(Tampak tabung gas berjejer di Pangkalan Supriyadi di Kelurahan Temberan, Pangkalpinang/foto: babelinsight.id)
Elpiji tabung 12 Kg di Kota Pangkalpinang dijual seharga Rp 220.000, naik Rp 25.000 dari harga sebelumnya Rp 195.000, sedangkan tabung 5,5 Kg (bright gas) Rp 108.000 dari harga sebelumnya di bawah seratus ribu.
PANGKALPINANG - Wajar dengan kondisi tersebut masyarakat kian tercekik. Setelah harga sembako yang tak kunjung turun, kini elpiji yang digunakan untuk memasak pun latah ikut naik.
Meskipun yang mengalami kenaikan adalah elpiji nonsubsidi tetapi imbas dari kenaikan ini penikmat elpiji bersubsidi atau gas melon semakin bertambah. Akibatnya, masyarakat yang seharusnya mendapatkan gas melon menjadi kesulitan dan rebutan dengan yang punya kantong tebal.
"Kami dapat informasi ada kenaikan harga elpiji untuk yang non subsidi, memang untuk non subsidi inikan harganya menyesuaikan mekanisme pasar dan pergerakan gas dunia secara global," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Bangka Belitung (Babel), Tarmin, Kamis (14/7/22).
Tetapi sejauh ini kata dia, pihak Pertamina belum mengajak pemerintah untuk menyosialisasikan mengenai kenaikan harga elpiji ini.
Sementara, untuk gas melon yang kini jadi rebutan, Tarmin menegaskan memang belum ada tindak tegas untuk memberantas pengecer liar yang bukan pada jalur resmi menjadi agen atau penyalur gas.
"Kita mau memantau dulu (pengecer liar-red) harusnya kan tidak ada di toko-toko, kecuali di agen dan penyalur resmi," sebutnya.
Pengecer liar ini sudah tentu mengambil keuntungan di atas kebutuhan orang lain, dengan alasan untuk urusan perut.
Tak tanggung-tanggung, harga yang dijual pengecer liar ini naik 100 -150 persen dibandingkan harga di tingkat penyalur resmi.
Jika di agen resmi harga eceran tertinggi gas melon Rp 18.000, tapi di tangan pengecer liar ada yang Rp 25.000, bahkan jelang dan pasca lebaran Idul Adha ada yang menjual dengan harga Rp 35.000.
Menunggu Lima Jam,
(Tabung nonsubsidi di Toko Maura Air Itam Pangkalpinang/foto: babelinsight.id)
Kekhawatiran gas melon jadi rebutan, Reni pelaku UMKM di Kota Pangkalpinang rela antre di agen gas tak jauh dari rumahnya dari pukul 11 siang hingga sore.
"Kalau nggak nunggu nanti nggak dapet, pelaku UMKM jatahnya dapet dua tabung," ujarnya kepada babelinsight.id di sela mengantre.
Agen dan penyalur pun ada yang selektif memberikan gas melon, karena pada umumnya mereka sudah punya data penerima gas di wilayahnya.
Walau terkadang, ada oknum yang bermain dan memberikan ke orang lain dengan harga yang lebih tinggi.
Uka