Ledakan emosi yang biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, atau marah.
Kebanyakan orang tua terlebih pasangan muda, tidak tega melihat anaknya yang menangis merengek hingga berteriak-teriak, berguling di lantai meminta sesuatu, terlebih saat di depan umum. Agar tidak ribet, untuk meredakannya maka kemauan si anak langsung diturutinya.
Namun apakah tindakan itu benar Moms?
Dilansir pada laman nakita.com Tantrum merupakan proses dari perkembangan anak untuk menunjukkan perasaan atau keinginannya kepada orang lain. Pada umumnya tantrum terjadi pada anak balita, saat bahasa mereka mulai berkembang.
Keadaan tidak nyaman, atau merasakan sakit di badan akan membuat anak mengalami tantrum. Tantrum juga sering kali dimanfaatkan para anak-anak saat menginginkan sesuatu.
Orang tua harus tahu batas tantrum
Meskipun sebagai bagian yang normal dari proses perkembangan anak, orang tua harus mengetahui batas tantrum pada anak.
Orang tua harus tahu Frekuensi terjadinya tantrum, seberapa sering dan waktu lamanya anak mengalami tantrum. Juga perilaku saat tantrum, jangan sampai anak melukai dirinya sendiri.
Cara mengatasi anak yang sedang tantrum
Menurut penelitian beberapa ahlidengan menuruti segala keinginan untuk meredakan tantrum adalah tindakan yang salah.
Pasalnya dengan menuruti keinginan sang anak hanya akan meredakan tantrum untuk waktu sementara. Bahkan tantrum akan menjadi senjata bagi anak bila keinginannya tidak dipenuhi, hal itu juga akan mempengaruhi karakter anak.
Menenangkan anak dengan mengajaknya berkomunikasi baik secara verbal dengan memberikan sentuhan hangat atau memeluknya, menjadi lebih baik ketimbang menuruti keinginannya. Anak harus belajar dengan menetapkan aturan dasar untuk mengurangi risiko tantrum.
Kita tidak perlu khawatir, seiring bertambahnya usia, kemampuan berbahasa anak akan semakin meningkat dan anak juga akan semakin baik dalam mengendalikan emosinya.
Joe