"Bapak tu siapa ge disapa e. Ku kira cuma ramah kek ku, rupa e kek orang lain ge cem tula (Siapa pun disapa bapak. Saya kira hanya ramah dengan saya, ternyata dengan orang lain juga seperti itu),"
Tarmadi
Pegawai Pemprov
Sikap hangat Erzaldi Rosman selama ia menjabat sebagai Gubernur Bangka Belitung, selalu ia tunjukkan kepada siapapun. Tidak ada pandang bulu dalam kamus Erzaldi. Dan itu diakui.
Tarmadi sebagai salah seorang pegawai senior di pemprov menyebutkan, Erzaldi seakan ada mesin pencatat di kepalanya. Dia mampu mengingat nama pegawai-pegawainya, bahkan tidak segan-segan untuk mengajak satu lift bersama, sambil berbincang hal remeh seperti, "Lah absen lom ka? (Kamu sudah absen belum)."
"Padahal pas tu ku lah sembunyi, biarlah bapak duluan naik lift. Rupa e bapak liatku, sambil bilang, "Yoh naik sama-sama" (Padahal waktu itu saya sudah sembunyi, biar bapak naik lift duluan. Tapi, ternyata bapak melihat saya, sambil mengatakan "Ayo naik sama-sama")," ceritanya.
Satu hal yang paling berkesan bagi Tarmadi, di mana dia banyak mengenal pejabat-pejabat di Bangka Belitung, tapi cuma Erzaldi yang mau menurunkan kaca jendela mobilnya, hanya untuk menyapanya. Bahkan, melambaikan tangan dan tersenyum, dengan sapaan tak terduga, "Oi bos!".
Di mana, tingkah seperti ini, biasanya dilakukan kebanyakan orang dengan sahabat akrabnya, dan jarang sekali seorang pejabat melakukan hal seperti itu.
Meski Erzaldi bertingkah bahwa mereka sudah seperti sahabat, bukan berarti menjadikannya meremehkan, tidak bertanggung-jawab terhadap tugasnya, dan seenaknya saja dengan mantan Gubernur Babel itu. Ia mengaku malah makin ingin menghormati Erzaldi.
"Ini jadi e, bukan pemimpin yang besibuk jaga kewibawaan di depan pegawai e. Malah kami sebagai pegawai e yang besibuk nak tetap jaga kewibawaan e kek menghormati e. (Ini justru bukan pemimpinnya yang heboh ingin menjaga kewibawaannya di depan pegawainya. Tetapi, justru kami, sebagai pegawainyanya yang bersikap untuk menjaga wibawa dan menghormatinya)," kata Tarmadi sambil tertawa.
Menurutnya kisah uniknya ini, membuktikan bahwa wibawa bukan diciptakan oleh pemimpin, melainkan diciptakan oleh pegawainya sang pemimpin tersebut. (*)