Walau memang sudah mendapat pengakuan dari si pelaku alasan ia membunuh hingga diduga berbuat tak senonoh, namun sebenarnya dari sisi psikologis apa yang membuat JM tega berbuat demikian? Begini hasil obrolan babelinsight.id dengan seorang psikolog.
PANGKALPINANG - "Saya kesal karena sering dimarahi ibu kalau di rumah. Apalagi beberapa hari terakhir ini ibu sering marah, entah saat di dapur atau di mana, kalau di rumah lah. Kata ibu marah ke saya sertifikat rumah saya gadai ke orang. Dalam sehari dua hari ini marah emas sudah habis karena saya, itu terus yang ibu ungkit," ujar JM di hadapan penyidik Polres Bangka Tengah seperti yang kami kutip dari beberapa media.
Nah, sebetulnya, apa yang melatarbelakangi JM mampu menghabisi nyawa orang yang telah mengandung, membesarkan dan menyanjungnya begitu tinggi selama hidupnya? Kami mengunjungi Wahyu Kurniawan M.Psi.,Psikolog, Dosen di IAIN SAS Bangka Belitung.
Kata Wahyu, berkaca pada kasus JM bahwa motifnya pun sudah sangat jelas tergambar di media, karena ada soal hutang piutang, pengaruh minuman alkohol, urusan penguasaan atas harta dan sebagainya.
"Nah, atas desakan ini tentu saja membuat seseorang akan mencari cara bagaimana harus keluar dari masalah tersebut dan membuatnya hilang kendali atas kesadarannya dan tega pula melakukan perbuatan yang tidak senonoh. namun saya merasa perlu penelusuran lebih lagi tentang profile psikologisnya JM, karena perilaku tersebut sudah di luar batas kewajaran," kata psikolog pendamping di Panti Rehabsos Pemprov Babel 2018-2019 ini."
Namun, lanjut Psikolog yang juga pendamping di KPAD 2017-2018 ini, kekerasan adalah bagian dari bentuk menciderai, melukai, membuat seseorang merasa sakit baik verbal, fisik, ekonomi, seksual dan lain sebagainya.
Niatan dari kekerasan sendiri adalah merugikan orang lain. Tak jarang kekerasan ini berujung pada kefatalan misal pada cidera fisik dan hilangnya nyawa seseorang.
"Banyak faktor yang mempengaruhi mengapa seseorang melakukan kekerasan," katanya.
Contoh, ingin diketahui bahwa dia adalah seseorang yang punya power atau berkuasa. Sebagai bentuk ingin dihargai. Sebagai bentuk respon aktifitas yang selama ini di pelajari baik lingkungan sekitar dan lainnya.
"Bisa juga hilang kesadaran karena adanya minuman alkohol dan hal yang membuat seseorang tak sadar secara psikologis," lanjut Wahyu.
Bahkan, perilaku kekerasan seperti yang dilakukan JM bisa dipengaruhi karena kekecewaan yang berat, depresi dan membuat ia terdesak harus melakukan kekerasan.
Wahyu mengajak untuk masyarakat turut memberi edukasi agar kejadian seperti ini tak terulang lagi di tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat.
"Kita harus menciptakan suasana keluarga dalam suasana harmonis sejak dini, menumbuhkan sikap empati sejak dini," harapnya.
Cara yang bisa dilakukan juga, edukasi tentang imbas dari judi dan minuman keras pada masyarakat secara intensif. Bisa juga dengan bersama-sama mengaktifkan sistem keamanan sekitar lingkungan dan fungsi perangkat desa setempat, untuk berperan aktif mencegah perilaku tersebut.
"Jika ditemui tanda tanda bahwa ada di lingkungan sekitar yang berperilaku di luar batas, maka silakan untuk melaporkan ke dinas setempat yang bisa diajak bekerjasama menangani kasus-kasus ini," kata Wahyu.
Pai