Lokal


Selasa, 19 Juli 2022 14:39 WIB

Pangkalpinang

Bersiaplah, Babel Masuk Musim Kemarau

Ilustrasi cuaca/foto: AJNN.Net

Cuaca panas mulai dirasakan setelah lebaran Idul Adha, bahkan di beberapa negarapun ikut merasakan kenaikan suhu yang di atas normal.

PANGKALPINANG - Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) mulai memasuki musim kemarau, tetapi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan curah hujan dengan intensitas ringan hingga lebat masih berpotensi mengguyur sebagian besar wilayah Indonesia selama sepekan ke depan (16-23 Juli 2022).

Saat ini di sebagian belahan dunia mengalami kenaikan suhu yang cukup ekstrim. Ada bahkan yang menembus 40 derajat celcius. Tetapi ternyata tidak demikian dengan di Indonesia, negara tropis dengan dua musim ini tidak mengalami kenaikan suhu panas meskipun setiap hari masyarakatnya merasakan kegerahan karena cuaca panas. 

"Belum ada indikasi terjadinya fenomena gelombang panas di wilayah Indonesia. Kita baru memasuki musim kemarau selama 3 pekan," kata Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pangkalpinang, Kurniaji, Selasa (19/7/22). 

Ia menegaskan, semua kondisi cuaca ini masih dalam batas kewajaran berdasarkan analisa BMKG. 

Hampir semua wilayah di Babel, mulai memasuki musim kemarau, tetapi karakteristik Babel sebagai daerah kepulauan mengakibatkan tetap masih akan ada hujan di sepanjang kemarau. 

"Masih ada hujan di sepanjang kemarau walaupun intensitas dan jumlah hari hujannya akan menurun drastis jika dibandingkan dgn periode penghujan," jelasnya.

Sementara, dari siaran pers BMKG tanggal 16 Juli 2022 kondisi ini disebabkan oleh masih aktifnya beberapa fenomena dinamika atmosfer skala global-regional yang cukup signifikan. Di antaranya, yaitu fenomena La Nina yang pada bulan Juli ini diidentifikasi masih cukup aktif dengan kategori lemah.

"Kondisi tersebut masih turut berpengaruh terhadap penyediaan uap air secara umum di atmosfer Indonesia," ungkap Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto di Jakarta, Sabtu (16/7).

Ilustrasi kemarau/foto: google.com

Selain La Nina, kata Guswanto, fenomena Dipole Mode di wilayah Samudra Hindia saat ini juga menunjukkan indeks yang cukup berpengaruh dalam memicu peningkatan curah hujan terutama di wilayah Indonesia bagian barat.

Sementara itu, lanjut Guswanto, dalam skala regional, terdapat beberapa fenomena gelombang atmosfer yang aktif meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan awan hujan, yaitu; MJO (Madden Jullian Oscillation), gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby yang terjadi pada periode yang sama.

"Adanya pola belokan angin dan daerah pertemuan serta perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di sekitar Sumatera bagian selatan dan di Jawa bagian barat juga mampu meningkatkan potensi pembentukan awan hujan di wilayah tersebut didukung dengan anomali suhu muka laut positif yang dapat meningkatkan potensi uap air di atmosfer," paparnya.

Menurut Guswanto, meskipun saat ini sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau, namun, karena adanya fenomena-fenomena atmosfer tersebut memicu terjadinya dinamika cuaca yang berdampak masih turunnya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.

Bangka Belitung, masuk dalam wilayah yang berpotensi turun hujan dengan intensitas ringan hingga sedang.

Uka


Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur