari teknik-teknik dasar menggambar darinya. Melihat bakat sang murid, Payen kemudian mendesak Belanda untuk mengirimkan Raden Saleh ke Belanda guna memperdalam ilmu seni.

Kehidupan Raden Saleh Boestaman di Eropa

Lukisan Repro Karya Raden Saleh dan Basuki Abdullah/ foto:internet

Tiga tahun kemudian Raden Saleh tiba di Belanda dan memperdalam bakatnya di bawah asuhan pelukis potret Cornelis Kruseman dan pelukis lanskap Andries Schelfhout. Kedua pelukis ini memungkinkan Raden Saleh untuk memasuki klub elite pelukis modern Eropa. Pada tahun 1836 dia menjadi orang Indonesia pertama yang diinisiasi ke Freemasonry. Sejak tahun 1839 dia menghabiskan lima tahun di istana Ernest I, Duke of Saxe-Coburg and Gotha. Selama di Eropa, Raden Saleh mengunjungi beragam tempat, bahkan telah sampai ke Aljazair.

Ketika berada di Den Haag, Belanda, seorang pimpinan sirkus asal Paris bernama Henri Martin memersilakan Raden Saleh mempelajari gerak-gerik singanya, setelah sebelumnya Raden Saleh melukis wajah Martin. Dari sanalah awal ketertarikannya terhadap lukisan bertemakan kehidupan, salah satunya yakni berjudul Lion Head sebagai lukisan pertama Raden Saleh yang menemukan ciri khasnya. Lukisan ini kini menjadi koleksi Museum Seni Rupa Kupferstichkabinnet di Berlin, Jerman.

Raden Saleh kembali ke Hindia Belanda pada 1852, setelah tinggal di Eropa selama 20 tahun. Dia bekerja sebagai konservator untuk koleksi seni pemerintah kolonial dan terus melukis potret aristokrasi Jawa, dan banyak lagi lukisan pemandangan. Sekembalinya ke Jawa, ia menyatakan kegelisahannya hidup di koloni, menyatakan bahwa “Di sini, orang hanya berbicara tentang kopi dan gula, kemudian gula dan kopi,” dalam salah satu suratnya.

Dia menikah dengan seorang wanita muda aristokrat Kesultanan Yogyakarta, Raden Ayu Danudirdja, pada tahun 1867 dan kemudian pindah ke Bogor, di mana dia menyewa sebuah rumah di dekat Kebun Raya Bogor dengan pemandangan Gunung Salak.

Penangkapan Diponegoro

Lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro/foto: internet

Kita mungkin bisa memperdebatkan mana lukisan terbaik yang pernah diciptakan Raden Saleh. Namun Penangkapan Diponegoro adalah lukisannya yang paling penting. Lukisan itu menggambarkan siasat Belanda menjebak Pangeran Diponegoro untuk menghadiri sebuah gencatan senjata yang ternyata adalah penangkapannya. Peristiwa itu mengakhiri Perang Jawa pada tahun 1830.

Peristiwa ini sebelumnya telah dilukis oleh Nicolaas Pieneman atas perintah Letnan Jenderal Hendrik Merkos de Kock. Kemungkinan Raden Saleh melihat luksian itu semasa di Eropa. Dia lalu membuat versi yang lebih Indonesia. Pieneman melukis pemandangan dari kanan, Raden Saleh dari kiri. Diponegoro dilukiskan pasrah oleh Pieneman, Raden Saleh membuatnya dalam keadaan marah.

Raden Saleh dengan sengaja melukis para penculik Diponegoro dengan kepala besar untuk membuat mereka tampak mengerikan, berbeda dengan orang Jawa yang digambarkan secara lebih proporsional. Pieneman belum pernah ke Hindia, dan menggambarkan orang-orang Diponegoro dengan cara yang lebih Arab. Versi Saleh memiliki gambaran yang lebih akurat tentang pakaian asli Jawa, dengan beberapa tokoh mengenakan batik dan blangkon.

Saleh menyelesaikan lukisan ini pada tahun 1857 dan menyerahkannya kepada Willem III dari Belanda di Den Haag. Itu dikembalikan ke Indonesia pada tahun 1978 sebagai realisasi dari perjanjian budaya antara kedua negara pada tahun 1969, mengenai pengembalian barang-barang budaya yang diambil, dipinjamkan, atau ditukar dengan Belanda di era sebelumnya. Saat ini ditampilkan di Museum Istana Merdeka di Jakarta.

Kematian Raden Saleh

Pada Jumat, 23 April 1880 pagi, Raden Saleh jatuh sakit, di mana aliran darahnya terhambat karena penyumbatan di dekat jantungnya. Tidak lama berselang, Raden Saleh tutup usia. Jasadnya dikebumikan dua hari kemudian di Kampung Empang, Bogor.

Film Mencuri Raden Saleh/ foto: moviereview

Salahsatu masterpiece lukisan Raden Saleh tentang penangkapan Diponegoro ini menginspirasi sang Sutradara film Mencuri Raden Saleh, untuk bisa membuat masyarakat lebih mengenal sejarah dan sosok salah satu pelukis kenamaan Indonesia, kalian sudah nonton filmnya?

(Dirangkum dari berbagai sumber)


Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur