Bendera Korea Selatan (pixabay.com/Big_Heart)
Pada Juni 2022, publik digegerkan dengan 3 anggota keluarga yang ditemukan tewas di mobil. Mobil tersebut jatuh ke perairan di Kabupaten Wando, Provinsi Jeolla Selatan.
-----------------------------------------
Penulis: Anoraga Ilafi
Editor: IDN Times
Jakarta, IDN Times - Jumlah pembunuhan dan bunuh diri yang dilakukan oleh orang tua di Korea Selatan terhadap anak-anaknya meningkat. Kasus tersebut telah mendapat perhatian khusus dari masyarakat setempat.
Para ahli di sana mendesak pemerintah untuk membuat kebijakan guna melindungi keluarga yang rentan melakukan hal serupa. Jika dibiarkan, hal ini dikhawatirkan akan menjadi tren sosial di Korea Selatan.
Pada Juni 2022, publik digegerkan dengan 3 anggota keluarga yang ditemukan tewas di mobil. Mobil tersebut jatuh ke perairan di Kabupaten Wando, Provinsi Jeolla Selatan.
Ilustrasi Garis Polisi (IDN Times/Mardya Shakti)
Penyelidikan polisi menemukan obat tidur di dalam tubuh mereka. Setelah diinvestigasi lebih lanjut, polisi menyimpulkan bahwa orang tua itu telah bertindak demikian untuk bunuh diri dan mengambil nyawa putri mereka yang berusia 10 tahun.
Pihak berwenang juga menemukan keluarga dari Gwangju menderita kesulitan keuangan. Dilaporkan bahwa mereka memiliki hutang sekitar 100 juta won (77 ribu dolar AS) pada kartu kredit mereka.
Diduga pula mereka telah menginvestasikan sejumlah besar uang di mata uang kripto luna yang merosot tajam yang runtuh, dilansir The Korea Herald.
Ilustrasi Bunuh Diri (IDN Times/Arief Rahmat)
Persentase pembunuhan-anak di Korea Selatan tergolong tinggi
Pada 25 Juli, Pengadilan Distrik Seoul menghukum seorang wanita 44 tahun dengan 20 tahun penjara dan 10 tahun larangan bekerja dengan anak-anak karena mencekik kedua putranya sampai mati. Kedua anak pelaku dikabarkan masih berusia 9 dan 10 tahun saat dibunuh di Distrik Geumcheon.
Latar belakang pembunuhan adalah kesulitan ekonomi akibat utang suaminya yang besar. Dia membunuh anak-anaknya dan mencoba bunuh diri tiga kali. Dia menyerahkan diri ke polisi dua hari setelah pembunuhan.
Jumlah orang yang mengambil nyawa anak-anaknya dan nyawa mereka sendiri hanya persentase kecil dari keseluruhan kasus bunuh diri di Korea Selatan. Menurut catatan selama periode 2013-2017, ada 269 kematian orang tua setelah membunuh anak-anak mereka.
Data lain dari Institut Kriminologi dan Keadilan Korea menunjukkan bahwa jumlah kematian dalam pembunuhan-bunuh diri dari tahun 2000 hingga 2019 mencapai 426 kasus, atau 58 persen dari persentase pasangan atau anak yang dibunuh.
Ilustrasi Bunuh Diri (IDN Times/Mardya Shakti)
Meningkatnya kasus pembunuhan-bunuh diri tersebut membuat pemerintah Korea Selayan dituduh telah lalai dalam mempersiapkan tindakan pencegahan. Para ahli mengatakan bahwa penyebab utama kasus tersebut adalah kesulitan ekonomi kronis.
Anggapan orang tua terhadap anak-anaknya sebagai "milik mereka" dalam masyarakat Korea dianggap sebagai alasan lain di balik tingginya angka pembunuhan-bunuh diri, menurut para ahli.
“Orang tua, betapapun putus asanya situasi mereka, tidak memiliki hak untuk mengontrol kehidupan anak-anak mereka,” kata seorang pejabat dari LSM Save the Children, dilansir The Korea Times.
"Masalah utamanya adalah mereka tidak melihat anak-anak mereka sebagai manusia yang mandiri," tambah pejabat LSM tersebut.
Sumber: Klik di sini