mie instan di mini market/ foto: babelinsight
"Kalau banyak yang bilang mie instan itu hanya dimakan anak kos itu salah, karena banyak juga pecinta-pecinta mie instan yang tidak lagi menjadi anak kos tapi tetap apa suka makan mie instan,"
Andini
Pengemar mie instan
-----------------------------
PANGKALPINANG --Mie instan, adalah makanan favorit masyarakat, selain rasanya yang bervariasi dan enak, mie instan juga mudah dibuat, bahkan menjadi penganjal lapar, di kala jenuh makan nasi, atau di akhir bulan.
Isu kenaikan harga mie instan mulai dikhawatirkan oleh pecinta mie instan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Harga yang saat ini pun sebetulnya sudah dirasa tinggi jika di daerah-daerah jauh dari kota.
Harga mie instan yang naik ini, salah satunya disebabkan karena impor gandum yang terhambat akibat perang Rusia dan Ukraina.karena mereka adalah pengekspor gandum terbesar di dunia, akibat perang sehingga pasokan gandum tak semuanya diberikan ke Indonesia, sehingga mengakibatkan harga gandum yang melambung dan berakibat pada kenaikan harga mie instan yang bahan pokoknya terbuat dari gandum.
"Kaget banget pas baca wacana kenaikan, memberatkan bagi saya karena terhitung mungkin kalau seminggu itu bisa berapa kali beli Indomie walaupun kata apa banyak orang bilang bahwa makan mie instan itu nggak baik untuk kesehatan ya cuman nggak tahu kenapa kalau makanmie instan itu memang benar seperti tagline-nya gitu ya.. yang memang mie instan itu Seleraku gitu," kata Andini, penggemar mie instan.
Baginya, ketika ada makanan apapun di rumah tetap pasti makan pilihannya Indomie, karena memang sudah melekat di lidah-lidah orang Indonesia.
Jika harga mie instan naik dua hingga tiga kali lipat dari harga saat ini Rp3.000an, ia merasa harga tersebut sangat tidak realistis. Karena mie instan akan sama dengan harga mie yang berasal dari negara jepang dan korea yang tersedia di mini market yang bisanya dijual dengan harga Rp13.000.
Andini berharap, ada upaya dari pemerintah untuk dapat kembali menstabilkan harga-harga yang ada dipasaran, sehingga masyarakat tidak kesulitan untuk mencari sumber bahan pangan alternatif.
Melirik Peluang Usaha
sajian sagomie produksi lokal/ foto: babelinsight
Kenaikan harga mie instan ini membuat Pimpinan pondok pesantren (ponpes) Hidayatussalikin, Ustadz Jakfar Siddik menanggapi dengan memasarkan mie dari sagu atau dikenal dengan Sagomie Nusantara.
"Nusantara Sagomie ini dipasarkan di pesantren, dan saya denger mie instan harganya mau naik dua atau tiga kali lipat, kalau harga sagomie memilki harga yang stabil berani kita bersaing dengan mie instant," terangnya.
Sagomie ini, adalah produksi lokal dengan bahan baku tepung tapioka dari PT. BAA yang ada di Kenanga. Sehingga terjamin kualitas dan rasanya. Bukan saja ponpes Hidayatussalikin sagomie ini dipasarkan tetapi juga di beberapa daerah di luar Babel, mie ini dipasarkan. Ia berharap, bisa lebih dikenal luas oleh masyarakat.
Nusantara Sagomie ini dijual seharga Rp7.500/cup, satu dus isi 12 cup, Rp90.000. Mie ini sudah dikemas dalam wadah steorofoam atau paper bowl, dikemas seperti popmie. Dengan dua varian rasa kari ayam dan ayam bawang.