(Ibu Setia, salah satu penjual barang pokok di Air Itam Kota Pangkalpinang/foto: babelinsight.id)
Satu bulan terakhir, harga cabai rawit dan cabai kriting sepedas rasanya. Bahkan melebihi harga satu kilogram daging sapi jelang Idul Adha kemarin. Akibatnya, emak-emak mulai berhemat mengkonsumsi cabai hingga makan sehari-hari pun tak lagi pedas.
PANGKALPINANG - Cabai rawit per hari ini seharga Rp 120.000 - Rp 140.000, mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya yang sempat Rp200.000/kg atau Rp 20.000/ons. Cabai keriting Rp 110.000 hingga Rp 120.000/kg, ketika jelang lebaran sempat naik menjadi Rp 35.000/ons. Itu data yang didapat babelinsight.id di Kota Pangkalpinang.
"Harga cabai melambung tinggi, beli dikit nggak cukup, beli banyak uangnya yang nggak cukup," keluh Citra, salah seorang ibu rumah tangga sekaligus pelaku UMKM, Senin (18/722).
Ia menyebutkan, untuk sementara berhemat mengkonsumsi cabai, yang penting masih ada sedikit rasa pedas. Atau, ia mengakalinya dengan menaburkan cabai bubuk.
Citra, pelaku UMKM yang menjual lempah kuning di kawasan Pemprov Babel ini mengaku memilih mempertahankan rasa lempah kuning yang identik dengan pedas, ketimbang mengurangi kepedasan lempah khas Babel itu.
"Mau nggak mau ya tetap dibeli walaupun mahal, kesulitan juga mendapatkan cabai rawit, tadi pagi beli dapet Rp 120.000/kg," akunya.
Paling tinggi ia membeli cabai seharga Rp 140.000/kg, melebihi harga bahan baku ikan segar. Cabai rawit ini dalam dua hari sudah habis.
"Satu kilo cabai itu untuk dua hari aja, tergantung ramai enggaknya pembeli, tapi rata-rata segitu, dan besoknya kita harus beli lagi, kalau nggak pedas kan nggak enak masakannya, jadi ya tetap mempertahankan kepedasan walaupun harganya juga pedas," imbuhnya.
Tak hanya pembeli, pedagang cabai pun mengeluh sepinya pembeli karena harga cabai yang melambung tinggi. Ia pun tak berani nyetok terlalu banyak cabai.
"Ngambilnya nggak berani banyak, karena kalau nggak habis, busuk, kan rugi. Jadi belinya 1-2 kg saja," sebut Setia, pedagang cabai di Pasar Air Itam.
Ia menuturkan jelang lebaran kemarin bahkan cabai besar sempat Rp 35.000/ons, kini ia sudah menjual cabe besar Rp 11.000 - Rp 12.000/ons, cabe rawit ada yang Rp 13.000, dan Rp 15.000/ons.
Jika biasanya masyarakat membeli cabai rawit 1 ons, harga cabai mahal ini masyarakat membeli sedikit 1/3 ons dan 1/2 ons saja.
Stok Terbatas
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Babel, Tarmin mengatakan, naiknya harga cabai ini dikarenakan ketersediaan yang terbatas, daerah penghasil banyak yang gagal panen, akibatnya distribusi ke berbagai daerah termasuk Babel menjadi terhambat.
"Iya memang masih tinggi karena stok di pasaran terbatas, daerah penghasil kebanyakan gagal panen atau panen sedikit," ujarnya.
Cabai lokal hasil petani Babel diakuinya tidak mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Babel.
"Kalau stok banyak ya harganya pasti akan turun, sementara ini kita tunggu beberapa pekan mudah-mudahan kembali normal, tapi beberapa hari ini mulai ada pergerakan harga turun," ulasnya.
Manfaatkan Pekarangan
Sumber foto: https://www.hipwee.com/tips/cara-menanam-cabe-rawit/
Ketua Perempuan Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Babel, Venny Andriani menyarankan agar ibu-ibu memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami cabai dan beberapa tanaman lain yang mudah ditanam. Hal ini untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga.
"Anggota perempuan tani HKTI sudah mencoba menanam cabai di pekarangan, kita gerakkan anggota untuk menanam berbagai jenis tanaman memanfaatkan halaman rumah dan pekarangan, ini untuk ketahanan pangan keluarga," ulasnya.
Ia mengajak, kaum perempuan untuk berupaya menciptakan kemandirian pangan, menanami tanaman yang mudah ditanam, paling tidak untuk konsumsi pribadi.
Pengusaha penggilingan bumbu ini juga menyarankan masyarakat bisa beralih menggunakan cabai halus.
"Kalau secara pribadi, ya mendingan pake cabai giling aja Rp25.000/ satu kilo, kita pake cabai kering jadi harganya masih tetep," ulas pengusaha penggilingan bumbu di Pangkalpinang itu.
Uka