(Brigadir Polisi Nofriansyah Yosua Hutabarat (kanan) bersama atasannya Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy sambo (kiri). Foto: Facebook Rohani Simanjuntak)
Dugaan Brigadir J disiksa bisa saja terjadi selama autopsi tak dibuka
Jakarta, IDN Times - Kepolisian RI didesak untuk segera mengungkap hasil autopsi terhadap Brigadir J yang tewas di rumah dinas Kadiv Propam pada 8 Juli 2022 lalu. Mantan personel Brimob itu disebut oleh Mabes Polri tewas akibat ditembak mati oleh koleganya sendiri yakni Bharada E.
Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes (Pol) Budhi Herdi Susianto pada 12 Juli 2022 lalu, mengatakan berdasarkan hasil autopsi sementara, Brigadir J tewas dengan 7 luka tembakan yang masuk.
Namun, hingga kini keluarga justru belum memegang hasil autopsi jenazah Brigadi J. Saat jenazah tiba di rumah duka di Jambi, keluarga hanya dikabari bahwa sebelum meninggal, Brigadir J terlibat aksi baku tembak.
Menurut analis kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, seharusnya hasil autopsi dibuka secara gamblang. Khususnya kepada pihak keluarga.
(Ibunda Brigadir Polisi J ketika meratapi jenazah putranya di rumah duka di Jambi pada Senin, 11 Juli 2022. (www.facebook.com/@rohani.simanjuntak)
"Selama hasil autopsi tidak dibuka, setidaknya kepada pihak keluarga, menurut saya ya semuanya akan tetap spekulatif. Artinya, dugaan adanya penyiksaan atau situasi berbeda dari keterangan Polri, tak boleh dikesampingkan," ungkap Fahmi kepada IDN Times melalui keterangan tertulis, Sabtu, (16/7/2022).
Ia menegaskan keluarga Brigadir J berhak memperoleh informasi yang valid dan akurat. "Polri harus menunjukkan itikad baik dengan adanya informasi yang jelas dan berkomitmen mengungkap kasus ini tanpa berniat untuk melindungi siapapun yang bersalah," tutur dia.
Apa saja temuan keluarga terhadap kondisi jenazah Brigadir J ketika tiba di Jambi pada 9 Juli 2022 lalu?
Kondisi jenazah Brigadir J penuh luka, selain luka tembakan
(Brigadir Polisi Nofriansyah Yosua Hutabarat (kanan) ketika bersama atasannya Kadiv Propam Irjen (Pol) Ferdy Sambo (www.facebook.com/@rohani.simanjuntak)
Sementara, bibi Brigadir J, Rohani Simanjuntak, mengatakan saat jasad tiba di rumah duka, pihak kepolisian menolak untuk membuka peti jenazah. Bahkan, dalam tayangan live streaming di Facebook, terlihat ayah Brigadir J sampai berteriak agar peti jenazah putranya itu segera dibuka. Tetapi, permintaan itu tetap tak dikabulkan.
Peti jenazah baru dapat dibuka ketika personel kepolisian pergi. Rohani terkejut ketika menemukan kondisi jenazah Brigadir J dalam keadaan penuh luka, selain luka tembak. Ia menemukan ada luka akibat benda tajam hingga jari tangan yang putus.
"Kami bukalah bajunya ternyata di bagian tubuhnya ada luka-luka. Ada biru di bagian perut, ada memar. Terus di tangan jarinya kiri itu patah. Ada luka juga di jari kelingking. Terus di sebelah kaki kanan ada luka juga benda tajam," ungkap Rohani memaparkan seperti dikutip dari wawancara bersama stasiun berita CNN pada 13 Juli 2022 lalu.
Selain itu, terdapat luka sayat pada bagian mata. Lalu, gigi Brigadir J tak lagi beraturan seperti sedia kala. "Di mata sebelah kanan ada luka sayatan. Di hidungnya ada luka, terus bekas jahitan, sama di bibirnya. Terus giginya pun tidak rapi lagi," ujarnya.
"Sementara setahu aku dari mulai anak-anak, tahu aku kepribadian dia. Inilah anak kami yang paling rapi giginya," tuturnya lagi.
Keluarga dapat lakukan uji forensik pembanding yang independen
Sementara, Fahmi mengusulkan agar keluarga melakukan upaya pembanding dengan melakukan uji forensik yang independen. Dengan begitu, mereka tak hanya mengandalkan informasi yang didistribusikan oleh pihak kepolisian semata.
Di sisi lain, terungkap bahwa jenazah Brigadir J dibawa ke RS Polri Kramat Jati menggunakan mobil ambulans swasta dan bukan ambulans resmi. IDN Times berhasil mewawancarai sopir mobil ambulans ASR (20 tahun).
Ia mengaku mendapat panggilan pada 8 Juli 2022 lalu untuk menjemput jenazah di Perumahan Polri, Duren Tiga Utara 1, Jakarta Selatan. ASR mengaku semula tidak tahu identitas jenazah yang ia bantu evakuasi. Belakangan, baru ia menyadari itu adalah jenazah Brigadir J.
"Saya langsung masuk, langsung saya disuruh bantu evakuasi. Memang posisi (jenazah) di depan tangga. Informasinya sama seperti yang ada di televisi, kalau (jenazah) sudah tergeletak di posisi depan tangga," ungkap ASR pada 15 Juli 2022.
Ia juga menyebut bahwa posisi jenazah dalam kondisi tergeletak dan telentang. Jenazah Brigadir J digambarkan berlumuran darah.
"Saya juga pakai sarung tangan lateks dan APD, lalu saya langsung masukin ke kantong jenazah. Saya bantu evakuasi, langsung ke mobil dan ke RS Polri," tutur dia.
Langkah yang ditempuh oleh pihak kepolisian itu dinilai janggal. Sebab, mereka malah tak menggunakan layanan ambulans resmi milik RS Polri Kramat Jati.
Polri belum menonaktifkan Irjen Ferdy Sambo dari posisi Kadiv Propam
(Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam), Irjen Ferdy Sambo (ANTARA/HO-Polri)
Di sisi lain, Mabes Polri hingga kini belum menonaktifkan Irjen Ferdy Sambo dari posisi sebagai Kadiv Propam. Bahkan, Wakapolri Komjen Gatot Eddy meminta agar publik menunggu proses penyidikan kasus meninggalnya Brigadir J.
Desakan agar Sambo dinonaktifkan lantaran peristiwa penembakan terjadi di rumah dinasnya. Selain itu, baik Sambo dan istri, kini berstatus sebagai saksi dalam peristiwa mematikan tersebut.
"Kita semua dalam proses. Jadi, saya minta teman-teman menunggu saja,” ujar Gatot di kantor Komnas HAM, kemarin.
Gatot menjelaskan, penyidik Mabes Polri masih memeriksa keterangan dari sejumlah saksi. "Yang dilakukan oleh penyidik untuk mengambil keterangan-keterangan saksi-saksi yang ada," tutur dia.
IDN Times