Edukasi Pilah dan Pilih Sampah/ foto: koleksi Arinda, babelinsight
BECAK Babel (Bangka Enviroment Creative Activist of "Kawa") adalah salah satu program yang menangani pengolah sampah organik dan anorganik. Tahun ini mereka merealisasikan biokonversi, agen menggunakan organisme maggot black soldier fly yang bisa menghabiskan 500 kg - 1 ton sampah sampah per bulan dan akan dikembangkan serta diedukasi agar metode ini bisa dijalankan. Babelinsight.id ingin mengajak kalian untuk mengenal salah seorang pemuda dari Bangka Belitung yang sangat concern dengan sampah. Arinda namanya..
-----------------------------
PANGKALPINANG --77 tahun sudah Indonesia merdeka, kemerdekaan di era kini bukan lagi mengangkat bambu runcing membunuh para penjajah. Kemerdekaan kita kali ini bisa dilakukan dengan wujud mencintai, mencintai keanekaragaman indonesia, mencintai budaya, dan juga mencintai alam sekitar dengan menjaganya. Salah satunya menjaga bumi dari sampah.
Jika dikaji lebih dalam sampah yang berserak tak hanya mengeluarkan aroma tak sedap, hingga pemandangan yang tak nyaman. Sampah dapat menimbulkan masalah kesehatan hingga masalah sosial. Bukan rahasia lagi, banyak sekali penyakit yang diakibatkan dari sampah yang berserakan, sampah ini juga dapat mempengaruhi kualitas air yang dikonsumsi, dan prilaku masyarakat yang acuh tak acuh tentunya berakhir pada keseimbangan alam yang tak terjaga. Namun masih sedikit orang atau kelompok yang peduli akan sampah dan upaya pengelolaannya.
Berawal dari sanalah, lahir komunitas yang konsen terhadap lingkungan khususnya pengelolaan sampah, komunitas ini dinamai BECAK BABEL (Bangka Enviroment Creative Activist of "Kawa") yang diinisiasi oleh anak muda asal Sungailiat, Arinda Unigraha.
Awal mula..
Pengolahan sampah organik domestik rumah tangga masyarakat/Foto: koleksi Arinda, Babelinsight
"Sekitar enam tahun lalu kebetulan saya tinggal di kompleks di Kabupaten Bangka, berada di wilayah perkantoran. Di sana tempat pembuangan sampah memang kondisinya luar biasa tidak enak dipandang dan dirasa dan menganggu lalu lalang pengguna jalan," katanya.
Kemudian ia mengajak anak-anak muda di kompleks tersebut untuk bergerak menangani sampah tersebut agar tidak semakin menyesakkan dada ketika melihat tumpukan sampah yang tak pernah surut bahkan semakin menggunung.
Bersama remaja masjid mereka mulai membenahi sampah ini, kurang lebih satu tahun berjalan kemudian diseriusi membentuk komunitas Becak Babel yang fokus pada pengelolaan dan kepedulian terhadap lingkungan hidup, khususnya masalah sampah.
"Dari situ mulai lah kami melakukan beberapa pertemuan, kolaborasi dengan berbagai pihak agar ada komunitas yang konsen mengelola sampah di Kabupaten Bangka, sekitar 2016-2018,"
Mulai tahun 2018, ia mulai aktif membantu teman-teman dan masyarakat yang peduli akan sampah di Babel, bersinergi dengan banyak pihak baik pemda, swasta, dan lembaga pendidikan terbentuklah bank sampah.
"Kemudian bank sampah polanya kita ganti dengan unit sampah organik dan non organik. Mulailah kita upayakan secara mandiri dan swadaya membeli mesin pencacah sampah organik, sampah plastik, dan mulai mendirikan markas, di bangunan tempat pengolahan sampah yang nggak terpakai. Alhamduah sekarang terus berkembang," urainya.
Kesadaran tantangan terbesar
Inisiasi Agenda Cleanup / Aksi bersih pantai dan pesisir rutin bersama relawan-relawan lingkungan berbagai komunitas/ foto: koleksi Arinda, babelinsight
Ia mengaku memang berat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk peduli sampah, bahkan di awal-awal bergelut dengan sampah tak sedikit masyarakat hingga tokoh masyarakat dan pejabat yang mencibir mencemooh apa yang anak-anak muda ini kerjakan.
"Kita pernah di fase stress sekitar satu tahun, saat itu belum dilirik dan dipandang dan belum dilihat kontribusinya, bahkan dianggap gila, semua orang memandang sebelah mata mencibir mencemooh, sisa sisa saja kata orang, bahkan hadirnya bukan dari orang biasa dari pejabat daerah tokoh-tokoh masyarakat, dan yang kita ajak kerjasama,"
Setelah melewati tersebut, komunitas ini ternyata tak kenal lelah, mereka tetap melakukan aksi bersih "mutik" sampah, memperbanyak relawan dan gerakan masif, hingga akhirnya banyak pihak yang mendukung.
"Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat kita catat sudah 2.000 lebih kegiatan edukasi yang dilakukan, kerjasama berbagai pihak, kabupaten kecamatan, kampus dan sebagainya," ulas Arinda yang juga merupakan Putera Maritim Indonesia Kemenko Maritim 2018 bidang Sampah Laut.
Tak sedikit juga masyarakat yang sudah diedukasi mundur karena dalam dua hingga tiga bulan pertama, berjibaku dengan sampah memang melelahkan dan belum mendatangkan profit.
"Kadangkala semangat itu ada tapi hanya dua tiga bulan belum ada hasil. Tapi itu tidak menyurutkan semangat untuk melakukan tindakan nyata, setiap tahun kita selalu berperan salam kegiatan peduli sampah, world clean up day, edukasi mitigasi sosialisasi, clean up bersama. Jadi masih banyak anak muda peduli dengan pengolahan sampah,"
Bagaimana idealnya mengelola sampah?
Memegang Maggot BSF, Program Biokonversi Sampah organik menjadi pakan ternak beprotein tinggi/foto: Koleksi Arinda, babelinsight
Tantangan lain, sebut mahasiswanya jebolan Universitas Bangka Belitung ini adalah anggaran yang terbatas dari pemerintah maupun dukungan sektor swasta.
Ia menegaskan jika mau ada pengolahan sampah ideal di lingkungan masyarakat, perlu dukungan anggaran yang kuat adanya mekanisme dan sistem pengelolan sampah, peralatan infrastuktur yang bisa dikelola masyarakat secara swadaya.
"Kalau semangatnya ada tapi nggak ada infrastruktur, sama saja proses pengolahan sampah akan berjalan lambat," tegasnya.
Aksi nyata yang ia dan teman-temannya lakukan ini membawa mereka mewakili Babel dalam ajang Indonesia bebas sampah mulai dari tahun 2016 di Solo, tahun 2018 di Aceh dan 2019 di Bali, bertemu dengan ratusan pegiat sampah dalam jambore Indonesia bebas sampah.
Mereka kemudian memperkuat komunitas di lokal sebagai salah satu entitas peduli sampah, membahas berbagai macam agenda termasuk mempercepat penanganan dan pengelolaan sampah.
Arinda yang pernah mendapatkan Penghargaan Gubernur Babel 2018 di bidang ini menyebutkan, dari kajian selama enam tahun ini, ia melihat banyak sampah di Babel ini berasal dari sampah sisa makanan rumah tangga atau food waste.
Sampah-sampah organik juga dilakukan berbagai upaya inovatif pembuatan konblok, BBM yang sudah dilatih dari dinas terkait, serta beberapa inovasi lain agar reuse, reduce, dan recycle bisa digunakan dan dapat di amanati ditiru dan dilakukan oleh masyarakat.
Sampah dan teknologi digital di masa depan..
Recycling / Daur Ulang Sampah Plastik/ Foto: koleksi Arinda, Babelinsight
Rencana kedepan tambahnya, membentuk start-up yang memanfaatkan teknologi digital. Sehingga masyarakat bisa gampang untuk membuang sampah, tinggal cekrek nanti sampah akan diambil oleh tim.
"Beberapa bulan ini kami merencanakan itu, memanfaatkan kecanggihan teknologi digital, masyarakat akan gampang untuk buang sampah, jika ada sampah bernilak ekonomis tinggal difoto nanti ada petugas yang jemput dan akan jadi nilai rupiah yang bisa digunakan sinkronkan ke gopay Ovo dan sebagainya," bebernya.
Pria yang juga pernah mendapatkan Penghargaan Bupati Bangka 2017 ini berharap, dengan berbagai edukasi upaya dan tindakan nyata ini, Babel bisa mandiri dalam pengelolaan sampah, karena untuk mengirim sampah ke kota lain di luar Babel tentunya terlalu berat di ongkos.
"Ayo mandiri dalam pengelolaan sampah, kami mendorong untuk mandiri dengan berbagai metode yang bisa digunakan agar terciptanya pengolahan sampah yang baik di lingkungan.
Arinda tak sendiri, ia dibantu oleh komunitas becak Babel, World Clean up Day, dan lainnya yang setiap hari melakukan edukasi dan praktik kebaikan dalam mengolah sampah.
"Ada output baik yang paling penting menumbuhkan kesadaran dan semangat peduli sampah. Semoga kita segera merdeka dari sampah, terutama pengolahan sampah yang baik di masyarakat," harapnya.