"Barang yang dipakai Bapak (Erzaldi) tidak ada yang mewah padahal sudah puluhan tahun jadi pejabat. Sepatunya masih yang itu-itu saja. Pakaian beliau juga lebih banyak yang biasa, bukan merek mahal. Sekarang, beliau lebih suka pakai produk UMKM Babel,"
Leo
Sekretaris Pribadi
Ketika melihat Erzaldi Rosman, akan tampak sosok yang sederhana. Puluhan tahun sebagai pejabat daerah, mulai dari legislatif sebagai anggota DPRD Bangka Belitung (2004-2005), hingga pejabat eksekutif yang dimulai dari Wakil Bupati Bangka Tengah (2005-2010), kemudian Bupati Bangka Tengah dua periode (2010-2015 dan 2015-2017), hingga Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (2017-2022), dia tidak pernah berubah. Tetaplah Erzaldi dengan figur senyatanya.
Hingga beliau menyelesaikan amanah rakyat, Bang ER- sapaan akrab ayah tiga anak itu tidak hidup dalam glamournya gaya pejabat yang terbayangkan. Tidak hidup bermewah harta, tidak pula petantang-petenteng dalam gemerlapnya tahta. Dia, sekali lagi adalah Erzaldi Rosman apa adanya.
Kepunyaan pribadi Erzaldi hanyalah satu unit mobil. Itu pun hasil lelang kendaraan pemda (pemerintah daerah) yang diikutinya. Hobinya pun bukan olahraga "orang kaya" seperti golf. Hanya bermodal sepatu olahraga merek biasa, dia lebih tertarik dengan jogging, atau bermain sepak bola di kampung-kampung yang dikunjungi.
"Beliau tidak punya hobi mahal, tidak seperti kepala daerah umumnya. Tidak punya motor besar, koleksi mobil mewah. Saya juga belum pernah melihat beliau menggunakan jam tangan bermerek seperti Rolex. Jadi, barang yang dipunya sesuai fungsi," katanya bercerita.
Pernah disebut Leo, ketika melihat sepatu kerja beliau yang jahitan sepatunya mulai lepas, dirinya pun melaporkan hal tersebut dan menawarkan apakah sepatu yang rusak sebaiknya diganti saja.
"Di benerin bai (dibenarkan saja) ke tukang sol sepatu, sekalian ade beberapa sepatu kerja lain yang la rusak, sekalian dibenerin gale aok.. (sekalian dibenarkan semuanya ya)," jawabnya.
Pun demikian saat menjalani tugas ke daerah se-Babel. Tidak pernah ada tuntutan harus dijamu dengan pelayanan wah, atau dijamu dengan makanan berkelas ala resto. Yang dipilih makanan khas kampung seperti lalapan, lempah kuning, tumis-tumisan. Apapun yang disajikan masyarakat, lahap dimakan bersama.
"Saat bapak meninjau korban puting beliung di Desa Bencah, sepulangnya diarahkan melihat bantuan dapur umum (mobil) dari Dinsos. Beliau makan di sana, makan apa yang disajikan oleh para juru masak dapur umum," ingatnya.
Satu momen, masih cerita Leo, Erzaldi menolak tawaran barang mewah dari seseorang. "Sebenarnya kalau beliau mau barang mewah bisa saja, bahkan nggak usah beli. Tapi bapak nolak, malah selalu bilang 'ku kayak orang kayo' (saya seperti orang kaya). Begitulah bapak, tidak berubah sejak jadi bupati sampai jadi gubernur, tidak berubah _lstyle-nya," katanya.
Hidup sederhana Erzaldi tidak terlepas dari didikan orang tua. Sejak kecil berstatus sebagai anak Bapak Rosman Djohan yang seorang walikota, dia tidak dimanja dengan fasilitas "Apa saja ada". "Kalau beliau hidup glamour wajar saja sebenarnya, tapi beliau sederhana seperti itu karena didikan orang tua. Bisa dibilang pejabat paling sederhana," kata Leo.(*)