Culture


Senin, 09 Mei 2022 07:42 WIB

Story

Lima Puluh Menit, Ketakutanku..

Rasa tak percaya ini, sebenarnya selalu ku rasakan setiap kali aku menjadi salah seorang penumpang pesawat. Tujuanku kemanapun, dengan kelas apapun, tingkat harga berapapun, sebaik apapun track record maskapainya, jantungku tetap berdegup kencang.

Aku ketakuan, serupa dengan kecemasan hingga berkeringat dan sesekali aku merasa sakit perut.

Tuhan, aku masih tak percaya, pesawat ini melaju kencang dilandasan lalu terbang dan akan membawa kami ke tujuan. 

Bagaimana tuhan menciptakan otak-otak manusia? Satu hal ini saja (pesawat terbang) aku rasanya masih tak percaya bahwa benda ini bisa terbang (diterbangkan manusia) beserta penumpang (manusia) di dalamnya.

Sesekali aku panik berlebihan hingga mengeluarkan teriakan takut, mengkhawatirkan sesuatu terjadi karena bisa saja error terjadi pada mekanikal pesawat yang ku tumpangi. 

Seperti hari ini, selain ucapan doa dalam hati yang tak seberapa berarti yang mungkin masuk antrian ribuan doa lain yang lebih diprioritaskan sang pencipta untuk dikabulkan, doaku sampai padaNya (penerbangan sebelum-sebelumnya) mungkin bahkan setelah peswat yang ku tumpangi tiba di tujuan. 

"Bismillahi tawakaltu..... amin," batinku. Jujur saja, aku mengucapkan doa yang sama berulang kali selama penerbangan kali ini. 

Terlebih, pemerbangan kali ini aku bersama kedua putriku yang saat ini sedang tertidur pulas karena lelah usai perjalanan kami beberapa hari terkahir sebelum kami berencana pulang dengan pesawat ini. 

"Syukurlah mereka tak panik sepertiku," batinku lagi sambil menopang kepala si kecil yang sudah tertidur pulas sebelum pesawat lepas landas. 

"Oh, bergoyang," batinku lagi. 
Ah, harusnya ini biasa saja bagi manusia sehat. 
Apa aku orang yang fobia? Tapi aku yakin, ratusan kali aku naik pesawat, kondisi setakut ini baru ku rasakan selama tiga tahun terakhir. Tetapi, setiap kali penerbangan yang ku lakukan. 

Rasanya tak percaya, pesawat yang ku tumpangi akan baik-baik saja. Karena beberapa diantaranya hilang berjejak. Tak perlu ku jelaskan apa saja jejak yang ditinggalkan setelah sekian hari sebuah pesawat dinyatakan hilang.
Setiap kali aku didalam pesawat otakku berfikir kemana-mana, jikalau dan bagaimana aku harus percaya benda ini aman bagi nyawaku. 

"Para penumpang yang terhormat, dalam waktu beberapa saat lagi kita akan mendarat di Bandar Udara Depati Amir, Pangkalpinang," akhirnya... Seketika rasanya sisa energiku yang tersisa dua puluh persen karena habis untuk melawan rasa takut selama di udara pun meningkat hingga empat puluh persen. 

Sayup-sayup ku dengar pramugari mengingatkan beberapa hal yang harus dilakukan penumpang sebagai persiapan mendarat, berulang kali dengan informasi berbeda yang disampaikannya. Aku mengikuti petunjuk sambil memastikan kedua putriku juga menggunakan sabuk pengaman dan petunjuk lainnya sudah dilakukan. 

"Para penumpang yang terhormat, kita telah mendarat di Bandar Udara Depati Amir Pangkalpinang, tetaplah duduk sampai lampu tanda kenakan sabuk pengaman dipadamkan dan pesawat ini berhenti dengan sempurna...," suara salah seorang pramugari kembali terdengar di speaker pesawat, setelah ku injakkan kakiku dilantai pesawat sekuatnya, layaknya menginjak rem mobil, dengan sabuk pengaman sekencang mungkin di pinggangku dan sangat membuatku sesak. 

"Huuuffftt...," helaku nyaris tak terdengar. 
"Aku masih landing, masih tiba di bandara ini, masih hidup dan masih bernafas dengan anggota tubuh lengkap," batinku sambil menunggu pesawat parkir sempurna, akupun mempersiapkan diri mengemasi barang-barang bawaanku, lalu membangun kedua putriku. 

Aku masih bisa tersenyum, menyampaikan semangat (pura-pura kuat) kepada kedua putriku karena akhirnya kami landing. 
Akupun melanjutkan hidup. 

Bahayanya rasa takut, kehabisan energi dan mengalami tegang pada saraf-saraf tubuh kita akan sangat mungkin dialami. 
Bahayanya rasa tak percaya, kita akan terus mengalami rasa takut. 

Penulis: Frisia  

(Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian/cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan)


#Phobia
Bagikan :

Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur