News


Kamis, 30 Juni 2022 15:38 WIB

Erzaldi Rosman

Juluk Antu dan Sahang 15 Meter

(foto: Erzaldi Rosman dan rombongan bersama para petani lada di Desa Bedengung Bangka Selatan sedang memantau perkebunan lada hutan, Rabu (30/6/22).)

Sudah banyak saya melihat hamparan perkebunan lada khususnya di Pulau Bangka. Dan begitu banyak juga kisah yang melatarbelakangi setiap lokasi, bahkan acap punya ragam keunikan sejarah, seperti yang saya temui di Desa Bedengun, Bangka Selatan. 

SIANG itu, hari Rabu 29 Juni 2022 pagi-pagi sekali rombongan kami, berjumlah 5 orang sudah berangkat menggunakan mobil minivan menuju Desa Bedengung di Kabupaten Bangka Selatan. 

Kami diminta khusus oleh Gubernur Bangka Belitung periode 2017-2022, Erzaldi Rosman untuk ikut dan turut membuktikan ke masyarakat luas, bahwa ada perkebunan lada yang unik, menarik dan tidak hoax di Desa Bedengung. 

Sekitar pukul 11.00 WIB kami sampai di Desa Bedengung. Namun untuk mencapai lokasi kami diminta pindah kendaraan yang sudah disiapkan masyarakat, dengan kendaraan yang dobel gardan. 

(foto: Erzaldi Rosman dan rombongan bersama para petani lada di Desa Bedengung Bangka Selatan sedang memantau perkebunan lada hutan, Rabu (30/6/22).)

Karena untuk masuk ke perkebunan lada itu jalannya memang tak bersahabat.

 "Maklum, lagi musim hujan, jalan becek, berlumpur dan masuk hutan," kata salah seorang warga yang turut duduk di kabin belakang, sementara Erzaldi di kabin depan. 

Benar saja. Kami masuk ke perkebunan yang sangat jauh dari ekspektasi. Di pikiran kami hanyalah kebun biasa dengan tanah yang keras dan luas. Namun kami salah. 

Kami tidak menyiapkan sepatu atau pakaian yang menggambarkan lokasi yang kami datangi. Walhasil, sepatu yang kami pakai sering membuat kami terpeleset dan itu menjadi kelucuan tersendiri. Warga lokal aman-aman saja, sementara di lokasi, kami harus berjibaku dengan licin, sempit, gelap dan nyamuk. 

Tapi semua 'siksaan' itu terbayar lunas dengan apa yang kami lihat seluas mata memandang. 

Di dalam hutan, ada perkebunan lada yang menurut warga seluas 1/4 hektar dengan isi 500 batang. Jujur, baru kali ini saya melihat pemandangan seperti ini. Ada perkebunan lada di dalam hutan belantara.

 Karena sepengetahuan saya pohon lada butuh asupan matahari yang sangat banyak dan tidak bisa hidup lama dengan kondisi tanah yang terlalu becek, tanpa bandar. Semua pikiran soal perkebunan lada, siang itu langsung musnah dari otak saya. 

Ternyata, nun jauh dari pikiran kita, ada sekelompok masyarakat yang mampu dan mau berkebun lada dengan memanfaatkan lahan, bahkan hutan belantara. 

Bukan hanya itu saja kejutan yang ada di lokasi. Saat petani-petani lain sedang berdiskusi dengan Erzaldi, ada salah seorang petani yang sedang ngerokok santai, yang bisa saja ajak berbincang. 

Pak Ahmad Sukri namanya. Dia ternyata salah satu pemilik dari ratusan batang lada. Dia bilang, jika ada yang mempertanyakan apakah lada bisa setinggi 14 meter? Dia akan membuktikan jangankan 14 meter, bahkan ada lada miliknya yang sampai 15 meter. 

(foto: Pak Ahmad Sukri menjelaskan tentang pohon Juluk Antu, Rabu (30/6/22).)

"Sahang di sini pacak sampai 15 miter, sepanjeng 'juluk antu' e, sepanjeng dadap e, men hal bebueh e tergantung nekmana merik pupok e lah, nekmana aik ngaler dek e, maka ya kami beruntong ne tanah utan ne mireng jadi aik dek ngumpol di tanah, dek muet busok bateng (Lada di sini bisa sampai 15 meter, sepanjang 'juluk antu' sepanjang dadapnya, jika urusan buah tergantung bagiamana memberi pupuknya, bagaimana aliran airnya, maka dari itu kami beruntung tanah di hutan ini miring sehingga air tidak menggenang di tanah, tidak membuat pohon lada membusuk)," terang Pak Ahmad Sukri. 

Jadi kata dia, jika ada orang yang mempertanyakan apakah lada bisa setinggi 14 meter seperti yang diutarakan Erzaldi Rosman, maka ia mengajak untuk silakan datang ke perkebunan lada hutan di Desa Bedengung. Dan silakan melihat dengan sepuasnya, pakah benar atau tidak. 

"Mungkin yang nanya lom suah ningok," ujarnya. 

Nah, yang menarik adalah urusan junjungnya, atau dadapnya. Ketinggian batang lada bisa sampai 15 meter ternyata rahasinya adalah, menanam di pohon hidup di hutan. sehingga, berapa meterpun tinggi junjung itu, ladanya juga turut tumbuh sepanjang junjungnya. 

Nama junjung itu adalah juluk antu! Saya heran, kenapa harus diberi nama juluk antu. Pak Sukri sendiri sebetulnya kurang memahami alasan nama itu dipakai turun-temurun. 

Namun logika yang bisa diterima adalah, juluk artinya menunjang, mengangkat. Dan antu adalah hantu, jadi, mengangkat hantu. Lada setinggi itu, dengan ditanam di pohon yang hidup tentu akan berjudi dengan nutrisi. Bisa saja batang lada akan kehabisan nutrisi dari pupuk, dimakan oleh pohon penunjang. 

Nah, mungkin, kata Pak Sukri, inilah kenapa disebut juluk antu, mengangkat sesuatu yang nyaris mustahil. 

Entahlah, namun yang jelas di Desa Bedengung membuktikan kepada saya bahwa lada 15 meter itu ada dan nyata, sesuai dengan apa yang dicita-citakan Erzaldi Rosman. 

Pai


Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur